Renungan Katolik, Rabu, 07 April 2021: "Oculi autem illòrum tenebàntur..." Lukas 24:16

redaksi - Rabu, 07 April 2021 09:41
Renungan Katolik, Rabu, 07 April 2021: "Oculi autem illòrum tenebàntur..." Lukas 24:16Kons Beo (sumber: null)

Oleh; P. Kons Beo, SVD

(Oktaf Paskah - Beato Herman Yoseph, St Yohanes Baptista de la Salle)

Bacaan I Kisah Para Rasul 3:1-10
Mazmur 105:1-2.3-4.6-7.8-9
Injil Lukas 24:13-35

Tetapi ada sesuatu yang menghalangi mata mereka...

RASA hati tak karuan. Segala skenario di hati telah berantakan. Yang kini ada cuma lapisan rasa penuh kecewa. Apa arti sebuah tindak mengikuti, ada bersama serta menaruh harapan pada Yesus, sang Guru, kalau toh pada akhirnya segalanya musnah ditelan badai Golgota?

DIALOG ke Emaus adalah cerita kekalahan. Penuh kepahitan. Jalan menuju Yerusalem, bersama sang Guru, semula dianggap sebagai langkah menuju takhta yang membebaskan. Namun semuanya telah jadi sirna. Dua murid yang kembali ke Emaus itu teribarat bagai anak rantau pulang kampung. Kalah. Tak berdaya. Tanpa kisah kemenangan. Tiada cerita kesuksesan. Hampa.

DI JALAN kembali ke Emaus itu, Tuhan mesti kembali hadir. TUHAN perlahan mesti menata kembali puing-puing kehancuran iman dan harapan. Perjamuan Terakhir, 'Via crucis', Jalan Salib, dari istana Pilatus hingga Kalvari, yang teribarat bagai badai tropis itu, mesti dimaknai dalam arti yang semestinya. Dalam Kisah Yesus sendiri.

BANGUNAN iman dan harapan kedua murid Emaus kini ditata kembali oleh 'batu-batu Sabda dan  Ekaristi.' Cinta lama yang telah  patah dan hancur, kini perlahan temukan jalan cahaya. Terang menderang. Yang membuat hati mereka berkobar-kobar. Satu kisah cinta pertama bersemi kembali. Bukan kah hati kita berkobar-kobar saat IA jelaskan isi Kitab Suci dan memecah-mecahkan roti?" (cf Luk 24:30-32).

SEKIAN banyak kisah, isi pikiran, harapan, serta cita-cita bisa menjadi sesuatu yang menghalangi kita untuk memandang dan mengalami Yesus yang sesungguhnya. Kisah ke Emaus adalah cerita keruntuhan harapan manusiawi serentak ada harapan terbangun kembali saat Tuhan mendampingi kedua murid itu untuk melihat dan mengalami kisah kehidupan dalam Tuhan.

DALAM TUHAN, hidup itu selalu penuh harapan. Ada hati yang berkobar-kobar. Penuh semangat. Terkadang, kita terlanjur pastikan gerak hidup ini hanya dalam alur punya kita sendiri yang egosentrik. Kita sempitkan jalan hidup ini yang menjebak kita dalam putus asa.

MENATAP bencana dalam teropong hati dan pikiran sendiri bisa membawa pada patah hati dan kesedihan berkepanjangan. Namun memandang dukalara dan derita dalam Dia yang tersalib dan lalu bangkit, pasti ditemukan  jalan pengharapan.

Verbo Dei Amorem Spiranti

Tuhan memberkati.
Amin

RELATED NEWS