RENUNGAN KATOLIK, Rabu, 11 Agustus 2021: "....vade et còrripe eum inter te et ipsum solum" - Mat 20:15

redaksi - Selasa, 10 Agustus 2021 22:18
RENUNGAN KATOLIK, Rabu, 11 Agustus 2021: "....vade et còrripe eum inter te et ipsum solum" - Mat 20:15Ilustrasi Injil Matius 18:15-20 (sumber: Suarawjarfm.com)

Oleh P Kons Beo SVD


(Pekan Biasa XIX - St Klara)

Bacaan I Ulangan 34:1-12
Mazmur 66:1-3a.5.8.16-17
Injil Matius 18:15-20

(....tegurlah dia di bawah empat mata)

INI tentang correctio fraterna. Seni untuk mengatakan sesuatu di antara kita dan tentang kita. Agar kisah bersama kita senantiasa  bercitra.

DASAR dari semuanya itu adalah Kasih. Yesus rumuskan tujuan dari teguran persaudaraan dalam Kasih itu dengan satu tegasan:  mendapatkan kembali saudaramu (Mat 18:15).

TAK mudah memang untuk masuk dalam bicara terus terang kepada sesama kita. Sekian banyak halangan bisa menghadang.

GANTI bicara teduh, kita malah berteriak lantang tentang kesalahan sesama. Keributan tak terelakan. Tak hendak bicara terus terang dengan sesama, kita malah rajin dan aktif sekali, dari satu tempat ke tempat lain, tanpa jedah, untuk bicara tentang kesalahan dan  kesuramannya. Jadinya, tak pernah ada tanda titik untuk cukup sudah bicara tentang nama orang!

TERKADANG pula kita sekian tegah 'kibarkan bendera kehebatan kita, di atas tiang ketidakhebatan sesama. Kita hanya ingin mengatakan: aku tidak sama seperti semua orang lain (cf Luk 18:11).
Tetapi sebenarnya kita pun tak hebat-hebat amat!

ADA benarnya bahwa kita tak boleh merasa bangga, hebat dan besar kepala untuk mengatakan: 'tadi saya sudah bentak, menghardik, mencuci dia abis-abisan dia itu. Kita rasa tinggi hati dan 'menang' karena sesama sudah 'keok tidak berkutik' karena terjangan kata-kata kita.

SAYANGNYA di ujungnya segalanya tidak ada kisah kasih sebagai happy endingnya, yakni mendapatkan kembali saudaramu. Sebab kita tak tahu bedakan antara mana Berkata Dalam Kasih dan mana yang ternyata lebih mempermalukan dan menyingkirkan  sesama atau tetangga atau bahkan saudara kita sendiri.

TETAPI juga, mesti ada keluasan, keterbukaan dan kerendahan hati untuk didapati kembali. Tegar hati dan cuek malas tahu bisa juga menjadi godaan berat. Maka, bukannya menjadi bersatu kembali dalam Kasih, melainkan kita malah menjauh dalam kesendirian dan dalam keasyikan sendiri punya kita. Ya, kita tersegel oleh irama privat untuk tak boleh tersentuh oleh siapapun. Kita tengah membangun dunia kenyaman pribadi jauh dari sapaan sesama.

KITA memang mesti bicara di bawah empat mata dalam Kasih nan teduh. Orang bijak bilang bahwa bicara dalam mata Kasih pasti bebaskan kita dari:

-mata wasit yang hanya suka mencari-cari kesalahan orang,
-mata polisi yang cuma berminat untuk menyelidikinya,
-mata jaksa yang cenderung memandangnya sebagai terdakwa, dan
-mata hakim yang akhirnya memvonis dan melihatnya sebagai tahanan!

Mari kita berbicara sebagai saudara-saudari untuk mendapatkan dan didapati kembali. Bukan kah demikian?

Verbo Dei Amorem Spiranti

Tuhan memberkati
Amin.

Editor: Redaksi

RELATED NEWS