RENUNGAN KATOLIK, Rabu, 28 Juli 2021: "Cornutam Mosi faciem" Kel 34:30

redaksi - Rabu, 28 Juli 2021 10:07
RENUNGAN KATOLIK, Rabu, 28 Juli 2021: "Cornutam Mosi faciem" Kel 34:30Ilustrasi: Nabi Musa setelah menerima 10 Perintah Allah (sumber: People.com)

Oleh P Kons Beo SVD

Rabu, 28 Juli 2021, (Pekan Biasa XVII - St Celsius, St Nazarius, St Paus Viktor I, Beato Yohanes Soreth)

Bacaan I Keluaran 34:29-35
Mazmur 99:5.6.7.9
Injil Matius 13:44-46

"Cornutam Mosi faciem" Kel 34:30
(...tampaklah kulit wajah Musa bercahaya)

CERAH. Ceriah. Berkobar-kobar. Penuh semangat. Berbinar-binar.  Bergairah dan penuh sukacita. Bermandikan cahaya sinar pelangi di wajah.

ITULAH lukisan indah seraut-wajah kita. Beraura gemilang. Wajah sedemikian itu kita alami saat kita telah bersua dengan yang dirindui dan yang dikagumi. Bersua dengan 'Yang Ilahi.'

PERJUMPAAN kita dengan Tuhan selalu datangkan kecerahan, kekuatan, semangat dan harapan. Entah dalam apapun situasi berat yang tengah dihadapi.

PERJUMPAAN dengan Tuhan pun menjadikan hati kita teduh, sejuk dan segar dalam bersua dengan sesama. Di situlah kekariban dan keakraban tercipta. Dan menjadi milik kita.

WAJAH Musa sungguh bercahaya. Ia telah berjumpa dengan Tuhan. Wajah Musa seperti itulah yang disaksikan oleh umat Israel. Wajah yang membawa harapan!

SEBALIKNYA, wajah kita bisa berubah jadi kusam. Lusuh. Kehilangan sinar. Ketiadaan binar. Wajah kita sudah 'tak tampan lagi'. Telah hilang segala 'keelokan' yang pernah kita miliki. Virus kemurungan telah datang mendera! Dan di wajah kita tertangkap garis-garis penuh beban.

MUNGKIN KAH ini terjadi karena kita telah sekian terjebak dalam irama diri sendiri? Yang (seolah-olah) penuh sibuk sana sini? Yang telah kehilangan saat untuk berjeda sejenak bersama Tuhan , Sumber Segala CAHAYA?

PERHATIKAN pula! Wajah kita pun bisa beraura sangar dan sinis. Bola mata di wajah kita sering diterpa penuh kabut. Untuk selalu memandang redup dan suram terhadap sesama.

SAAT kebencian telah jadi tamu di hati kita, maka terungkaplah sinar   wajah tak suka akan sesama. Berhati-hatilah! Karena di situ kita sudah miliki sederet nama yang terbuang, terkucil, terenyahkan, terpinggirkan, terisolasi, dan bahkan disampahkan.

KITA memang mesti terus belajar untuk melihat sesama dengan tenang. Bahwa dalam dirinya terdapat pula harta terpendam dan mutiara yang indah (cf Mat 13:44-45).

PADA saatnya, bersama sesama  dapat terlahir dan terciptalah persahabatan nan mesrah. Penuh ketulusan. Dalam alam cinta damai. Demi suasana hidup yang lebih baik.

Verbo Dei Amorem Spiranti

Tuhan memberkati.
Amin.

Editor: Redaksi

RELATED NEWS