Oleh P Kons Beo SVD

(Pekan Biasa VIII - St Paus Bonifasius IV, St Gregorius VII, Sta Madeleine Sophia Barat, Sta Magdalena de' Pazzi)

Bacaan I Putra Sirakh 35:1-12
Mazmur 50:5-6.7-8.14.23
Injil Markus 10:28-31

Barangsiapa meninggalkan...

MERAIH. Itulah yang diusahakan dalam hidup. Banyak hal yang kita alami, yang kita miliki, yang kita kumpulkan. Segalanya dapat dipahami. Hidup butuhkan jaminan. Tak cuma garansi fisik. Tetapi berpautan pula dengan kenyamanan afektif-bathiniah.

TERCABUT dari rasa nyaman bukanlah perkara mudah. Melepaskan segala keindahan yang  segarkan jiwa itu tidak segampang balikan telapak tangan. Rela tinggalkan zona nyaman  sering menjadi kisah pertarungan yang menyedot energi di pikiran dan di hati.

TETAPI, apakah semuanya itu adalah sesuatu yang mustahil? Yang tak bisa dilewati oleh manusia? Tak ada syarat yang paling utama untuk alami sikap meninggalkan dan melepaskan selain sikap beriman yang kokoh pada Yesus sendiri.

"Kami ini telah tinggalkan segala sesuatu dan ikuti Engkau" (Mrk 10:28). Itulah kata-kata Rasul Petrus. Untuk ikuti Yesus, para murid mesti bertolak dari kekosongan. Dari ketakberpunyaan. Dan di jalan mengikuti itu, ada kepasrahan bahwa biarlah Yesus sendiri yang tampil sebagai penjaminnya.

KEMURIDAN ternyata bukanlah ziarah untuk memenuhi diri. Bukanlah sebuah perjalanan demi sendiri. Untuk tiba pada batas-batas pencapaian diri. Tetapi, ikuti Yesus selalu tegaskan kisah-kisah melepaskan. Dalam banyak hal. Demi apa yang menjadi rencana Tuhan sendiri.

Hidup kekal yang dijanjikan Tuhan, hanyalah alarm. Betapa sementara-nya kehidupan ini. Tetapi bahwa harapan akan keabadian hidup mesti jadi milik kita. Karenanya, bergiranglah dalam melepaskan, dalam meninggalkan dan dalam memberi (cf Sirakh 35:8-10).

Verbo Dei Amorem Spiranti

Tuhan memberkati.
Amin.