RENUNGAN KATOLIK, Senin, 16 Agustus 2021: "Abiit tristis...." Mat 19:22

redaksi - Minggu, 15 Agustus 2021 20:42
RENUNGAN KATOLIK, Senin, 16 Agustus 2021: "Abiit tristis...." Mat 19:22Ilustrasi: Injil Matius 19:16-22. Pergilah orang muda itu dengan sedih: Mat 19:22 (sumber: sangsabda.wordpress.com)

Oleh Oater Kons Veo SVD


(Pekan Biasa XX - St Stefanus dr Hungaria)

Bacaan I Hakim-Hakim 2:11-19
Mazmur 106:34-35.36-37.39-40.43av.44
Injil Matius 19:16-22

"àbiit tristis...." Mat 19:22
(Pergilah orang muda itu dengan sedih)

Tampaknya Tuhan tak hargai usaha orang muda itu. Wajarlah bila ia berhak atas apapun barang atau keuntungan dari yang diusahakannya. Atau setidaknya, ia punya rasa memiliki.

SAYANGNYA perkara akan jadi lain saat orang muda itu merasa sedih untuk tinggalkan apa yang diperolehnya. Bukan untuk tinggalkan begitu saja. Tetapi bahwa harta itu mesti dijual untuk kemudian dibagi-bagi kepada orang-orang miskin.

SEMUANYA ini punya kaitan dengan mengikuti Yesus. Tak gampang tentunya bagi si anak muda itu. Haruskah ia lepaskan hartanya dan lalu ikuti 'ORANG yang tak punya apa-apa?'

Radikalisme tak berpunya, kosong atau dinamika meninggalkan memang membongkar rasa keamanan manusiawi. Karena siapapun manusia pasti terhubung pada siapa dan pada apa demi keamanan dan keterjaminannya.

TETAPI yang jadi halangan terberat di baliknya adalah soal kelekatan hati pada sesuatu. Anak muda itu berat hati untuk berlangkah melepaskan atau meninggalkan semua kefanaan miliknya.

KITA pasti bisa terjebak dalam tarikan atau pilihan dua kekuatan dahsyat. Antara tinggalkan yang kita miliki untuk bebas demi DIA dan bersama DIA dalam karya keselamatan. Atau kah tinggalkan yang seberapa agar dengan nama DIA, kita semakin menanjak, terjamin dan berlimpah-limpah demi diri sendiri?

APAKAH anak muda itu benar bahwa ia lebih baik terhormat menyerah, jujur untuk putuskan tidak mengikuti Yesus? Ketimbang ia mesti ikuti Yesus sambil tetap gelisah  oleh kelekatan hati untuk menimbun yang fana demi diri sendiri?

MENGIKUTI Yesus senantiasa dipandang juga sebagai panggilan untuk berbagi, untuk memberi. Satu gaya dan sikap batin tak sedih, melainkan selalu ceriah bergembira bahwa sesama dapat (bertahan) hidup dari apa yang kita punyai.

Verbo Dei Amorem Spiranti

Tuhan memberkati.
Amin

Editor: Redaksi

RELATED NEWS