INI kisah terjadi setahun yang silam. Namun sebagai warisan budaya, patut ditayangkan kembali. Tujuannya, bukan untuk bernostalgia, tapi, agar ritual adat dapat dipetik maknanya. Juga agar pesan-pesannya bisa tetap dipegang dan dijalankan.

Sebagai lembaga yang melaksanakan fungsi perwakilan, fungsi legislasi, fungsi kontrol,  dan  fungsi aspirator (penyuara suara Rakyat), maka BPD (Badan Permusyawaratan Desa) adalah mereka yang menyandang gelar Ina Meti Liar, Ama Nadar Rang dalam khazanah adat demokrasi lokal Nian Tana Sikka.

Maka betapa menarik, Panitia Pemilihan BPD & Kepala Desa dan Aparatur Pemdes Wairterang Kecamatan Waigete mengawali proses pelantikan BPD Wairterang pada Kamis 18 Juni 2020 dengan  ritus adat yang penuh martabat & punya bobot filsafat yang hebat.

Pagi-pagi ke-5 anggota BPD Terpilih dijemput dari rumahnya oleh grup Gong Waning. Sungguh, itu penghargaan yang indah. Mereka lalu berkumpul di rumah Bapa Desa. Sebuah simbol kekompakan untuk bersama mengabdi.

Lantas bersama Camat Waigete, mereka diantar oleh para penari dengan tarian Hegon Papak menuju tempat pelantikan. "Ami te é ba... Lamen Wairterang," pekik kahe dua bocah penari...

Tokoh adat berdiri di pintu masuk, mereciki mereka dengan huler-wair diiringi doa adat utk bliran-blatan raganya, sehat-segar jiwanya, elok-mumpuni kinerjanya...

"Miu Ina Meti Liâr, diat naha liár sina... Miu Ama Nadar Rang, bokang naha rang jawa... Ma kula sai ganu wula, ma kame sai ganu lero... Ia na Riwun Ngasun Desa Wairterang newan moret epan, tiang-tajang, sareng ita mogat sawen..."

*Ditulis  dan dibagikan Even Edomeko, Camat Nelle di Kabupaten Sikka.