Sebutkan Beberapa Alasan, WHO Minta Hentikan Sementara Suntikan Booster Vaksin COVID-19
MAR - Jumat, 06 Agustus 2021 12:21JAKARTA (Floresku.com) - Direktur Jenderal (Dirjen) Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan meminta seluruh negara untuk menghentikan suntikan penguat (booster) vaksin COVID -19.
Ia menyebut, penghentian suntikan booster vaksin COVID-19 tersebut hingga setidaknya akhir September 2021.
Menurutnya, langkah itu diharapkan dapat memungkinkan setidaknya 10 persen dari populasi setiap negara divaksinasi
Seruan untuk menghentikan booster vaksin COVID-19 benar-benar ditekankan oleh organisasi kesehatan dunia yang berada di bawah naungan PBB itu.
Sebab kesenjangan antara tingkat vaksinasi di negara-negara berpenghasilan tinggi dan negara-negara berpenghasilan rendah, semakin melebar.
Tedros memahami kepedulian semua pemerintah di seluruh negara untuk melindungi rakyatnya dari pandemi.
Namun, WHO tidak dapat menerima negara-negara yang telah menggunakan sebagian besar pasokan vaksin global.
"Saya memahami kepedulian semua pemerintah untuk melindungi rakyatnya dari varian Delta," kata Tedros dikutip dari CNA.
"Tetapi kami tidak dapat menerima negara-negara yang telah menggunakan sebagian besar pasokan vaksin global yang menggunakan lebih banyak lagi," tambah Tedros.
Negara-negara berpenghasilan tinggi memberikan sekitar 50 dosis untuk setiap 100 orang pada bulan Mei, dan jumlah itu meningkat dua kali lipat, menurut WHO.
Sedangkan negara-negara berpenghasilan rendah hanya mampu memberikan 1,5 dosis untuk setiap 100 orang, karena kurangnya pasokan.
"Kami membutuhkan pembalikan yang mendesak, dari sebagian besar vaksin masuk ke negara-negara berpenghasilan tinggi, ke sebagian besar ke negara-negara berpenghasilan rendah," kata Tedros.
Beberapa negara bahkan telah mulai menggunakan atau mulai menimbang kebutuhan akan dosis booster.
Jerman mengatakan pada hari Senin bahwa pada bulan September akan mulai menawarkan suntikan booster kepada orang-orang yang rentan.
Uni Emirat Arab juga akan mulai memberikan suntikan booster untuk semua orang yang divaksinasi lengkap yang dianggap berisiko tinggi, tiga bulan setelah dosis vaksin kedua mereka, dan enam bulan untuk rentang usia tertentu.
Pekan lalu, Presiden Israel Isaac Herzog menerima suntikan ketiga vaksin virus corona.
Israel telah memulai kampanye untuk memberikan suntikan booster kepada orang berusia di atas 60 tahun di negara itu.
Amerika Serikat pada bulan Juli menandatangani kesepakatan dengan Pfizer Inc dan mitra Jerman BioNTech untuk membeli 200 juta dosis tambahan vaksin COVID-19 mereka untuk membantu vaksinasi anak serta kemungkinan suntikan booster.
Regulator kesehatan Amerika Serikat masih menilai perlunya dosis booster.
Vaksinasi dosis ketiga di Indonesia
Pemerintah melalui Kementrian Kesehatan (Kemenkes) merencanakan bakal memberikan suntikan vaksin COVID-19 dosis ketiga atau booster vaksin untuk masyarakat umum.
Vaksin dosis ketiga yang ditujukan bagi masyarakat umum ini dijadwalkan mulai dilakukan pada tahun 2022 mendatang.
Saat ini, vaksin dosis ketiga atau booster juga sudah mulai dilakukan oleh kemenkes RI.
Hanya saja, untuk saat ini pemberian vaksin dosis ketiga tersebut dilakukan kepada kalangan tenaga kesehatan (nakes).
Vaksin dosis ketiga yang dilakukan bagi kalangan nakes menggunaka jenis vaksin Moderna.
Kalangan nakes memang menjadi prioritas untuk menerima suntikan vaksin dosis ketiga.
Pasalnya, para nakes merupakan garda terdepan yang kerap dan langsung berhadapan dengan penanganan pasien COVID-19.
Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Siti Nadia Tarmizi, mengatakan, dalam rekomendasi ITAGI, vaksinasi dosis ketiga (booster) untuk masyarakat direncanakan digelar setelah 12 bulan atau tahun depan.
Hal tersebut dilakukan mengingat terjadi penurunan imunitas setelah enam bulan dari penyuntikan kedua vaksin Sinovac.
Dengan begitu, booster vaksin untuk masyarakat perlu direncanakan.
"Titer antibodi ada penurunan untuk vaksin Sinovac, maka bisa direncanakan booster tapi setelah 12 bulan, tahun depan kita laksanakan booster kepada masyarakat umum," kata Nadia, Rabu (4/8/2021).
Nadia menegaskan, hingga saat ini, vaksin dosis ketiga hanya diberikan untuk tenaga kesehatan. Sebab, kata dia, nakes lebih berisiko terpapar Covid-19 dibandingkan kelompok masyarakat lainnya.
"Kita tahu risiko terpaparnya nakes itu sangat besar pada saat kasus meningkat jauh, sehingga perlu ditambah proteksi tambahan," ujarnya.
Lebih lanjut, Nadia mengatakan, ITAGI juga menyarankan agar ada penelitian penunjang guna mendapatkan data yang evidence based untuk menentukan vaksinasi booster pada semua masyarakat secara massal.
Adapun penelitian yang disarankan adalah pemeriksaan titer antibodi anti-RBD pada 2-4 minggu pasca-vaksinasi booster dilakukan secara acak.
Kemudian, pemantauan break-through of severe COVID-19 case pada semua nakes yang diberikan booster vaksin.(*)
Tulisan ini telah tayang di kabarsiger.com oleh Yunike Purnama pada 06 Aug 2021