Semifinalis Bulu Tangkis Olimpiade Tokyo, Kevin Cordon: “Hidup Terus Berjalan Ketika Anda Percaya kepada Tuhan”

redaksi - Minggu, 01 Agustus 2021 16:45
Semifinalis Bulu Tangkis Olimpiade Tokyo, Kevin Cordon: “Hidup Terus Berjalan Ketika Anda Percaya kepada Tuhan”Semifinalis Bulu Tangkis Olimpiade Tokyo, Kevi Cordon dari Guatamala (sumber: Churchpop.com/COGuatemalteco/Twitter)

TOKYO (Floresku.com) - Pebulu tangkis Indonesia, Anthony Sinisuka Ginting, akan menghadapi wajah asing di dunia bulu tangkis saat memperebutkan medali perunggu Olimpiade Tokyo. Ia akan melawan Kevin Cordon.

Siapa Kevin Cordon?

Konon Namanya ‘Kevin Cordon’ dipilih orangtuanya yang fans berat pahlawan sepak bola Inggris Kevin Keegan. Kevin Gordon (34 tahun) adalah pebulu tangksi asal Guatamala. Dalam peringkat dunia BWF, Kevin Gordon berada di posisi ke-56. Prestasinya dalam turnamen dunia baru berkutat di level challenge.  Karena itu, keberhasilannya lolos hingga semifinal dianggap sebagai kejutan besar.

Ekspresi Kevin Cordon setelah berhasil mengalahkan  Heo Kwanghee, dengan skor 21-13 l, 21-18. (Sumber: trenmap.com/twitter)

Pada babak perempat final, Sabtu, 31 Juli, Kevin Cordon berhasil mengalahkan wakil Korea, Heo Kwanghee, dengan skor 21-13 l, 21-18. Namun, ia gagal melaju hingga ke final karena di babak final, Ahad ini, dikalahkan Viktor Axelsen (Denmark) dengan skor , 21-18, 21-11.

"Saya bermain sangat keras dengan hati saya. Saya tidak berpikir, saya hanya bermain," kata Cordon bermata merah yang jatuh ke lantai dan meringkuk terisak-isak di akhir pertandingan. "Tidak mudah bagi kami sebagai sebuah negara - ada hal-hal yang lebih penting di Guatemala untuk didukung daripada olahraga," kata Cordon.. "Itulah kenyataan kami."

Sebetulnya, Kevin Cordon sudah lama bertekad menerjunkan diri ke dalam olahraga bulu tangkis sepenuhnya sejak belia.  Menurut Reuters, saat berusia 12 tahun dia  memutuskan hijrah dari kampung halamannya di Zacapa menuju kota Guatemala demi mengejar mimpinya bermain bulu tangkis.

Tetapi pemikiran untuk mewakili negaranya di Olimpiade membuatnya mengubah taktik, dan dia melakukannya setelah bepergian sendirian ke ibu kota – Guatemala City – selama bertahun-tahun untuk berlatih.

“Alasan saya memilih bermain bulu tangkis adalah karena olimpiade. Saya mencapai impian saya di Beijing 2008, dan di Olimpiade keempat saya, saya terus memiliki mimpi yang sama, dan menikmatinya bahkan lebih dari sebelumnya.”

Perjuangan dan kerja kerasnya tak sia-sia. Ia sudah dua kali tampil di Olimpiade. Ia harus menarik diri dari Olimpiade Rio de Jainero 2016 karena mengalami cedera saat berlaga pada partai pertama. Namun, kini di Tokyo, ia menorehkan hasil lebih baik dan berpeluang meraih medali.

Pada usia hanya 21, Cordón dipilih untuk membawa bendera negaranya untuk negaranya pada Upacara Pembukaan.

Dia mendapat bye untuk lolos ke putaran kedua tunggal putra, tetapi kalah dalam dua game yang berdekatan dengan unggulan ketiga BAO Chunlai.

Empat tahun kemudian, turnamen beralih ke fase grup awal di mana Cordón mengejutkan favorit tuan rumah dan unggulan ke-15 Rajiv Ouseph untuk maju ke babak 16 besar. Setelah game pembuka yang ketat, dia langsung kalah melawan Sasaki Sho, asal Jepang.

Bisa keluar dari situasi sulit karena percaya Tuhan

Setahun kemudian, ia berada di sela-sela karena cedera – yang telah menimpanya sepanjang karirnya – dan kehilangan saudara laki-lakinya membuatnya mempertanyakan apakah ia ingin melanjutkan bulu tangkis.

“Saya merasa seperti orang paling beruntung di dunia karena saya kembali dari cedera parah dan kematian saudara laki-laki saya. Saya sudah menjadi ‘manusia baru,’ ujarnya.

“Hidup terus berjalan dan ketika Anda percaya kepada Tuhan, Anda bisa keluar dari situasi sulit itu,” katanya lebih lanjut.Setiap kemenangan ditandai dengan "teriakan ke surga", mendedikasikan kemenangan untuk mendiang saudaranya.

Di Rio 2016, Cordón mengalami cedera pergelangan kaki dalam kekalahan pembukaannya dari pemain Polandia Adrian Dziolko dan terpaksa mundur dari kompetisi.

Lima tahun kemudian, dan dia sekarang memenangkan lebih banyak pertandingan di Tokyo daripada gabungan tiga pertandingan sebelumnya.

Meskipun ia telah menikmati kesuksesan kontinental dengan gelar Pan American Games pada 2011 dan 2015, serta perak pada 2007 dan perunggu pada 2019, sejauh ini merupakan saat terbaiknya.

Mimpi Cordon jadi kenyataan

Berbicara kepada Olympics.com setelah mencapai perempat final, dia berkata, “Ketika saya lolos ke Olimpiade untuk pertama kalinya, itu adalah mimpi untuk berada di sana. Setelah itu, saya mulai bermimpi memenangkan lebih banyak pertandingan. Sekarang saya sudah memenangkan tiga di sini, saya tidak percaya itu.”

Di pertandingan berikutnya, Cordon akan berhadapan dengan pebulu tangkis Indonesia, Antony Sinsuka Ginting. Jika mampu membuat kejutan, mengalahkan Antony maka  Cordon akan mempersembahkan medali Olimpiade kedua bagi Guatemala dalam sejarah, setelah yang pertama dipersembahkan oleh Erick Barrondo dari cabang lomba lari 20km London 2012.

Memukau pencinta bulu tangkis sejagad

Para pencinta bulu tangkis sejagad terpukau dengan pencapaian atlet asal Guetemala itu. Pasalnya Kevin Cordon yang bukan siapa-siapa di cabang olahraga bulu tangkis,  kini suskses mencapai semifinal tunggal putra.

Bagi Guetemala, apa yang dilakukan Cordon telah mencetak sejarah untuk dunia bulu tangkis negara tersebut. Sebab tak pernah ada atlet bulu tangkis Guetemala yang pernah menjajaki semifinal bulu tangkis di Olimpiade.

Bahkan kini Cordon berpeluang menyumbangkan medali untuk Guetemala di pesta olahraga empat tahunan tersebut. Tentu apa yang dilakukan Cordon sangatlah luar biasa, apalagi jika mengetahui perjuangannya untuk bisa menembus semifinal tunggal putra tersebut.

Berlatih di aula gereja St. Fransiskus Asisi

Menurut portal chrchpop.com edisi 20 Juli 2021, pandemi Covid-19 menjungkirbalikkan kehidupan Cordón saat ia bersiap untuk Olimpiade 2020 karena pusat pelatihan wilayah di Zacapa menjadi rumah sakit lapangan. Atlet Guatemala berusia 34 tahun itu rela mencoba segala cara untuk meraih mimpinya. Dan saat itulah ia menemukan tempat yang tidak biasa untuk melanjutkan pelatihannya: aula paroki Gereja Santo Fransiskus dari Assisi, dekat dengan tempat tinggalnya.

“Suatu hari saya melihat ke plafon aula untuk melihat seperti apa ketinggian, cahaya, dan ruangnya. Ini memiliki ukuran yang sama dengan lapangan biasa,” kata Cordón dalam wawancara dengan ESPN Digital.

“Jadi saya menelepon pastor dan menjelaskan bahwa saya tidak boleh melewatkan pertandingan karena saya tidak tahu kapan turnamen dimulai. Pastor tidak berkeberatan kami menggunakan alua paroki. Hanya dia meminta saya untuk membantu dengan tagihan listrik. Ketika saya berbicara dengan walikota dan polisi mengenai usulan pastor, mereka memberi saya lampu hijau.”

Kemudian Kevin Cordón kemudian membuat semua penyesuaian yang diperlukan di aula paroki dengan dukungan dari Federasi Bulu Tangkis Guatemala

“Mereka membawakan saya jaring dan hal-hal yang diperlukan untuk program latihan.  Jadi semua peralatan datang dari ibu kota dan kami tinggal memasangnya,” lanjut Kevin Cordon. “Kami menyesuaikan kondisi aula agar mirip dengan tempat latihan di Federasi Bulu Tangkis Nasional Guatamala.”

Pada 26 Agustus 2020, Federasi Bulu Tangkis Nasional Guatemala menerbitkan foto atlet tersebut dan menjelaskan bahwa lokasi baru memungkinkannya untuk melanjutkan pelatihan sebagai persiapan menuju Olimpiade Tokyo.

“Pemain bulu tangkis Kevin Cordón memiliki waktu dua bulan untuk mencari rekondisi fisik agar tetap bugar untuk musim 2021, di mana Olimpiade Tokyo dijadwalkan berlangsung,” tulis posting itu.

Kevin Cordon dan pelatihnya sedang berlatih bulu tangkis di aula paroki Gereja Santo Fransiskus dari Assisi, dekat dengan tempat tinggalnya di Guatamala (Sumber: Chrushpo.com, 30 Juli 2021).
Kevin Cordon dan pelatihnya, Muamar Qadafi yang ber asal dari  Indonesia (Foto: Istimewa)

Pelatihnya dari Indonesia

Melalui cuitan twitternya, Kepala Bidang Hubungan Luar Negeri PBSI, Bambang Roedyanto menyampaikan kalua pelatih Kevin Cordon adalah seorang Indonesia. "Kevin Gordon menjadi pemain pertama dari PanAm Continental ke Quarterfinal.. dia dilatih pelatih dari Indonesia.. kalau tidak salah namanya Khadafi," ujar Bambang.

Meski begitu, di situs resmi Olympics, tertera nama pelatih Kevin Cordon adalah Jose Maria Solis, sesama orang Guatemala dan sudah menukanginya sejak 2004. Berdasarkan situs Archy Sport, Solis bekerja dengan Qadafi sedari 2017 untuk melatih Kevin Cordon dan juga Nikte Sotomayor, pemain tunggal putri Guatemala. Keduanya merupakan wakil-wakil Guatemala di cabang bulu tangkis dari total 22 atlet yang dikirim negara tersebut ke Tokyo 2020.

 Lalu bagaimana perjalanan karier Muamar Qadafi hingga bisa melatih di Guatemala? Dikutip dari situs Today in 24, Muamar Qadafi adalah mantan pemain PB Djarum. 

Setelah kariernya sebagai pemain selesai, ia menjadi asisten teknis untuk tim lokal di Indonesia pada tahun 2000.  Perjalanan Qadafi sebagai pelatih di luar Indonesia dimulai pada tahun 2005. Qadafi melakukan lompatan besar dengan melatih tim bulu tangkis Peru. 

Berselang empat tahun kemudian, Qadafi menerima tawaran melatih tim bulu tangkis Guatemala. Namun, sebelum ke Guatemala, ia pernah melatih tim bulu tangkis lokal di Ekuador.Kemudian di tahun 2017 Qadafi bekerjasama dengan Jose Maria Solis melatih Kevin Cordon dan Nikte Sotomayor, pemain tunggal putri Guatemala. 

Berkat tangan dinginnya, kini Kevin Cordon berhasil mencetak sejarah bagi dunia bulu tangkis Guatemala. Ia menjadi atlet bulu tangkis asal Guatemala pertama yang berhasil menembus semifinal dan kini berpeluang untuk membawa pulang medali dari Tokyo. (MAR)

Editor: Redaksi

RELATED NEWS