Sepenggal Kisah Mama Madara di Teras Rumah Makan Nirwana Larantuka

redaksi - Jumat, 06 Agustus 2021 11:21
Sepenggal Kisah Mama Madara di Teras Rumah Makan Nirwana LarantukaMama Madara, wanita lansia yang sehari-hari berjualan di ters RM Nirwana, Larantuka (sumber: Paul Kebelen)

LARANTUKA (Floresku.com) - Pada teras depan Rumah Makan 'Nirwana' di wilayah pertokoan Kota Larantuka, tampak sesosok wanita lansia tengah menjajakan dagangannya. Nama wania tua itu 'Madara'. Ia berdomisili di Kelurahan Postoh, Kecamatan Larantuka, Kabupaten Flores Timur (Flotim). 

Ketika ditanya  perihal nama lengkapnya, ia menjawab singkat sambil tersenyum santun: "Mama Madara saja".

Wajahnya pucat pasi.  Baju dan sarungnya begitu kusam, ditambah songkok biru meyalut ubun-ubun dan rambutnya.  Dari atribut dan busananya itu terpancar nayata kesahajaan hidunya.

Kerut wajahnya seakan-akan mengisahkan  betapa peliknya hidup ini. Kendati demikian, tatapan wanita tua itu begitu tegar dan meyakinkan.  Sembari tersenyum ia menawarkan aneka barang jualannya seperti bawang merah, bawang putih, tomat, dan pinang kepada semua orang yang mendekatinya. 

Bermodalkan atap warung sebagai penyanggah terik matahari, ia meletakkan dagangannya di atas kertas koran dan karung bekas. Selanjutnya, ia percayakan nasib dan rejekinya kepada pemberi rahmat. Tentu saja dalam hati ia berharap, semoga dagangannya laku terjual. 

“Kalau sudah dapat.30.000 rupiah pun sudah cukup. Kadang kalau bernasib baik bisa sampai Rp.70.000,”  ujarnya.

Ketika pagi pagi hari tiba, sekitar pukul 06.00 WITA, ia mulai menjajakkan dagangannya. Kemudian sekitar pukul 12.00 siang WITA,  ia pun mengakhiri ‘pertarungannya’ lalu kembali ke rumahnya.

Maklum, di usia yang begitu senja, ia tak bisa memaksakan diri itu bertarung nasib seharian penuh. Setelah terik matahari semakin menyengat tubuh, mama Madara pun kembali ke rumahnya untuk beristirahat, tetapi barang dagangannya tidak ikut serta.  Ia hanya membungkusnya dengan erat dan rapi lalu membiarkannya di teras warung itu. Ia percaya bahwa orang-orang sekitar, tidak akan mengobrak-abrik dagangannya, apalagi mencurinya.

Namun, ibarat kata pepatah, "Dalamnya lautan bisa diukur, dalamnya hati siapa tahu?”  Tak dinyana, sekitar empat hari lalu (Senin, 02 Agustus, red),  bungkunsan barang dagangannya pun diobrak-abrik oleh orang tak dikenal. Sebagian besar hilang dicuri, sebagiannya lagi dibiarkan berserakan begitu saja. Sungguh jahanam perilaku manusia sekarang.

Mendengar cerita tentang peristiwa empat hari lalu itu, rasa iba pun muncul tanpa ia memintanya. Ketika  bertanya apa yang dilakukannya ketika mengalami peristiwa itu? Mama Madara menjawab dengan spontan dan singkat. "Kalau sudah dicuri, mau bagaimana lagi", ujarnya dengan suara lembut sembari memandang beberapa kendaraan yang lalu lalang.

Hal berikutnya, Maria Bunga (60), sebagai pelayan di Rumah Makan Nirwana, membenarkan peristiwa pencurian tersebut. "Kami juga merasa iba dengan Mama Madara. Kami mengenalnya, seba ia sudah lama berjualan disitu," tutur Maria Bunga.

Maria Bunga menerangkan, pihak Rumah Makan Niirwana sama sekali tak berkeberatan dengan  Mama Madara yang memanfaatkan teras rumah makan untuk berdagang, 

“Dalam kehidupan ini kita perlu  mengamalkan sikap saling berempati terhadap sesama. Kita memang perlu saling mendukung,” pungkasnya. (Paul Kebelen)

Editor: Redaksi

RELATED NEWS