Sirkuit Mandalika dan Desa Wisata Mas Mas, Bisa Saling Menopang

redaksi - Sabtu, 20 November 2021 14:59
Sirkuit Mandalika dan Desa Wisata Mas Mas, Bisa Saling MenopangDesa Wisata Mas Mas, Lombok (sumber: www.tripadvisor.co.id)

MATARAM (Floresku.com) - Sirkuit Mandalika yang diresmikan oleh Presiden Joko Widodo pada 12 November 2021 sudah siap untuk menjadi tuan rumah untuk MotoGP 2022 dan Wolrd Superbike (WSBK) 2021. 

Dua ajang balap motor bergengsi itu diyakini Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno bakal membangkitkan pariwisata dan membuka peluang usaha serta lapangan kerja.

Sirkuit seluas 1.-35,67 hektar itu selain mewah dan bertaraf internasional, juga strategis karena langsung berhadapan dengan Samudera Hindia sehingga menyajikan panorama alam yang memukau bagi ratusan ribu  penonton gelaran balapan.  MotoGP. 

Situs kemenparekraf.go.id menyebutkan, sirkuit ini dapat menampung hingga sekitar 195 ribu penonton saat situasi normal atau tidak dalam keadaan pandemi Covid-19. 

Sirkuti Mandallika berhadapan dengan Samudera Indonesia (Sumber: Istimewa)

Sementara di tengah pandemi diperkirakan hanya dapat mencapai 114 ribu penonton. Perhitungan ini didapatkan dari rincian 40% penonton lokal, dan sisanya adalah wisatawan mancanegara selama tiga hari gelaran MotoGP berlangsung.

Sebagai ikon pariwsata premimium, Sirkuit Mandalika diharapkan mampu menarik banyak wisatawan, baik lokal maupun manca negara. Namun, tidak hanya itu. Sirkuit tersebut diharapkan bisa menpang berbagai destinasi lain di sekitarnya. Sebaliknya, berbagai destinasi wisata yang menarik di sekitarnya dapat ikut menopang destinasi wisata olah raga, Mandalika. 

Salah destinasi yang dapat saling menopang dengan Sirkuit Mandalika adalah Desa Wisata Mas Mas.

Desa Wisata Masmas berada di wilayah Batukliang Utara Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat.adalah. Desa wisata ini terdiri dari 11 dusun yaitu Dusun Selusuh, Dusun Keranji, Dusun Punikasih, Dusun Goak Lauk, Dusun Langge Lawe Lauk, Dusun Senyiur, Dusun Batu Lilih, Dusun Antak-Antak, Dusun Senurus, Dusun Gelogor, dan Dusun Selojan. 

Desa Wisata Mas Mas masih dipenuhi oleh areal persawahan yang ditanami padi dan sebagian besar warga Desa Wisata Mas Mas memiliki ternak sapi di belakang rumah.

Dengan begitu, di sini para wisatawan bisa melihat kehidupan riel masyarakat secara detail dan asli tanpa ada yang dibuat-buat. 

Namun, Habiburahman, mengatakan proses membangun Desa Wisata Mas Mas tidak mudah. Sebab, warga Desa Mas Mas yang 100 persen Muslim yang fanatik, awalnya merasa canggung menerima orang asing.  Bahkan, untuk bertemu dengan turis saja mereka menganggapnya sebagai tabu.

“Kami butuh waktu cukup lama untuk mengubah pola pikir warga di sini sehingga mereka akhirnya mau menerima bahwa pariwisata dapat mendukung kehidupan ekonomi mereka sendiri,” ujar pengelola Desa wisata Mas Mas itu sebagaimana dirilis melalui kanal yootube, Ahmad Jumaili.

 ‘Apalagi yang kami tawarkan hal-hal yang sudah biasa, tidak ada yang baru atau dipoles. Misalnya, petani sebelum ke ladang, sarapan singkon rebus atau singkong bakar, itu yang kita tunjukkan kepada para wisatawan. Dan itu itu ternyata merupakan hal yang menarik bagi mereka,” ujarnya Habiburahman lagi

Alhamdulilah, katanya,  melalui sosialisasi yang terus menerus, warga desa mulai bersikap terbuka dan menerima kehadiran para wisatawan asing.

Wisatawan asing ikut bekerja membersiihkan bulir padi dari tangkainya (sumber:travellingyuk.com)

Mengalami kehidupan harian warga desa

Para wisatawan dapat mengalami kehidupan masyarakat mulai dari bagaimana anak-anakberangka atau pulang dari sekolah dengan segala kekurangannya, bagaimana petani bekerja di sawah dan ladang mereka, atau  bagaimana sebagian dari  warganya membuat anyaman ketak sebagai pekerjaan setiap ada waktu luang, atau kesibukan mereka membuat kerupuk bonggol pisang dan menyiapkan makanan khas desa mulai dari cara masaknya juga bahan-bahan yang digunakan. 

Selain menonjolkan kesibukan harian warga desa sebagaimana adanya, Desa Wisata Mas Mas diberkati dengan pemandangan alam yang sangat indah yang ditambah dengan pemandangan Gunung Rinjani yang sangat menawan. 

Wisatawan asing sedang menikmati sajian makanan lokal di sebuah pondok di Desa Wisata Mas Masa (Sumber: www.yotube.com)

Selain itu,  Desa Wisata Mas Mas memiliki paket wisata khusus untuk mancanegara, dimana wisatawan mancanegara di ajak berkeliling desa melihat pemandangan yang ada, mengajak wisatawan untuk merasakan bagaimana cara menanam padi dan sebagainya. 

Selain itu, wisatawan mancanegara mengenakan sarung tenun khas lombok untuk digunakan sebagai bentuk penghormatan kepada warga desa wisata mas mas yang mayoritas beragama islam.   

Desa Mas Mas juga memiliki embung yang digunakan untuk menampung air hujan. Embung tersebut digunakan untuk mengairi sawah-sawah yang ada di Desa Mas Mas. 

Di embung tersebut warga membudidayakan beragam jenis ikan, sehingga ketika membutuhkan warga tinggal memancing di embung tersebut. 

Di desa ini sudah terdapat spot foto di Desa Mas Mas dengan background sawah yang sangat indah. Selain itu, spot foto alami yaitu berada di sekitaran embung ketika senja mulai muncul

Di sini ada pula Gubug Sayur, yang dimanfaatkan warga sebagai tempat penanaman sayur-sayuran dan buah-buahan. Di gubug sayur juga diletakkan beberapa spot foto yang dijadikan sebagai tempat foto teruntuk warga Desa Mas Mas, wisatawan domestik maupun mancanegara. 

Yang menarik, di Desa Mas Mas juga terdapat sentra usaha kerajinan tangan. Misalnya kerajinan menganyam tas Ketak yang dilakukan oleh  warga Dusun Antak-Antak. 

Tas ketak merupakan tas yang terbuat dari ketak atau rotan yang dibuat sedemikian rupa untuk menarik minat pembeli. 

Harga tas Ketak dibandrol sesuai dengan ukuran dan bentuk tas ketak yang di buat. Harga tas ketak yang berbentuk lingkaran yang ukuran kecil dibandrol dengan harga Rp. 85.000,- dan untuk ukuran yang besar dibandrol dengan harga Rp. 100.000,-. 

Untuk tas ketak yang berukuran besar dengan motif batik dibandrol dengan harga Rp. 150.000,- dan untuk tas ketak yang berbentuk seperti kotak dibandrol dengan harga Rp. 200.000,-. Adapun topi yang terbuat dari ketak yang dibandrol dengan harga Rp. 120.000,-. Sehingga untuk wisatawan yang berwisata di desa Mas Mas  untuk membeli oleh-oleh berupa tas ketak.  

Kesaksian wisatawan

Desa Wisata Mas Mas menjadi popule di manca negara berkat kesaksian, Matheus seorang warga Jerman yang menjadi sukarelawan mengajarkan bahasa Inggris selama setahun di desa ini.

Melalui Matheus inilah Desa Wisata Mas Mas mulai dikenal oleh para wisatawan manca negara.

Sejauh ini, memang jumlah wisawatan asing belum banyak. Tentu saja di harapkan, melalui kehadiran Sirkuit Mandalika yang berjarak tempuhh sekitar 1,20 menit, jumlah wisatawan akan semakin bertambah.

Artinya, selain datang menoton balapan di Sirkuti Mandalika, mereka juga dapat dajak untuk mengalami kehdupan desa yang asri di Desa Wisata mas Mas.

Eksotisme dan pengalaman berada di Desa Mas Mas terbukti membekas di hati sejumlah wisatawan.

Melalui portal www.tripadvisor.co.id, GeoffroyDamant, seorang wisatawan asal Busselton, Australia bersaksi demikian: “Jika Anda ingin benar-benar mengalami dan mengintegrasikan budaya lokal di perjalanan Anda, ini adalah tempat Anda untuk memulai untuk Lombok.”

“ Orang-orang ini tidak mengubah cara hidup mereka untuk memberi jalan bagi pariwisata, tetapi tetap berpegang pada akar mereka dan dengan bangga menunjukkan dengan tepat seperti apa cara hidup mereka”

“Dari berpartisipasi dalam upacara hingga memetik dan memasak makanan lokal Anda sendiri, perjalanan dan kunjungan interpretatif yang indah, di antara kegiatan lainnya, Anda akan keluar dari tinggal Anda beberapa langkah lebih dekat untuk menjadi Indonesia.”

“Pak Habib dan tim sukarelawan Desa Mas Mas menjalankan program ini secara tulus hati. Mereka mmeberikankan contoh  yang bagus untuk pembangunan komunitas yang berkelanjutan dan partisipatif yang bergantung pada pariwisata tetapi lebih jauh”.

“Selain mempertahankan ekonomi lokal, kontribusi Anda akan membantu mereka membersihkan desa, mendidik penduduk desa, meningkatkan infrastruktur dan menanam pohon. Luangkan waktu untuk beberapa obrolan seputar beberapa kopi di Masmas, Anda mungkin terkejut tentang betapa banyak yang ditambahkan pada masa tinggal Anda di Lombok.”

Kesaksian senada disampaikan oleh Dababz dari Santa Teresa, Kosta Rika. Dababz menulis demikian” “Desa Mas Mas menawarkan tur berpemandu melalui kehidupan nyata desa Lombok yang khas.”

“Kita harus melihat sekolah, pusat komunitas, berbagai kerajinan tangan (sama sekali tidak mendorong untuk membeli apa pun) dan sawah yang indah. Tidak ada yang dipentaskan untuk palsu, hanya kehidupan nyata. Anak-anak di Sekolah (terutama cewek) senang berlatih bahasa Inggris.”

“Jika Anda ingin melihat kehidupan nyata, ini luar biasa. Terutama anak kami yang berumur 12 tahun benar-benar menyukainya, tetapi ada juga sesuatu untuk anak kecil. Ini adalah proyek sosial yang sangat bermanfaat.” ***

Editor: redaksi

RELATED NEWS