SISI KEHIDUPAN: Jalan Amans Laka, 'Jejak Kaki Abadi' Putra NTT di Puerto Esperanza, Misiones – Argentina (5)
redaksi - Jumat, 25 Juni 2021 00:45'JEJAK KAKI’ Padre Amans di Puerto Esperanza, Provinsi Misiones, Argentina begitu banyak, tak mungkin bisa dinarasikan secara tuntas lewat kata-kata. Padre Amans sendiri mengaku tak bisa mengingat semua yang telah dijalaninya selama 20 tahun berada di sana.
Oleh karena itu, setelah cerita seputar Sekolah Keluarga Para Petani atau Escuela Familia Agricola (EFA) dituturkan media ini pada Minggu, 20 Juni lalu, Padre Amans merasa kurang sreg jika tidak menyebut dua nama yang berperan penting dalam pendirikan Sekolah EFA.
Pada akhir tahun 2002 Padrea Amans Laka mulai berkarya di paroki San Nicolás de Flüe. Setelah beberapa lama berkarya di situ, timbullah gagasan untuk mendirikan sebuah sekolah.
“Ketika saya merayakan Misa di stasi, saya melihat kebutuhan orang-orang muda yang tidak memiliki kemungkinan belajar dan mengalami pendidikan yang baik,” katanya sebagaimana dikutip oleh media lokal, www. elterritorio.com edisi 17 Mei 2007.
“Terus terang, Sekolah EFA tak mungkin bisa berdiri tanpa restu Mgr Joaquin Piña, SJ, uskup Diosis Puerto Iguazú. .Suatu Ketika, saya menemui beliau dan menyatakan keinginan untuk mendirikan sekolah EFA,” Padre Amans mengisahkan.
Mula-mula beliau mejawab katanya, “Cucu, begitu beliau selalu menyapa saya, kita ini sudah punya banyak sekolah. Kita sudah cukup kewalahan membiayainya.Sekarang, cucu minta untuk mendirikan sekolah baru lagi, Terus terang, saya tidak punya uang lagi untuk membantu cucu mewujudkan rencana itu.”
“Kemudian, beliau lama terdiam. Saya pun menunggu saja. Lalu tiba-tiba, Bapa Uskup memecah kesunyian dengan berkata, “Tapi, saya punya sesuatu untuk cucu , yaitu berkat. Setelah berkata begitu, Bapa Uskup menumpangkan tangannya atas saya dan memberikan berkat,” begitu Padre Amens mengenangkan momen penting itu.
“Setelah diberkati oleh Bapak Uskup, hati saya merasa lega, badan menjadi ringan dan merasa sangat siap untuk memulai rencana mendirikan Sekolah EFA. Waktu peletakan batu pertama, Bapa Uskup hadir untuk memberikan berkatnya. Saya sendiri merasa heran, karena proses pembangunan berjalan begitu lancar, sehingga hanya dalam tempo empat bulan, sekolah itu sudah siap beroperasi,” tutur Padre Amans dalan suara bernada haru.
“Seorang teman yang juga sangat berperan dalam proses pembangunan seolah EFA adalah Pater Josef Marx, SVD, seorang misionaris asal Jerman. Bersama beliau, kami berdua berkeroyok (baca:begotong royong) mendirikan sekolah EFA.”
‘Saya dan Pater Marx sehati membangun Sekolah EFA karena kami ingin memberantas kemiskinan dan kebodohan lewat pendidikan. Pendidikan sangat dibutuhkan oleh anak-anak muda Argentina,” ungkapnya.
Tentang Sekolah EFA, media online elterritorio.com. edisi 6 Juni 2007 menulis demikian, “ Pada tahun 2004 dan atas prakarsa pastor paroki Amans Laka (perwakilan hukum dari lembaga pendidikan Katolik), yang didampingi oleh seluruh komunitas, termasuk kota-kota tetangga, Sekolah Keluarga Pertanian memulai kegiatannya, dengan nama Santo Arnold Jansen.
Dalam waktu tak terlalu lama sejak pembentukannya, EFA Puerto Esperanza, yang beroperasi di bawah No. 0-917 SPEPM, mengalami pertumbuhan pesat.Saat ini (Juni 2007, red), sekolah tersebut memiliki 46 siswa yang berasal dari pedesaan Puerto Esperanza, Eldorado, Wanda, Puerto Libertad, Colonia Delicia, Victoria dan Colonia Lanusse. Sekolah ini menerapkan sistem pendidikan berasrama yang unik, di mana para siswa belajar dari Senin sampai Jumat, dari jam 7 pagi sampai jam 12 siang, dan dari jam 2 siang sampai jam 8 malam (termasuk kelas praktik), 2 minggu per bulan. Setelah menyelesaikan studinya, para, siswa akan menerima gelar sarjana dengan spesifikasi keahlian dalam bidang tanaman buah-buahan dan sayuran.”
Terpatri ‘abadi’ dalam hati umat Puerto Esperanza
Sudah sejak 2016 lalu Padre Amans meninggalkan Puerto Espernza, Misiones – Argentina. Namun, ‘jejak kaki’ masih tampak nyata di sana. Bahkan, jejak itu akan terpatri abadi dalam hati umat (masyarakat) di negeri itu.
Reina Fitzmaurice, lewat akun facebooknya menyapa Padre Amans, “Halo, Padre! Senang melihat (foto)mu seperti biasanya dengan senyuman yang tulus! Padre selalu ada di hati kami! Salam!”
Warga Puerto Esperansza yang lain, Patricia Angelica Marecos.pun menyapa dengan kalimat senada. Dia menulis begini, “Halo Padre Amans hari-hari ini kami mengingatmu. Berapa banyak hal yang telah Padre ajarkan kepada kami. Teladan hidup dan nasehat baikmu masih membekas di hati kami! Kami merindukan Padre. Salam, semoga Padre selalu diberkati!”
“Betapa indahnya mengenang hari-hari di mana Padre Amans masih bersama kami. Terima kasih telah berbagi sukacita dengan kami. Sekarang jejak kakimu menjelajahi belahan dunia atau wilayah misi yang lain. Semoga Padre selalu diberkati... Peluk sayang dari dari komunitas yang pernah Padre layani.” Begitu tulis Violeta Alvares, laman facebooknya, Jumat, 18 Juni 2021 lalu.
Ondina Gomezde Olivera pun menungkapkan kesannya akan Padre Amans dengan menulis demikian, “Kami selalu bersyukur karena pekerjaan telah menghasilkan buahnya di Keuskupan kami, secara khusus di Paroki San Andres kami!! Semoga Tuhan tetap memberkati Anda sekarang dan selamanya.’
Patricia Angelica Marecos pun berkomentar, “Terima kasih Padre Amans Laka untuk perhatianmu kami dari negeri yang jauh! Terima kasih banyak untuk penghargaan, begitu banyak kebaikan dan cinta yang telah Padre tunjukkan kepada kami hari demi hari selama berada bersama kami di Puerto Esperanza! Berkatmu dari negeri jauh, kami merasa begitu dekat!”
Sementara Julia Sánchez menambahkan, “Karya pelayananmu sangat megagumkan! Kami selalu berharap suatu saat Padre bisa bersama kami di sini, di Misiones.”
Setelah melihat tayangan media ini terlampir di akun facebook Padre Amas, Gustavo Palucito menyatakan perasaannya dengan menulis begini, “Pastor Amans Laka SVD, pengakuan melalui publikasi ini sama sekali tak sebanding dengan semua karya yang telah Anda lakukan dengan tulus hati untuk umat di Puerto Esperanza, Andresito, Irigoyen, Eldorado dan Caraguatay Panambi. Kami semua mengingat karya pelayananmu. Sebab engkau tidak hanya menjadi seorang gembala yang baik, melainkan juga seorang saudara yang dengan kasih sayang memberikan waktunya demi siapa pun yang membutuhkan. Padre Amans telah menyediakan tempat untuk belajar dan berlatih bagi orang-orang muda kami. Melalui ibadah dan karya pelayananmu, Firman Tuhan selalu hadir di kelas-kelas di sekolah yang Anda dirikan."
Gustavo Palucito kemudian melanjutkan, "Kami tahu bahwa Anda masih memiliki banyak pekerjaan lain yang harus dilakukan sebelum pensiun. Kami mengagumi semangat Anda yang tak kenal lelah bekerja untuk seluruh umat, tak terkeculi kaum yang terpinggirkan. Pelukan hangat dari Misiones, Argentina”.
Begitulah secuil kesan dan doa yang tulus dari beberapa umat di Poerto Esperanza. Curahan hati mereka, tentu saja cukup mewakili suara dari ribuan umat tak bersuara atau yang tak tampil di media sosial yang terhubung secara langsung dengan Padre Amans.
Anugerah ‘Nama Jalan Amans Laka’ dari Pemerintah Argentina
Pengakuan dan penghargaan atas atas kehadiran dan karya tulus Padre Amans, tidak hanya datang dari kalangan umat Katolik, melainkan juga dari pihak politisi dan pemerintah Argentina.
Yang mengagumkan, penghargaan dari pemerintah Argentina atas Padre Amans setara dengan penghargaan yang diberikan pemerintah Uni Emirat Arab (UEA) atas Presiden Joko Widodo. Sebagaimana kita ketahui, pada Senin, 19 Oktober 2020pukul 16.45 waktu setempat, Chairman Abu Dhabi Executive Office Sheikh Khalid bin Mohammed bin Zayed Al Nahyan didampingi Duta Besar RI untuk Uni Emirat Arab (UEA) serta sejumlah pejabat Kementerian Luar Negeri UEA dan Abu Dhabi Municipality meresmikan nama sebuah ruas jalan di pusat kota Abu Dhabi dengan nama Presiden Joko Widodo. President Joko Widodo Street mencerminkan hubungan erat RI – UEA, sekaligus bentuk penghormatan Pemerintah UEA kepada Presiden Joko Widodo dalam memajukan hubungan bilateral kedua negara.
Padre Amans memang dalam banyak hal sangat jauh berbeda dengan Presiden Joko Widodo. Padre Amans lahir di Tanah Putih, Timor Tengah Utara, berbudaya Dawan, beragama katolik, dan sarjana filsafat agama Katolik. Sementara Bapak Joko Widodo, lahir di Solo, berbudaya Jawa, beragama Islam, da seorang insnyiur kehutanan.
Bahkan, dari sisi kekuasaan, keduanya tak layak disandingkan karena yang satu adalah seorang Presiden negara besar bernama Republik Indonesia, sedangkan Padre Amans adalah seorang rakyat biasa yang berkarya sebagai misonaris di Argntina, dan sekarang di Kuba.
Meski demikian di antara keduanya memiliki beberapa hal yang sama dan serupa. Keduanya adalah sama-sama adalah putra bangsa Indonesia yang memiliki ‘jiwa’, melayani dan bekerja sama dengan sesama secara tulus hati.
‘Jiwa pelayanan dan kolaborasi’ itulah yang menggugah pemerintah UAE menorehkan nama Presiden Joko Widodo pada salah satu ruas jalan utama, yang membelah ADNEC (Abu Dhabi National Exhibition Center) dan Embassy Area.
Oleh karena semangat pelayanan dan kolaborasi pula, maka pada Minggu 28 Desember 2007 silam pemerintah daerah Esperanza menorehkan nama Amans Laka pada sebuah ruas jalan sepnajang 4 km di Pouerto Ezperanza, Argentina.
“Secara pribadi saya tidak mengharapkan penghargaan seperti itu. Namun, Bupati dan anggota DPR di Puerto Espaeranza merasa perlu memberi apresiasi kepada saya dengan cara yang luar biasa yaitu menggunakan nama Amans Laka untuk nama jalan itu sepanjang 4 km,” jelas Padre Amans.
Pengakuan dari dunia bisnis
Kataolog Pendidikan Nasional Argentina (http://catalogo.inet.edu.ar/) mengidentifikasikankan bahwa sekola EFA berada di alamat: Calle Padre Amans Laka , San Pedro, Iguazú, Misiones, Código Postal: 3378.
Selain sekolah EFA, tercatat ada tiga perusahaan yang menggunakan nama Calle Amans Laka sebagai penanda alamat karena berada tepat di jalur jalan raya Amans Laka.
Keterangan ini disampaikan oleh Walter Kunzler dan istrinya Irma Kunzler, pemilik perusahaan Esperanza S. A (SOCIEDAD ANONIMA) Puerto Esperanza.
“Tidak benar kalau ada yang bilang bahwa nama jalan itu sudah diganti lantaran Padre Amans sudah pindah dari Puerto Esperanza. Buktinya, sampai sekarang perusahaan kami Esperanza S.A ( SOCIEDAD ANÒNIMA) Puerto Esperanza. Padre Amans Laka 102, Puerto Esperanza (3378), Misiones, Argentina,” jelas Walter Kunzer melalui pesan WhatsApp yang diteruskan Padre Amans ke redaksi media ini, Sabtu 19 Juni, 2021 pukul 11.30 WIB.
Tentang Walter Kunzler, Padre Amans menerangkan, "Kunzler adalah pengusaha keturunan Swiss. Di Kota Puerto Esperanza ada banyak orang keturunan Swiss. Soalnya kita ini dirintis oleh orang-orang keturunan Swiss. Bahkan, banyak lahan pertanian dimiliki orang-orang keturunan Swiss. Bahkan, nama pelindung paroki tempat saya berkarya adalah orang kudus berkebangsaan Swiss yaitu Santo Nicolaus de Flue. Saya sendiri pun pernah berziarah ke makam Santo Nikolaus de Flue di Swiss.”
Apresiasi akan Padre Amans juga ditunjukan oleh perusahan ASSERREDERO CHODORGE - yang berlamat di Calla Amans Laka Puerto Esperanza. "Luiz Chodorge, putra dari pemiliki perusahaan ini banyak membantu saya. Dia menyediakan material untuk pembangunan sekolah EFA. Jadi, sekolah EFA itu mendapat dukungan dari banyak pihak, baik pihak swasta maupun dari pemerintah, seperti Indonesia, Jerman dan juga Perancis,” jelas Padre Amans lagi.
“Perusahan lain yang juga beralamat di Jalan Amans Laka, jelas Walter Kunzler, adalah VIVERO ARCO IRIS de LUIS KUTZ,” tulis Kunzler, menambahkan.
Persembahan dari Perempuan Timur
Minggu 30 Mei 2021, pukul 08.38 WIB, Padre Amans menyapa redaksi media ini, melalui pesan pribadi ke akun facebook. “Halo, Kak Maximus, apa kabar?. Selain menyapa ia menyelipkan link video bertajuk, “Nama Pastor Asal NTT Dijadikan Nama Jalan di Argentina.”
Sejatinya, berita mengenai penghargaan pemerintah Argentina atas jasa dan pelayanan Padre Amans sudah lama beredar di sejumlah kalangan di NTT. Namun, video yang dikemas oleh seorang youtuber yang menamai diri ‘Perempuan dari Timur’ itu membuat informasi mengenai pelayanan Padre Amans di Poerta Esparanza kembali segar dalam ingatan.
Tayangan itu memberikan gambaran yang lebih hidup dan lebih utuh mengenai jejak Padre Amans di Argnetina. Video tersebut mengisahkan antara lain, bahwa pada tahun 2003, Padre Amans mendirikan dua sekolah berasrama yaitu dua Escuela Familia Agricola (EFA), artinya Sekolah Keluarga Petani. Satunya berpelindungkan Santo Arnoldus Jansen, pendiri SVD, dan satunya lagi berpelindungkan Beato Josef Freinademezt, misionaris pertama SVD ke negeri Cina.
Padre Amans merespon Perempuan Timur itu demikian, “Tidak ada getaran yang lebih tinggi dari pada melakukan apa yang kamu cintai.′′
Terima kasih ‘Perempuan Timur’ atas kebaikan dan kemurahan hati Anda telah membuat video yang indah ini tentang langkah saya dan jejak kaki kecil di Poerto Esperanza-Misi Provinsi - Argentina.
Bagaimanapun, seperti yang dikatakan San Arnoldo Janssen, SVD: ′′Cara terbaik untuk berterima kasih adalah cinta. Berkat yang luar biasa dari Kuba, Padre Amans, 3 Juni 2021, Pukul 17.25 (waktu Kuba)."
Soal penghargaan berupa nama jalan di Argentina, Padre Amans memberi komentar begini:
“Bagi saya, nama jalan raya Amans Laka itu penting, tapi ada hal yang lebih penting dari itu yakni mendidik, mendampingi dan mengasuh anak-anak muda Argentina untuk menjadi pintar. Juga memberantas kemiskinan dan kebodohan lewat pendidikan. Pendidikan punya andil yang sangat besar buat anak-anak muda Argentina,’ imbuhnya melalui WhatsApp, Senin (14/6), pukul 23:14 WIB.
Dia pun menulis lebih lanjut, “Saya sangat senang dan bangga karena kedua sekolah EFA dan Sekolah Republik Indonesia di Puerto Esperanza Provinsi Misiones Argentina sudah mengasilkan anak-anak muda yang pintar dan berkualitas. Sudah ada murid tamatan EFA yang menjadi insinyur, pengusaha di Buenos Aires, berkerja di perusahan dan lain-lain. Dan yang paling membahagiakan adalah kebanyakan lulusan kembali ke kebun dan mengolah lahannya, bahkan mereka bisa buka pabrik roti dan menghasilkan madu manis yang dijual melalui Sekolah EFA, dan standar kualitasnya sudah diakui oleh Pemerintah dan Dinas Kesehatan Argentina.”
Mengagumi Paus Fransiskus
Perhatian misi Padre Amans mengaku semakin termotivasi untuk bermisi di sekolah pertanian ketika Paus Fransiskus menerbitkan sebuah ensiklik berjudul Laudato Si, Kamis, 18 Juni 2015.
Ensiklik ini, jelas Padre Amans, memuat pandangan dan seruan Paus Fransiskus tentang pentingnya mengatasi perubahan iklim dan melindungi lingkungan hidup.
Paus menyatakan bahwa kerusakan yang terus-menerus dilakukan oleh manusia terhadap lingkungan sebagai satu tanda kecil dari krisis etika, budaya dan spiritual modernitas.
Secara pribadi, lanjut Padre Amans, saya sangat mengagumi Paus Fransiskus. Mengenai Paus Fransiskus, Padre Amans bersaksi begini, ”Saat itu Paus Fransikus masih sebagai Kardinal di Boenos Aires. Saya beberapa kali menghadiri perayaan Misa yang dipimpinnya. Saya juga sempat beremu beliau untuk meminta berkat. Saya merasa sangat kagum dengan kepribadiannya. Beliau itu orangnya sederhana dan bicaranya singkat. Selesai bertemu, beliau sendiri mengantkan umatnya sampai pintu keluar dan memberi berkat. Lalu beliau selalu berpesan kepada siapa saja yang meminta doa dan berkatnya, katanya: doakan saya juga ya. Itu yang bikin saya sangat mengagumi Paus kita. Semoga beliau selalu diberikan kesehatan.”
Makanya, lanjutnya Padre Amans, “ketika balik ke Indonesisa pada 2016 lalu, saya membeli beberapa buku yang pernah beliau tulis dalam Bahasa Spanyol.” BERSAMBUNG
*Ditulis oleh Maximus Ali Perajaka berdasarkan komunikasi terulis dan lisan melalui aplikasi WhatsApp dengan Padre Amans di Havana, Kuba