SISI KEHIDUPAN: Padre Amans Laka SVD dan Jejaknya di Negeri ‘Diego Maradona dan Lionel Messi’ (4)
redaksi - Minggu, 20 Juni 2021 21:28SIAPA yang tak kenal almarhum Diego Armando Maradona? Siapa yang tak tahu Lionel Andrés "Leo" Messi? Ah, sepertinya tak ada yang tak mengenal mereka, kecuali memang situ alergi bola.
Hampir pasti, menyinggung kedua nama besar itu, banyak orang di dunia langsung teringat akan Argentina.
Bagi para penikmat film Holywood tentu beda lagi. Mereka baru teringat akan Argentina ketika melihat Madonna. Soalnya, bintang film cantik dan ensentrik itu pernah berperan sebagai Eva Peron dalam film ‘Evita’. Film yang dirilis di 1996 dan merupakan interpretasi musik dari kehidupan María Eva Duarte de Perón yang lebih dikenal dengan nama Evita. Lagu utama film ini, "Don't Cry For Me, Argentina" membuat nama Argentina melambung tinggi dan menjadi sangat populer di seluruh dunia.
Sejatinya, lagu ini direkam oleh Julie Covington untuk album musik tahun 1976. Lagu tersebut ditulis dan dikomposisikan oleh Andrew Lloyd Webber dan Tim Rice saat mereka meriset kehidupan pemimpin Argentina Perón dan istrinya Eva yang sangat popular di kalangan warga Argetina, pada periode 1946, saat Juan Peron terpilih menjadi presiden, hingga hari wafatnya Evita, tahun 1952.
Nah, ke negeri tiga pesohor (Maradona, Messi dan Evita) itulah Padre Amans Laka SVD dibenum oleh Serikat Sabda Allah (SVD) untuk bermisi. Pengumuman tugas misi dilakukan pada medio tahun 1995, menjelang Amans Laka mengikrarkan trikaul yaitu kemiskinan, kemurnian dan ketaatan, untuk kekal dalam SVD.
Setahun kemudian, Padre Amans pun menjejakkan kakinya di Internasional Ministro Pistarini Ezeiza International Airport .
“Saya mendarat di Bandara Internasional Ezeiza akhir 1996, tepatnya tanggal 27 Desember. Sendirian saja, karena saya mendapat benuming (penempatan dari Serikat, red) ke misi Argentina sendirian.”
Padre Amans mengaku tak ada persiapan khusus untuk datang ke tanah misi Argentina. “Tidak ada kursus bahasa Spañol. Bahkan waktu itu sulit juga untuk mendapatkan kamus Spañol. Jadi, saya belajar bahasa secara autodidak saja.”
Menyadari kalau Bandara Ezeiza sangat sibuk dan besar, meliputi daerah seluas 3475 ha, dan berada 22 kilometer barat daya ibu kota Buenos Aires, media ini penasaran, bertanya: “Perasaan apa yang muncul saat Padre Amans masuk ke negeri asing itu sendirian, tanpa kursus bahasa Spañol pula?”
Atas pertanyaan itu, Padre Amans menjawab santai, “Waktu itu saya hanya merasa bersyukur saja bahwa saya sudah mendarat dengan selamat di Negara Tango, negara pesepak bola Maradona. Lalu spontan terbayang sosok pesebak bola terkenal lainya, Messi.”
Sekadar informasi, Republik Argentina (República Argentina) adalah negara di bagian selatan benua Amerika Selatan yang lazim disebut Amerika Latin. Secara geografis Argentina adalah negara terbesar kedua setelah Brasil (Lihat Peta). Lalu, dalri segi pemakaian bahasa, Argentina merupakan pengguna bahasa Spañol (Spanyol) terbesar di dunia. Negara ini berada di antara Pegunungan Andes di barat dan Samudra Atlantik di selatan. Lokasi ini membuat Argentina dikenal juga sebagai 'negara paling selatan di selatan' (bahasa Spanyol: "Sur del sur").
Negara ini berbatasan dengan Paraguay dan Bolivia di sebelah utara, Brasil dan Uruguay di timur laut dan Chili di sebelah barat. Nama resminya untuk kepentingan legislatif ialah 'Negara Argentina' (Nacion Argentina).
Kata penulis sejarah, nama "Argentina" diambil dari istilah Latin argentum yang berarti 'perak'. Saat penjajah Spanyol mulai berlayar ke Río de la Plata, kapal mereka karam dan pemimpin ekspedisi Juan Díaz de Solís yang selamat diberi hadiah perak oleh para orang pribumi.
Berita tentang legenda Sierra del Plata "gunung perak" sampai ke Spanyol sekitar tahun 1524. Orang Spanyol pun mulai menamakan sungai Solís, Río de la Plata ("Sungai Perak").
Nama ‘Argentina’ sendiri pertama kali digunakan dalam buku Sejarah Penemuan, Populasi dan Penaklukan Río de la Plata (Historia del descubrimiento, población, y conquista del Río de la Plata) oleh Ruy Díaz de Guzmán's pada tahun 1612. Dia menamakan daerah tersebut sebagai daerah Tierra Argentina (Tanah Perak).
‘Berlabuh’ di Poerto Esperanza, Misiones
Padre Amans menuturkan, setelah beristirahat beberapa hari di ibu kota negara Buenos Aires, ia kemudian melanjutkan perjalanan ke Provinsi Misones, di bagian Timur Argentina.
“Awalnya, saya berkarya beberapa lama di sebuah Paroki kecil namanya Bernardo de Yrigoyen. Kemudian, beberapa bulan saya melayani di Paroki Andresito. Kemudian baru masuk ke Paroki Puerto Esperanza,” jelas Padre Amans melalui aplikasi WhatsApp, Minggu, 20 Juni, pukul 18.20 WIB.
Paroki Puerto Esperanza itu, Padre Amans menambahkan, yang berbatasan dengan Brasil dan Paraguay atau di sebut Tres Fronteras (Perbatasan 3 Negara) di bawa pelindung Santu Nicolàs de Flueu (orang Swiss) yang mottonya: "Fuera de Dios no hay la paz ni la verdad", artinya di luar Tuhan tidak ada kedamaian dan ke kebenaran.
Setelah ‘berlabuh’ di Puerto Esperanza, Padre Amans semakin memperlihatkan talentanya. Tentu saja di sini ia tidak mengekspolrasi talenta melukisnya. Atau talenta berolahraga seperti beladiri THS/M. Dia juga tidak belajar bermain sepak bola. Atau pun menelusuri sejarah kehidupan Evita Peron. Tapi, dia justru mengeksplorasi talenta misi, melayani umat, terutama kaum pinggiran dan kaum muda.
Sebagaimana telah disinggung sebelumnya, Misiones sendiri adalah sebuah provinsi paling timur Argentina yang diapiti oleh negara Brasil di sebelah Timur dan Paraguay di sebelah Barat. Poerto Esperansa sendiri berada di dekat perbatasan dengan Paraguay.(Lihat Peta)
Buku Kuning ‘Panam SVD Mission PANAM 2018 halaman 318 menggambarkan latar belakang sosial misi Argentina sebagai berikut. “Argentina memiliki 43,5 juta penduduk, di antaranya 12,8 juta atau 32 persen dari total populasi tinggal di wilayah metropolitan Buenos Aires. Hal ini menunjukkan ketidakseimbangan geo-populasi, sekaligus menjadi sumber utama masalah sosial di Argentina."
Argentina adalah negara federal dengan 24 negara bagian/provinsi. Negara yang dipimpin Alberto Fernández, presiden ke-54 ini meliputi sejumlah daerah yang memiliki keragaman iklim, geografi, dan kelompok budaya yang unik, sehingga membentuk masyarakat pluralistik dan multikultural.
Saat ini (2018, red), ada paradoks yang sangat mencolok dalam realitas sosial di seluruh wilayah Timur Laut Argentina. Seperti banyak negara berkembang lainnya di dunia, Argentina sedang berjuang untuk melepaskan diri dari berbagai masalah sosial-ekonomi, terutama masalah masa ketimpangan sosial, kemiskinan dan pengangguran.
Pelayanan publik di level komunitas tampak agak mandek akibat kurangnya pegawai terdidik dan lemahnya komitmen. Lagi pula sebagian besar dari mereka sudah kelebihan beban oleh pekerjaan mencari nafkah sehari-hari.
Perihal latar belakangan misi, Buku Kuning itu menulis begini, “ Provinsi SVD Argentina Timur meliptui provinsi geografis Misiones dan Chako. Wilayah ini adalah wilayah tanah penduduk asli, tapi, juga adalah wilayah pemukiman baru bagi kaum pendatang.
Daerah ini pertama kali diinjili oleh para misionaris dari Serikat Yesus, berabad-abad yang lalu. Sejak kedatangan misionaris SVD pertama pada tahun 1953, pekerjaan misi dimulai dengan pusat pastoral yang kemudian diorganisir menjadi komunitas paroki."
Pelayanan pastoral paroki di wilayah ini dirintis oleh Uskup Kemerer SVD dari Keuskupan Posadas. Ia mendampingi dan mengorganisasi semua misionaris dalam karya pastoral paroki, sekolah dan pembentukan komunitas.
Kemudian, atas inisiatif Uskup Kemerer pula Keuskupan Iguazú didirikan pada tahun 1986. Pada tahun 2009, keuskupan ketiga ini didirikan di Provinsi Misiones, berpusat di kota Oberá.
Buku Kuning 2018 (halaman 320) mencatat, “sebenarnya, tugas utama dari SVD berpusat pada pelayanan pastoral. Misionaris SVD melayanai 24 paroki di empat keuskupan. Di sini 71 persen dari para kofrater SVD mengembangkan pelayanan misionaris mereka. Tiga paroki berada di kota besar, sedangkan yang lain tersebar di kota-kota kecil dan daerah pedesaan.”
“Di bidang pendidikan, SVD Provinsi Argentina Timur memiliki Institut Roque González, satu-satunya lembaga pendidikan yang dimiliki oleh SVD di Provinsi Argentina Timur.”
Lebih lanjut Buku Kuning itu menulis,” SVD dikenal dan diapresiasi oleh masyarakat yang mengakui kehadiran institut yang terhitung sejak awal pendiriannya telah seratus tahun melakukan karya pelayanan di ibu kota Misiones-Posadas. Sepanjang sejarah, institut tersebut telah menyelenggarakan sejumlah kegiatan pelatihan pendidikan, spiritualitas misi, dan promosi dan animisi misi di antara para siswa sekolah.
SVD juga telah mempromosikan Sekolah Keluarga Para Petani, di mana anak-anak petani dilatih dalam daerah pedesaan.”
Selain itu, SVD di Argentina Timur melakukan pelayaan bagi komunitas penduduk asli, dalam pembelaan dan perlindungan hak dari masyarakat adat serta ikut berjuang melestarikan kebudayaan asli Mbya Guaraní; menggalakkan kerasulan Alkitabiah; dan melakukan kerasulan menggunakan media komunikasi dengan buletin paroki, majalah, siaran radio,program televisi, dan publikasi lainnya.
Lebih dari itu, SVD juga memprioritas perhatian dan pelayanan kepada kaum miskin dan terpinggirkan.
“Prioritas kami adalah untuk kaum yang terlupakan; para pekerja laki-laki dan perempuan, yang termasuk dalam kelompok yang bekerja keras dengan upah yang tidak adil untuk bertahan hidup; kaum miskin di daerah kumuh perkotaan; penduduk asli, pemegang hak ulayat tanah; para buruh dari desa yang migrasi ke kota besar seperti Buenos Aires, Rosario, Cordoba, dan lain-lain guna mencari peghidupan yang lebih baik; para buruh migran dari negara tetangga Paraguay, para kaum muda yang direcoki oleh narkoba,alkohilisme dan sekte-sekte baru; para pemukim dan pekerja pedesaan yang semakin banyak dimiskinkan, dipinggirkan dan dimanipulasi oleh, baik politisi maupun pemimpin lain dari berbagai badan sosial dan agama, yang melakukan pelayanan secara memalukan.” Demikian tulis Buku Kuning SVD Mission 2018 PANAM, pada halaman. 321.
Selalu Tunduk pada Keputusan Pimpinan Serikat
Selama 20 tahun berada di Argentina (1996-2016), Padre Amans terlibat dalam berbagai karya pelayanan serikatnya sebagaimana disebutkan di atas.
Mengenai pelayanan pastoral paroki, Padre Amans punya cerita yang menarik. Ia mengisahkan bahwa dirinya cukup lama berkarya di Paroki San Nicolas de Flue Puerto Esperanza. “Soalnya, Uskup saya waktu itu Mgr Joaquin Piña, SJ, tidak mau supaya saya pindah ke Paroki lain. Dan saya bersyukur saat visitasi dari Roma, pembesar saya Pater Leo Kleden, SVD sempat bertemu dengan Mgr. Joaquin Pina, SJ yang juga menjadi sahabat dekat dengan Kadrinal Bergoglio yang saat itu menjadi Uskup di Buenos Aires.”
“Uskup Joaquin Piña, SJ adalah sabahat karib Paus Fransikus yang waktu itu masih sebagai Kardinal di Buenos Aires. Beliau ditawarkan berulang-ulang untuk menjadi Gubernur namun beliau menolak.”
“Secara priadi saya sangat berkesan dengan keteladanannya yang sangat peduli pada orang-orang kecil dan sederhana. Saya mencoba melakukan terbaik untuk mengikuti contoh hidupnya. Mungkin karena itu beliau tidak mau melepaskan saya keluar dari Paroki Pauerto Esperanza,” tulis Padre Amans.
Kemudian, sebelum tinggalkan Argentina (tahun 2016), Padre Amans juga sempat membantu di Paroki Ascencion del Señor - Panambi berbatasan langsung dengan Brasil dimana umatnya campuran keturunan Jerman, Polandia Rusia dan Brasil.
"Saya bersyukur di empat tempat saya permah melayani respons umat sangat positif. Paling tidak, setiap kali ada rencana perpindahan umat menulis surat ke Uskup dan pimpinan SVD supaya tidak pindah ke Paroki lain. Meski demikian, saya lantas tidak mengikuti kemauan umat. Saya senang dengan janji "ketaatan" terhadap atasan, makanya saya selalu tunduk pada apa pun keputusan pimpinan SVD. Dan, hal itu sangat menyenangkan, karena apa yang diputusakan oleh pimpinan adalah yang terbaik bagi saya."
Selain menjalani pelayanan pastoral paroki, Padre Amans aktif pula melakukan kerasulan melalui media komunikasi dengan mengisi program radio. Melalui akun facebooknya tertanggal 15 Agustus 2015, Padre Amans berbagi soal aktivitasnya di studio radio Mborore. Dia berbagi dengan menulis begini, “ Komunikasi adalah salah satu dimensi pelayanan Sabda Allah. Hari ini saya bersama Suster Pedro Wasiluk dan operator Gustavo, berada di studio radio Mborore.”
Kemudian ia menambahkan, “Saya merasa sangat puas ketika mengetahui bahwa suara kami dapat menjangkau banyak orang yang belum kami kenal. Namun, mereka mengenal kami melalui pesan atau pewartaan yang kami sampaikan. Tentu saja, hal utama bukanlah supaya mereka mengenai kami, tetapi supaya mereka mengenali Yesus Kristus dan sabdaNya. Melalui media (radio) ini, Yesus Kristus telah mendatangi rumah mereka tanpa melihatNya secara fisik. Tuhan (Yesus Kristus) menyampaikan sabdaNya dan melakukan pekeraanNya dengan cara yang unik, dan kita harus menggunakan semua tekologi untuk menghadirkan Dia ke dalam kehidupan harian warga komunitas/masyarakat dan keluarga-keluarga. Terima kasih karena telah mendengarkan kami. (Sirakh 5.11: Yakobus 1.19)."
Merintis dan Mengelola Escuela Familia Agricola (EFA)
Tanpa mengecilkan perannya di pelayanan pastoral paroki, Padre Amans tampaknya memberi perhatian khusus pada pelayanan melalui pendidikan dan kaum terpeinggirnya. Oleh karena itu, ketika amanatkan oleh serikatnya untuk memimpin Yayasan pendidikan ia pun tak menyia-nyiakan kepercayaan tersebut.
Melalui kolaborasi dengan para saudara seserikat dan warga komunitas Puerto Esperanza, ia mendirikan dua Sekolah Keluarga Para Petani yang dalam bahasa setempat disebut Escuela Familia Agricola (EFA). Sekolah pertama berpelindungkan San Arnodo Jansen, pendiri SVD (1875), SSpS (1889), dan SSpSA (1896). Satu sekolah lainnya berpelindungkan Santu Josef Freinademetz, SVD, misionaris SVD pertama di negeri Tiongkok.
Menurut Padre Amans, sistem pendidikan yang diterapkannya di kedua sekolah tersebut cukup berbeda dari yang lain. “Anak-anak belajar ke ruang kelas sekaligus pratik bertani atau berkerbun serta berternak. Dua minggu para siswa berada di sekolah, dua minggu tinggal di rumah,” jelasnya.
Sekolah EFA khusus itu didirikan bagi kaum muda pedesaan, agar mereka bisa punya akses untuk belajar, dan mndapat bekal ketrampilan agar mereka bisa bekerja, mencintai pertanian dan perternakan, tidak perlu mencari pekerjaan di kota lain,” katanya menambahkan.
“Tujuan lainnya adalah agar kaum muda meningkatkan taraf hidup mereka, tidak terjerumus pada miskin, dan tidak terjerumus pada droga, narkoba dan marijuana, “ tandasnya.
Berkat ketululusan hatinya dan kolaborasi tanpa pamrih dari berbagai pihak, sekolah EAF itu berkembang bagus. Meski demikian Pastor Amans Laka tidak lantas tergoda untuk menepuk dada. Ia justru menempatkan kesuksesan itu sebagai bagian dari misi bersama SVD. Oleh karena itu ketika pater Budi Kleden SVD yang kala itu masih sebagai anggota dewan jendeal SVD melakukan visitasi ke sekolahnya, Padre Amans dengan senang penuh suka cita menyampaikan perkembangan sekolah dan berbagai kekurangan agar bisa dicarikan solusi berssama.
Foto yang merekam momen visitasi Pater Budi, dipajangnya di akun facebooknya pada 11 Juli 2014. Di bawa foto itu Padre Amans mengekspresikan perasaan hatinya degan beberapa bari kalimat berikut.
“Siapa mengerjakan tanahnya, akan kenyang dengan makanan, tetapi siapa mengejar barang yang sia-sia, tidak berakal budi (Amsal 12.11a dan 28.19a). Setelah berkeliling Provinsi Argentina Tinur, visitor Pater Budi Kleden SVD. mengunjungi sekolah SVD EFA San Arnoldo Janssen. Di sana bersama dengan Direktur Sekolah EFA Eugenio kami melihat pekerjaan anak-anak muda di kebun, perkebunan, peternakan babi dan ayam.”
Singkatnya, lanjutnya, “semua yang telah dilakukan manusia untuk mengerjakan tanahnya, dilakukan degan gembiara oleh para siswa di sekolah ini di bawah bimbingan para guru mereka. Mereka mengolah tanah degan cara yang lebih sistematis dan dengan teknologi yang tepat, memberi pupuk agar tanaman menjadi lebih produktif tanpa kehilangan ciri organik dan alaminya. Sungguh membahagiakan, melihat orang-orang muda mengetahui bagaimana cara menyediakan bahan makanan yang sehat bagi diri dan komunitasnya.”.
“Dan, betapa indahnya menemukan diri saya berada bersama Pater Budi, atasan sekaligus sama saudara saya hari ini menemani para guru dan siswa sekolah EFA. Selamat kepada para siswa yang belajar dengan tekun baik melalui kertas dan pena di ruang kelas, melalui perpustakaan dan siaran radio, maupun melalui taman, kebun sayur dan kandang ayam! Salam hangat untuk kelompok petani dari Córdoba dan Formosa yang berkenan belajar dan tinggal di sekolah kami pada hari yang indah ini! Berkat. Pastor Amans Laka SVD.”
Memang, karakter sekolah itu sangat selaras dengan namanya Sekolah Keluarga Para Petani (EFA). Untuk mendukung jalannya proses belajar atau transfer ilmu dan ketrampilan di bidang pertanian dan perternakan, Padre Amans mengembangkan usaha perternakan dan pertanian atau kebun luasnya berhektar-hektar.
Dengan demikian, EFA mendidik dan memberdayakan anak-anak keluarga petani. Hasilnya dipasarkan dengan kerja sama dengan berbagai lembaga pemerintahn dan swasta, termasuk dengan negara asing seperti Jerman dan Indonesia.
Anak-anak di sekolah untuk belajar pertanian, sehingga mereka tidak meninggalkan pekerjaan pertanian dan lahan tani mereka yang luas. Juga agar kaum muda tidak harus mencari perkerjaan di luar dari kampung halamannya sendiri. Maklum, misionaris yang energik ini sejak masih di Seminari Ledalero sangat gemar bertanam, selain melukis.
Padre Amans mengisahkan, kemajuan dua sekolah EFA tidak terlepas dari dukungan dari pemerintah Indonesia, melalui para para duta besar yang pernah Duta Besar RI untuk Argentina, Paraguay dan Uruguay, seperti Bapak Sunten Z. Manurung, Ibu Ibu Dr. Nurmala Kartini Pandjaitan Sjahrir, dan Bapak Jonny Sinaga.
"Ibu Dr. Nurmala Kartini Pandjaitan Sjahrir itu adalah istri ekonom alm. Dr.Sjahrir. Beliau saudari kandung Menko Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan. Beliau ini sangat mendukung karya saya. Sebagai contoh, beliau pernah memberi sumbangan 1.500 rangsel kain batik untuk para siswa dan guru di dua Sekolah EFA. Para siswa EFA dan para guru merasa sangat senang dan bangga dengan sumbangan tersebut. Karena rangsel batik adalah barang baru bagi mereka. Mereka tak akan pernah melupakan pengalaman mendapat hadiah istimewa dari negeri yang jauh, Indonesia,” terang Padre Amans.
Selain itu, ungkap Padre Amans lagi, Ibu Dubes Dr. Kartini membeli sejumlah kasur untuk tempat tidur di asarama putra dan putri yang bersekolah di Sekolah EFA.
Sekolah Republik Indonesia
Tidak hanya itu. Mulai 2011 silam Padre Amans berinisiatif mendirikan Sekolah Republik Indonesia. “Disebut demikian karena Negara Indonesia menjadi ‘orangtua asuh’nnya. Pemerintah Indonesia melalui para duta besar yang bertugas di Argentina memberikan perhatian khusus atas sekolah ini," ungkap Padre Amans.
Sekolah ini, Padre Amans menambahkan, Sekolah Republik Indonesia meliputi Taman-Kanak-Kanak (TKK) sampai tingkat Universitas. Belum ada guru dan murid dari Indonesia. Semuanya orang Argentina,” ungkapnya.
Inisiatif Padre Amans mendirikan Sekolah Republik Indonesia mendapat dukungan dan apresiasi para duta besar yang bertugas di Argentina. Dalam kunjungan ke sekolah ini pada 28 Mei 2015, Dubes Jonnny Sinaga (2014-2018) menuliskan kesan dan pesan pada buku tamu, demikian bunyinya:
“Sangat menyenangkan mengunjungi sekolah yang sangat penting untuk membantu anak-anak muda Argentina, pemilik masa depan negara Argentina. Terima kasih banyak untuk Padre Amans dari Indonesia yang telah membantu sekolah ini. Pemerintah Indonesia merasa bangga dengan kontibusi Padre untuk masyarakat di sini, terutama melalui sekolah ini.” (BERSAMBUNG)
Oleh Maximus Ali Perajaka, berdasarkan komunikasi lisan dan tertulis dengan Padre Amans melalui aplikasi WhatsApp.