SISI KEHIDUPAN: Padre Amans Laka SVD, Sepenggal Kisahnya di Tanah Misi (1)

redaksi - Kamis, 17 Juni 2021 16:04
SISI KEHIDUPAN: Padre Amans Laka SVD, Sepenggal Kisahnya di Tanah Misi (1)Padre Amans Laka SVD di samping kanal air di Kuba (sumber: Koleksi Priadi P. Amans)

PATER Amans Laka sudah lama akrab  disapa sebagai Padre Amans Laka SVD. Biarawan-misionaris Serikat Sabda Allah (Societas Verbi Divini) ini lahir di Tanah Putih, Kefamenanu, 14 Mei 1967.  Setelah belajar di SMPK Maria Fatima Nurobo (1980-1983), dia masuk Seminari Lalian (1983-1987). Kemudian dia bergabung di Novisiat SVD di Nenuk dan melanjutkan ke Seminari Tinggi St. Paulus Ledalero, Maumere sembari belajar filsafat dan teologi  di STFK Ledalero (1987-1995). 

Setelah ditahbiskan menjadi imam pada 20 September 1995, Padre Amans ditugaskan ke Argentina bagian utara, tepatnya di Kota Esperanza, Provinsi Misiones. Selama 20 tahun lamanya (1996 hingga akhir 2016), Padre Amans membaktikan hidupnya di kota tersebut.  

Selain menjadi Pastor Paroki ia juga berkarya sebagai Ketua Yayasan. Dia pun  mendirikan dua  Sekolah Keluarga Petani yang dalam bahasa setempat disebut Escuela Familia Agricola (EFA). Sekolah pertama berpelindungkan San Arnodo Jansen (Santo Arnoldus Jansen, pendiri SVD (1875), SSpS (1889), dan SSpSA (1896), dan satunya lagi berpelindungkan Santu Josef Freinademetz, SVD, misionaris SVD pertama di negeri Tiongkok. 

Untuk mendukung sekolah tersebut Padre Amans mengembangkan usaha pertanian dan peternakan yang luasnya berhektar-hektar. Melalui cara itu dia mendidik dan memberdayakan anak-anak keluarga petani  Hasilnya dipasarkan dengan kerja sama dengan berbagai lembaga pemerintahan Argentina dan perusahaan swasta,  juga dengan negara asing seperti Jerman dan Indonesia. 

Padre Amans menuturkan bahwa ia mendorong dan mengarahan para siswa  di  EFA untuk belajar dan mencintai pertanian, sehingga mereka tidak memandang rendah prosesi petani, dan siap mengolah lahan pertanian miliki keluarga  mereka yang luas.  Selain itu,  supaya  kaum muda tidak harus mencari perkerjaan di luar dari kampung halamannya sendiri.

Selain mengajar teknik bertani yang baik, Padre Amans sendiri memberi contoh, turun langsung ke kebun. Maklum, misionaris yang energik ini sejak masih di Seminari Ledalero  sangat gemar bertanam, selain melukis.

Tidak hanya itu. Mulai 2011 silam ia mendirikan Sekolah Republik Indonesia. “Sekolah itu dinamakan demikian,   karena  Negara Indonesia menjadi ‘orangtua asuh’nya."

Inisiatif Padre Amans menjalin  kerjasama dengan KBRI di Buenos Aires, ternyata  mendapat respon positif dari Ibu Dr Kartini (Dr. Nurmala Kartini Pandjaitan Sjahrir, Red) yang kala itu menjadi Duta Besar untuk Argetina, Uruguay dan Paraguay, 

“Ibu Dr. Kartini itu adalah istri ekonom Indonesia terkenal, alm. Dr. Sjarir. Beliau adalah saudari kandung Jenderal Purnawirawan TNI Luhut Binsar Pandjaitan, M.P.A, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Kabinet Indonesia Maju Jokowi-Ma'ruf Amin periode 2019–2024.  Saya merasa bersyukur dan berbangga  karena mendapat dukungan dan banyak bantuan  dari beliau. Tanpa beliau, sekolah itu tidak bisa berdiri,” jelas Padre Amans.

Dukungan besar, lanjutnya, juga datang dari Duta Besar RI berikutnya, Bapak Jonny Sinaga. “Tanpa dukungan beliau, sekolah itu tidak bisa berkembang."

“Sekolah Republik Indonesia meliputi  jenjang Taman-Kanak-Kanak (TKK) sampai tingkat Universitas. Belum ada guru dan murid dari Indonesia. Semuanya orang Argentina,” ungkapnya. 

Padre Amans bersama Dr. Nurmala Kartini Pandjaitan Sjahrir, Duta Besar RI untuk Argentina, Paraguay dan Uruguay, periode 2010-2014  (Sumber: Koleksi  P. Amans)
Padre Amans bersama   Jonny Sinaga, Duta Besar RI untuk Argentina, Paraguay dan Uruguay, periode 2014-2018  (Sumber: Koleksi  P. Amans)
Lali Riquelme, Kepala Sekolah Republik Indonesia Bersama seorang siswa, di depan papan nama sekolah (Sumber: Koleksi P. Amans)

Kembali Sejenak ke ‘Kampung Halaman’

Setelah 20 tahun (dari 1996 sampai akhir 2016), melayani umat dan kaum muda (siswa sekolah) di Poerto Esparanza, sesuai norma yang ada di dalam SVD,  Padre Amans sempat kembali ke Tanah Air,  Indonesia, tepatnya ke Provinsi SVD Timor.

“Selama dua tahun lebih (awal 2017 hingga menjelang akhir 2019) saya pulang ke Tanah Air,  ‘kampung halaman' karena begitulah norma yang ada dalam SVD,” ungkapnya.

Padre Amans bersama P. Didimus Nay SVD  (kanan),  Provisial SVD Timor sekarang,  membuka jalan di Baumata, Kupang (Koleksi . P. Amans)

Selama berada di  Timor dan sembari menunggu visa masuk ke Kuba, Padre Amans bersama Pater Didi Nay SVD, Provinsial SVD Timor sekarang, membuka lahan SVD yang baru seluas 10 hektar di Baumata - Kupang.  “Kami mengubah lahan itu  dari kosong hingga menjadi tempat siarah yang indah. Gua tersebut pernah  dikunjungi oleh  Superior General SVD, Pater Paul Budi Kleden, SVD. Nama tempat doa atau siarah rohani adalah Bintang Kejora Bikono - Baumata Kupang NTT.”

Setelah mengantongi  visa dari Kedutaan Kuba  di Blok D Jalan Logam No.58 10 8, RT.10/RW.8, Grogol Utara, Kecamatan Kebayoran Lama, Kota Jakarta Selatan,  Padre Amans pun hijrah ke Kuba.  (BERSAMABUNG)

Ditulis oleh Maxi Ali, berdasarkan komunikasi melalui aplikasi WhatsApp. 

RELATED NEWS