Oleh RD Josal Petrus Baleng, Pastor Paroki Salib Suci, Maurole, di utara Flores

PADA sebuah kisah di Muara Maurole, seorang nelayan menepi. Anaknya telah lama menunggu di tepian. Sambi menatap Gereja Salib Suci yang sedang dibangun, sang ayah bertanya kepada anaknya: “Anakku, menurutmu, benda apakah yang paling menakutkan tetapi membuat selamat?”

Putra semata wayangnya itu merangkul sang ayah dan berbisik lirih. “Itu, Salib Yesus”, sambil menunjuk ke Salib di puncak menara gereja tua, Maurole.

“Anakku, apa engkau yakni akan salib Salib itu? Kenapa Dia menakutkan? Kenapa Dia bisa menyelamatkan?" Timpal sang ayah melanjutkan percakapan. 

“Saya yakin ayah. Setan dan penjahat paling takut dengan Salib. Hanya Yesus yang berani mati di situ dan tergantung terus sejak saya kecil sampai saya menjadi seperti sekarang. Dia masih ada di Salib, kemana pun saya pergi, saya melihat Yesus tergantung di Salib. Kapan ya Yesus turun dari Salib? Sambung anak itu. 

Sang ayah pun tersenyum. Sambil menarik nafas panjang dia berujar, “Yesus mati satu kali, Dia bergantung terus di kayu Salib, supaya kita percaya bahwa Dia terus berkorban untuk kita. Yesus diturunkan untuk dimakamkan. Tapi dari Salib Ia mencintaimu .. nak. Dia adalah sahabatmu. Ayo, beri salam pada Salib Suci. Katakan.. Salam hai Salib, harapan kami yang utama!

Anaknya tersenyum, lalu mengabil sikap doa, membuat tanda Salib dan setelah itu memeluk sang ayah lebih erat.

Jangan memandangSalib dalam tatapan hampa. Di situlah jati diri kita. Di situ cinta Yesus terpancar, sampai kekal. Mari sangkali diri, pikul Salib dan ikut Yesus. Seperti yang dikatakan Santa Edith Stein, “O Ave Crux, Spes Unica. Salam Hai Salib Suci, Harapan Kami yang Utama."

Selamat merayakan Pesta Salib Suci. Selamat Ulang Tahun ke-46 Paroki Salib Suci Maurole, Kevikepen Ende, Keuskupan Agung Ende.