SOROTAN: Flores : Bunga Yang Tak Pernah Layu
redaksi - Minggu, 11 Juli 2021 13:32
Oleh P. Dr. Felix Baghi SVD

DERETAN gunung berapi dan barisan bukit sepanjang pulau Flores, lekukan indah lembah hijau yang diselimuti awan, bibir pantai yang masih murni dari polusi, bentangan sawah yang diselingi padang gersang keemasan, semuanya memberi nuansa alam dan panorama Flores sebagai pulau yang "uncomparable" dalam hal keindahannya.
Flores adalah "bunga yang tidak pernah layu" karena kekuatan keindahannya tak pernah habis. Ia tampil seperti keindahan yang permanen. Banyak orang asing selalu mengenang Flores.
Pada tahun 1957, kapten Tasuku Sato dan Mark Tennien menulis "I remember Flores" dan diterbitkan oleh Penerbit Farrar, Straus and Cudahy, New York. Kemudian tahun 1976 dan 2005, memorabilia ini diterbitkan kembali oleh Penerbit Nusa Indah, Ende dengan judul “Aku Mengenang Flores.” Ya, mengenang Flores berarti tidak boleh melupakannya dan apalagi menghapusnya dari ingatan.
Flores itu inspiratif. Secara ontologis, kekuatan keindahan Flores selalu menggoda. Ia ada sebagai yang indah.
Secara metafisis, aroma keindahan panorama Flores mengundang kerinduan kita untuk melambungkan pujian kepada yang di atas. Keindahannya merepresentasikan sumber keindahan transendental.
Secara sosial, keramahan orang Flores selalu meninggalkan kenangan indah. Orang Flores tahu menyapa para tamu, terbuka untuk menyalami pendatang dan rela menampung bagi yang hendak bermalam.
Secara religius, ritus dan keragaman kultur Flores itu kaya dalam mewartakan daya kerohanian yang teologis. Daya ini terbuka kepada keyakinan yang di atas.
Itulah flores, bunga yang tak pernah layu dan daya gaib yang menggoda.