SOROTAN: Ironis, Pemda Sikka 'Singkirkan' Dokter Anastesi, Anak Nian Tanah Sikka Sendiri
redaksi - Senin, 16 Juni 2025 20:27
Oleh: Hery Fernandez*
BBERAPA bulan lalu Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) TC Hillers terbelit masalah lantaran ketiadaan dokter anastesi. Salah satu dampaknya, banyak pasien yang hendak menjalani operasi harus dilarikan ke rumah sakit kabupaten tetangga yang nota bene punya dokter anastesi.
Namun, melalui perjuangan berat dan teriakan dari warga masyarakat serta dan doa khusuk para pesakit, Tuhan berkenan menghadirkan dua dokter anastesi, putra dan putri terbaik Nian Tanah Sikka sendiri. Mereka adalah dr Evy dan dr Remy.
Kedua ‘anak tanah’ Sikka itu bersedia mengabdikan diri dengan penuh kasih di Nian Tanah Sikka. Mereka berdua melayani semua pasien di RSUD TC Hillers Maumere dengan mengerahkan seluruh kemampuan dan kompetensi mereka miliki.
Pada sisi lain, kita selalu mendengar, ketika berbicara soal konsep pembangunan para pemimpin hebat di Kabupaten Sikka ni selalu menekankan soal pemberdayaan semua potensi sumber daya manusia (SDM) yang dimiliki oleh Nian Tanah Sikka.
Mereka selalu bilang bahwa SDM lokal adalah daya dorong utama pembangunan di setiap sektor di Kabupaten Sikka, karena hakekat pembangunan adalah "dari, oleh dan untuk masyarakat".
- Ini Dia 'Investor Misterius' Haiyanto yang Kuasai Saham BUMN Energi (ELSA & PTBA)
- Puluhan Ribu Desa Tersentuh Layanan AgenBRILink, Inklusi Keuangan Melesat
- Bacaan Liturgis, 16 Juni 2025
Tapi konsep pemberdayaan yang begitu indah itu tetnyata tidak menjadi realita, tetapi hanya sebagai sebuah ‘nyanian nina bobo’ untuk membuat wargaSikka terus terpasung mimpi kosong.
Lebih ironis lagi, para peimpin Pemda Sikka seperti meragukan kompetensi dr Evy dan dr Remy. Alih-alih mempertahankan dr Evy dan dr Remy, pimpinan Pemda Sikka justru membuat keputusan mengejutka, tidak mempanjang kontrak kerjanya, demi ego pemimpin dan untuk menjaga standing positions dan relasi dengan pusat.
Sebagai warga Sikka, tentu kita merasa lucu dan aneh dengan keputusan para pemimpin di Pemda Sikka yang tega memutuskan kontrak kerja dengan ‘anak kandungnya sendiri’ tetapi kemudian membuat kontrak baru dengan seorang dokter anastesi yang bukan darah pertiwi Nian Sikka .
Aneh tapi nyata memang. Namun, begitulah faķtanya!
Demi menjaga relasi dengan pemimpin pusat, pempin di Pemda Sikka rela mengorbankan ‘anak tanah’.
Demi keangkuhan kuasa, pemimpin Pemda rela mengorbankan kepentingan wara masyarakatnya sendiri. Demi kepentingan ego, mereka tega menyingkirkan dr Evy dan dr Remy, ‘anak tanah’ Sikka sendiri.
Tentu saja dr Evy dan dr Remy merasa ‘kecewa’ karena mereka tidak ‘diakui’ sebagai pelayan masyarakat yang berkompeten di ‘rumahnya’ sendiri. Dengan berat hati, mereka harus pergi meninggalkan Nian Tanah Sikka untuk melayani masyarakat di negeri seberang.
Ketika berbicara tentang masalah ini, mungkin tidak semua orang, tetapi banyak warga Sikka, yang merasa muak. Namun, semua mereka tidak berdaya ‘melawan’, karena apa yang sudah diputuskan (para pemimpin di Pemda) akan tetap menjadi keputusan.
Beginilah ‘seni berpolitik’ di Nian Tanah Sikka, di mana banyak orang menepuk dada dengan bangga berkata: "Sikka adalah barometer politik". Salam waras! *
*Penulis adalah warga Sikka, jurnalis Floresku.com. ***