SOROTAN: Kesalahan Masa Lalu Memilih Pemimpin Sikka Jangan Terulang Lagi pada Tahun 2024

redaksi - Minggu, 29 Mei 2022 13:19
SOROTAN: Kesalahan Masa Lalu Memilih Pemimpin Sikka Jangan Terulang Lagi pada Tahun 2024Marianus Gaharpung adalah dosen Fakultas Hukum Ubaya dan Lawyer di Surabaya. (sumber: Dokpri)

Oleh: Marianus Gaharpung

WARGA Nian Sikka sangat membutuhkan kepemimpinan yang bersentuhan dengan rakyat. Warga Nian Sikka mempunyai pengalaman  dan banyak pelajaran dari Pemilukada ke pemilukada muncul  nama- nama yang itu- itu; nama-nama yang  tidak asing lagi di mata dan telinga warga di Nian Tanah Sikka. 

Masih saja ada isu sekat- sekat pasangan calon sebaiknya dari timur dan barat, tengah (kota) dengan timur atau dari tengah (kota) dengan barat. 

Sebaiknya dari latar belakang pamong praja, wakil rakyat saja serta yang lebih menonjol lagi figur figur potensial yang selama ini berada di luar Nian Tanah Sikka seakan ada sekat yang membatasinya bahwa mereka tidak memahami kondisi disini serta  selama ini tidak pernah berbuat  untuk Nian Tanah Sikka. 

Pertanyannya, apakah beberapa pemimpin Sikka periode kemarin yang lahir dan menetap di Sikka sudah berbuat sesuatu yang luar biasa sehingga Nian Sikka berkembang di pertanian, perikanan, pariwisata infrastrutur serta korupsi tereliminir di Nian Tanah Sikka?

Kebanyakan kaum milenial Nian Sikka juga dengan isu yang dibangun bahwa membutuhkan pemimpin Sikka 2024 orang muda yang pintar energik yang bisa menjawab persoalan yang selalu meliliti warga Sikka adalah kemiskinan, rendahnya pendidikan, pengangguran meningkat, defisit APBD serta korupsi yang seakan sulit hilang dari Nian Tanah Sikka. 

Tetapi anehnya persoalan- persoalan inilah yang selalu saja menjadi amunisi menjadi jargon kampanye setiap  kandidat calon bupati dan wakil bupati Sikka tetapi setelah terpilih menjadi bupati dan wakil bupati persoalan ini pula yang tidak pernah teratasi sampai akhir masa jabatan bupati dan wakil bupati tersebut. 

Pertanyaannya, dimana letak persoalan bagi setiap bupati dan wakil bupati Sikka setelah terpilih sampai akhir masa kepemimpinannya tidak pernah keluar dari persoalan tersebut di atas?

Pertama, konsep yang ditawarkan untuk pembangunan warga masyarakat Sikka tidak didukung dengan kematangan dalam konsep serta implementasinya. 

Itu artinya calon bupati dan wakil bupati tidak mempunyai roadmap yakni peta untuk menunjukkan arah jalan. Dalam tata kelola pemerintahan, roadmap diartikan sebagai dokumen yang menjelaskan rencana atau strategi tata kelola pemerintahan secara rinci untuk dijadikan acuan dalam menjalankan program.

Kedua, trust (kepercayaan), terkadang bupati dan wakil bupati kurang menjalin kepercayaan dengan kepala dinas/ badan serta staf di daerah. Padahal dengan roadmap yang jelas dan terinci serta kepercayaan yang penuh, maka kepala dinas dan staf lainnya akan sangat membantu kerja bupati dan wakil bupati.
Ketiga, communication (komunikasi), terkadang bupati dan wakil bupati sibuk turun ke masyarakat lupa bahwa hal- hal yang sangat penting adalah apakah sudah berkomunukasi yang baik dengan kepala dinas dan seluruh staf?

Seharusnya dijadualkan secara rutin setiap jumat (jumatan) bupati wakil bupati serta kepala dinas/ badan rapat  membahas persoalan apa saja yang berkembang agar semua yang dilakukan bupati wakil bupati dan kepala dinas/badan adalah satu bahasa dan pemikiran yang sama. 

Justru yang terjadi ketika warga masyarakat tanya bupati/ wakil bupati hari ini buat apa atau kemana terkadang kepala dinas/ badan tidak tahu ini adalah sebuah kecelakaan penyelenggaraan administrasi pemerintahan. Ibarat dalam rumah tangga, suami pergi kemana, istri atau anak tidak tahu. 

Disamping itu, perlu diagendakan public hearing bersama tokoh masyarakat, tokoh agama, para akademisi, organisasi kemasyarakatan, organisasi kemahasiswaan agar mendapat input yang sangat berguna bagi pembangunan Nian Tanah Sikka;

Keempat, respect (rasa hormat),  bupati dan wakil bupati serta anggota dewan adalah mitra( berkawan akrab) tetapi saling memberikan rasa hormat tidak ada yang lebih tinggi lebih pintar serta hebat demi satu tujuan bersama yaitu kesejahteraan warga Nian Tanah Sikka. 

Sekat- sekat bahwa kami partai pemenang cabup dan cawabup Sikka stikma buruk tersebut harus dihapus karena yang dikerjakan  bupati wakil bupati dan wakil rakyat adalah kesejahteraan warga nian Sikka. 

Oleh karena itu, informal meeting( pertemuan informal) harus sering dilakukan bupati wakil bupati dengan semua wakil rakyat serta forum komunikasi pimpinan daerah (Forkopimda) agar memiliki suasana batin, rencana serta kemauan yang sama sehingga ketika masuk sidang -sidang penting di gedung kulababong tidak terjadi lagi sekat- sekat partai dan kepentingan partai/kelompok yang pada akhirnya muncul ketegangan bahwa ancam tawuran  sungguh merendahkan martabat bupati dan wakil bupati serta wakil rakyat.

Oleh karena itu, saya sangat respek dengan  Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Muhammad Tito Karnavian yang menjelaskan ada tiga syarat atau kriteria untuk menjadi seorang pemimpin yang kuat, yang harus dimiliki kepala daerah.

Pertama, kepala daerah dan wakil kepala daerah memiliki kekuasaan (power). Sebab, kepemimpinan yang dipilih langsung oleh rakyat, dan tentunya memiliki legitimasi.

Kedua, seorang pemimpin di daerah memiliki pengikut (follower), baik staf  maupun masyarakat yang merupakan kekuatan yang perlu dioptimalkan jangan kepala dan wakil kepala daerah kerja atau jalan sendiri tidak melibatkan elemen penting ini. 

Ketiga, kepala dan wakil kepala daerah bermitra sejak awal dilantik sampai akhir masa jabatan bahwa nanti dipilih lagi periode kedua atau tidak bukan urusannya tetapi kalau dari awal sampai akhir menunjukkan prestasi bagi daerah yang dipimpinnya pasti garansinya terpilih lagi. 

Syaratnya sama- sama memiliki konsep, akan dibawa ke mana daerah yang dipimpin.
 

Tanpa memiliki konsep, maka kinerja kepala dan wakil kepala daerah sebagai pemimpin yang terlihat serabutan dan tidak sistematis dalam melaksanakan program-program kerja. Bahkan sampai akhir periodenya sebagai kepala dan wakil kepala daerah,  tidak mengerti apa yang ingin dicapai.

Untuk itu, kepala dan wakil kepala daerah harus memiliki konsep, bagaimana untuk membuat roadmap.
Untuk itu sekat- sekat primordialisme yang sering mengganjal kepemimpin Nian Tanah Sikka ke depan sudah harus dieliminir demi mendapat pemimpin Nian Sikka yang jujur, rendah hati, suka mendengar,  berkomunikasi yang baik, agar kesalahan masa lalu  dalam memilih pemimpin tidak terulang di 2024. Viva Nian Tanah Sikka! ***

* Marianus Gaharpung adalah dosen Fakultas Hukum Ubaya dan Lawyer di Surabaya.

Editor: redaksi

RELATED NEWS