SUDUT PANDANG: SVD, Kuliah BoxCafe dan Kirbat Baru

redaksi - Sabtu, 19 Juni 2021 22:35
SUDUT PANDANG: SVD, Kuliah BoxCafe dan Kirbat BaruKirbat baru (sumber: Kirbatbaru.net)

P. Charles Beraf, SVD

Selama dua (2) hari saya bertatap muka dengan mahasiswa Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat (STPM) St. Ursula dalam kuliah Teori Teori Sosial, bertempat di Café BoxCafe milik Komisi Komunikasi Provinsi SVD Ende. Apakah ini akhirnya dibaca sebagai kuliah liar, jauh dari norma dan aturan kampus? Apakah ini akhirnya dibaca sebagai satu sensasi dengan dalih akademis? 

Dari pengalaman mengajar, baik di ruang kuliah Uniflor pada tahun 2008 - 2012 maupun di ruang kuliah STPM sejak setahun lalu, saya mendapat kesan yang amat kuat....ya tentang minimnya interaksi dialektis di antara mahasiswa dan saya. Adakah yang salah dengan ruang dan metode kuliah semacam ini untuk mahasiswa saya, yang nota bene adalah generasi milenial? Ya, kalau John Dewey, filosof pendidikan itu bisa menggagas sekolah kerja atau Filsof Socrates yang bisa menebar dan menimba ilmu di antara kumpulan anak anak muda, maka saya juga bisa menggagas atau memulai suatu kuliah dengan kemasan yang ringan, tetapi berisi, dengan dialog sambil menyeruput kopi.

 Dan gayung pun bersambut. Di halaman Studio dan Kantor Komisi Komunikasi SVD Ende, tepatnya di pelataran Cafe BoxCafe, kuliah selama dua hari dilangsungkan. Unik dan baru! Tapi prinsip saya: ilmu itu sampai, melekat dan hidup pada hati dan kepala para mahasiswa saya. Ilmu, meski sedalam apapun, kalau jalannya tertatih tatih hanya karena formalitas atau birokrasi kampus misalnya, maka dia tidak akan melekat sedalam dan sekental kopi yang diseruput. Ilmu, meski sedalam apapun, kalau dia cuma jadi selipan di antara lembaran administratif kampus, maka dia hanya serupa lipstik bagi para mahasiswa: kelihatan OK, tapi tak lama bertahan. Itu sebabnya, untuk kuliah Teori Teori Sosial kali ini, saya menggunakan KIRBAT BARU bernama BoxCafe. Hal ini tampak juga ketika misalnya kita membaca buku buku Penerbit KPG, yang berusaha membuat teks teks filsafat yang berat menjadi cerita kartun yang enak dicerna. 

Jadi, ilmu itu bisa hidup di mana saja, termasuk di area serupa BoxCafe. Bagi ilmuwan sosial, seruput kopi di cafe itu SOMETHING. Dia bisa bicara tentang bisnis kaum kapitalis yang menindas para petani kopi di Detukeli, dia bisa bicara tentang eksklusivitas rasa yang banyak kali dimanipulasi demi kepentingan segelintir orang, dia bisa bicara tentang aroma yang banyak kali tanpa disadari dibumbui opini akal akalan demi segepok di saku celana. Jadi, matahari memang tak hanya bisa sandar di bukit Ledalero, dia bisa sandar di mana saja. Malah di wilayah yang dianggap periferi. Bukankah tiga majus dituntun bintang ke pinggiran Betlehem? Di pinggiran, siapa pun dan apa pun, termasuk ilmu bisa jadi bintang. 

Saya membayangkan, kalau di rumah saya Ledalero, kalau gagasan gagasan tentang KIRBAT dan ANGGUR  ini diolah serius hingga ke ruang ruang santai serupa BoxCafe, maka filsafat, disiplin yang sangat berwibawa ini akan dengan mudah merambah hingga ke sumsum. Tapi tentu amat disayangkan kalau sesama profesor sibuk dengan urusan patungan uang untuk beli mobil demi pride, atau life style, urusan suku-sukuan atau kubu-kubuan, maka ilmu hanyalah lipstik belaka. 

Di SVD, kami berangkat dari keragaman. Ya, ini amat potensial untuk berbeda, malah konflik. Tapi kalau ada proses, yang filosof Hegel sebut Aufebung, yang bisa terjadi, maka orang tidak akan mudah terjerembab dalam urusan ingusan yang bisa memicu konflik. Kalau kami melihat kepentingan lebih besar, MISI, maka urusan kau dan saya akan dengan sendirinya terabaikan. Bukankah great minds discuss ideas? Tapi kalau otak besar, diskusi seputar urusan like-dislike, urusan beli mobil baru, ya otak cuma besar bentuknya, tapi isinya seperti tanah lapang yang kosong. Berbeda, iya. Dialektika, iya. Tapi aufebung itu perlu. Demi apa? Demi MISI! 

BoxCafe itu inspirasi. Saya yang hari hari urus kemiri,kebun dan ternak saja bisa berpikir soal KIRBAT BARU dan ANGGUR baru, kenapa saudara saudara yang katanyanya otak besar itu masih berkutat dengan soal soal kampungan semacam itu?  Mari, jadilah bintang dengan cara cara elegan meski anda sedang di pinggiran Betlehem. BoxCafe, ya, seperti kata filosof Marshall Mcluhan, sudah menjadi wadah, juga PESAN bahwa ilmu itu bisa didapatkan dan hidup di luar ruang kuliah (kamar makan, ruang doa, cafe, jalan raya, kebun, dll). 

Salam dari sudut BoxCafe SVD Ende!!

RELATED NEWS