Suster Angela Rosa, SSpS: Kasih yang Bekerja Diam-Diam
redaksi - Kamis, 23 Oktober 2025 12:20
DI TENGAH dunia yang gaduh oleh hiruk pikuk pencapaian, ada kehidupan yang berjalan dalam diam—tenang, bersahaja, namun sarat makna.
Di balik tembok biara di Flores Barat, Suster Angela Rosa, SSpS menapaki jalan sunyi pengabdian.
Ia bukan sosok yang mencari sorotan, melainkan perempuan yang memilih menghadirkan kasih dalam bentuk paling sederhana: menyentuh luka sesama tanpa pamrih.
Lebih dari dua puluh lima tahun, ia mengabdikan diri di antara mereka yang kerap terpinggirkan—anak-anak penyandang disabilitas, kaum miskin, para ibu tunggal yang berjuang sendirian.
“Kasih Tuhan itu nyata ketika kita mau menyentuh luka orang lain,” ujarnya lembut suatu hari. Kalimat sederhana itu seakan menjadi napas hidupnya.

Setiap pagi, ia memulai hari dengan doa di kapel kecil biara, lalu bersama anak-anak difabel membersihkan kebun, menanam sayur, atau mengajar menulis.
- Polisi Tangkap Pencuri Peralatan Elektronik di Kampus Unika St. Paulus Ruteng
- Bacaan Liturgis, Kamis, 23 Oktober 2025: Yesus Datang Membawa Pertentangangan
- Lewat BRI, Rp55 Triliun Dana Pemerintah Didorong ke Sektor Produktif dan UMKM
Kadang ia berjalan kaki berkilometer ke pelosok desa, sekadar menyapa, memberi makan, atau menyalakan kembali harapan di hati yang nyaris padam. Ketika lelah datang, ia kembali ke ruang doa—di sana ia menemukan kembali kekuatan untuk mencintai tanpa batas.
Pelayanannya tak pernah diiringi tepuk tangan. Namun dari kesunyian itu, kasih bekerja diam-diam, menembus batas ketidakpedulian. Ia percaya bahwa kasih sejati tidak butuh panggung. Ia hanya perlu diwujudkan—sekecil apa pun bentuknya.
Kini, di usia senjanya, rambutnya telah memutih dan langkahnya tak lagi sekuat dulu. Namun semangatnya tidak pernah pudar. Ia masih berjalan dari rumah ke rumah, menjumpai orang sakit dan miskin. “Selama Tuhan masih memberi napas, saya akan terus melayani,” katanya sambil tersenyum.
Suster Angela Rosa, SSpS mengajarkan bahwa pelayanan sejati bukan perkara besar atau kecil, melainkan perkara hati. Dalam setiap langkah pelannya, Tuhan berjalan bersamanya; dalam setiap sentuhan lembut tangannya, kasih itu tetap bekerja—diam-diam, namun nyata. (Vinsen Patno) ***