Tabha Lame, Bubur Khas dari Nagekeo Flores
redaksi - Kamis, 13 Mei 2021 20:27BUBUR merupakan istilah umum untuk mengacu pada campuran bahan padat dan cair, dengan komposisi cairan yang lebih banyak daripada padatan dan keadaan bahan padatan yang tercerai-berai. Dalam dunia kuliner, bubur adalah jenis makanan yang dimasak dengan cara menggodog bahannya sampai menjadi sangat lunak.
Istilah bubur, jika tanpa disebutkan keterangannya, biasanya merujuk pada bubur beras yang dimasak secara sederhana, beras dicuci, dimasukkan ke dalam air yang mendidih, diaduk sampai air mendidih lagi dan berasnya menjadi lunak. Untuk memberi rasa pada bubur, bisa ditambahkan santan kelapa atau parutan kelapa, dan dibuat sesuai selera kekentalannya.
Orang Nagekeo di Flores bagian tengah mengenal makanan khas (kuliner lokal) dalam bentuk bubur yang disebut Aelame atau Tabha Lame.
Dalam bahasa Nagekeo, ae memiliki arti air sedangkan lame memiliki memeras parutan kelapan menjadi santan, atau juga untuk menjyebut ‘santan kelapa’.
Sebagaimana kuliner buburpada umumnya, Ae Lame atau Tabha Lame mengandung banyak air dengan bahan utamanya beras, jagung, atau ubi-ubian. Sebagai campurannya bermacam-macam. Bisa berupa sayur-sayuran seperti daun kelor, bayam, kangkung, sawi, daun singkong, kemangi, atau pun bjijia-bijian seperti kacang, melinjau, atau biji-bijian lain dari hutan.
Ae Lame atau Tabha Lame memiliki aneka sebutan atau nama. Namanya disesuaikan dengan sayuran atau biji-bijian yang digunakan sebagai bahan campuran. Misalnya Utawona Lame untuk Ae Lame yang menggunakan campuran daun kelor. Uta A’e Lame untuk menyebut bubur yang dicampur dengan daun pepaya. Uta Mbue Lame untuk menyebut Ae Lame atau Tabha Lame yang menggunakan daun kacang. Mbue Lame juika campurannya adalah biji kacang, dan masih banyak lagi nama lainnya.
Aelame mengandung nilai gizi yang baik. Masakan ini sering dijadikan menu utama para ibu yang sedang menyusui karena diyakini dapat mendorong produksi air susu ibu (ASI).