Tak Bisa Melaut, Sejumlah Nelayan Tradisional Wuring Ungkap Sulit Beli BBM Bersubsidi karena Ada Praktik Percaloan

redaksi - Jumat, 13 Juni 2025 11:35
Tak Bisa Melaut, Sejumlah Nelayan Tradisional Wuring  Ungkap Sulit Beli BBM Bersubsidi karena Ada Praktik PercaloanProtret nelayan tradisional Wuring (sumber: Hery)

MAUMERE (Floresku.com) – Maraknya praktik percaloan BBM membuat sejumlah nelayan tradisional Wuring mempertanyakan manfaat  kehadiran (Stasiun Pengisian Bahan Bakar Nelayan (SPBN) dan  Solar Packed Dealer Nelayan (SPDN) dii wilayah mereka.

Para nelayan itu mengeluh bahwa sdah beberapa hari ini mereka tidak bisa melaut karena tak sulit mengakses BBM bersubsidi dari SPBN,  khususya SPDN. 

Mereka mengatakan sejauh ini  hanya bisa kuat membeli  solar 20 liter  sehingga hanya bisa selama  dua  hari.

“ Harga solar bersubsidi di SPBN itu ‘kan hanya 6800 per liter, tetapi  tidak mudah membeli solar dengan harga subsidi. Tetapi kami tidak bisa membeli langsung ke SPBN karena harus  harus ada rekomendasi dari Dinas Perikanan. Kalau ada surat rekomendasi  baru bisa dilayan. Oleh karena itu kami terpaksa harus membeli solar dengan harga 7500 di penampung,” kata Darmin.

“SPBN ini kan tujuan nya khusus untuk nelayan,kenapa harus pakai rekomendasi lagi,” timpal Zainal

Oleh karena itu Zainal mendesak supaya pemerintah kembali memfungsikan SPBN.

“Kembalikanlah fungsi SPBN ini seperti dulu. SPBN dulu (5 tahun lalu) kan nelayan langsung pergi beli ke sana. Tidak tahu sekarang entah kenapa?” ujar Zainal lagi.

Rudi, seorang nelayan yang lain menambahkan, “sudah kurang lebih 5 tahun kondisi kami seperti ini bu. Kami tidak bisa lagi langsung membeli di SPBN yang ada tetapi harus beli di calo. Beli di calo ‘kan mahal.”

SPBN di kawasan Wuring, Maumere

Tukang ojek, calo BBM?

Berdasarkan informasi  yang dihimpun Floresku.com dari para nelayana, ada dugaan bahwa  tukang ojek di sekitar Wuring memainkan peran ganda sebagai  calo BBM.

Sorang nelayan tradisional yang enggan disebutkan namanya mengatakan, kalau belum mendapatkan rekomendasi dari Dinas Perikanan untuk membeli BBM bersubsidi, ia dan rekan-rekannya terpaksa membeli BBM di tukang ojek. 

“Tukang ojek biasanya punya stok BBM cukup banyak,” katanya.

Dia menambahkan, sebagai nelayan tradisional, ia dan rekan-rekannya tidak mudah juga mendapat rekomendasi untuk membeli BBM bersubsidi dari Diinas Perikanan.

Dikatakan, praktik percaloan BBM itu dilakukan secara tersamar melalui kerja sama rapi antara oknum pemilik lempara dan para tukan ojek.

“Biasaya yang mendapatkan rekomendasi itu 'kan adalah para nelayan besar yaitu pemilik perahu motor (lempara). Lalu pemilik lempara ini bekerja sama dengan tukang ojek untuk mengambil BBM di SPBN dan kuotanya itu bisa sampai dengan 400 /500 liter per sekali ambil,” dia mengungkapkan.

“Contoh  mereka (tukang ojek) ambil di SPBN 400 liter lalu, mereka antar ke lempara cuma 250 -300 liter sisanya itu  di bawa ke rumah untuk ditampung.”

“Nah, kami yang nelayan nelayan kecil inilah yang kemudian  menjadi pelanggan atau pembeli BBM yang ditampung tukan ojek itu,” katanya dengan wajah memelas. (Hery/Silvia). ***
 

Editor: redaksi

RELATED NEWS