Tangisan dan Teriakan Histeris Kaum Ibu di Poco Leok Pecah dalam Aksi Solidaritas Tolak Geothermal
redaksi - Kamis, 22 Juni 2023 12:33POCO LEOK (Floresku.com) - Sejumlah besar warga yang berasal dari beberapa kampung adat di Poco Leok, Kecamatan Satar Mese, Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur kembali menggelar aksi solidaritas penolakan eksploitasi geothermal Poco Leok, bertempat di Lingko Tanggong, pada Rabu 21 Juni 2023.
Dalam aksinya tersebut terlihat, ratusan warga yang mencakupi juga kaum ibu di Poco Leok itu berusaha menghentikan petugas yang hendak memasang pilar pada tapak pengeboran di sekitar lokasi itu dengan membentuk pagar hidup.
Tangisan dan teriakan histeris kaum ibu yang ikut dalam aksi tersebut pun pecah saat terlibat aksi saling dorong dengan aparat keamanan yang juga hadir ke lokasi tersebut.
Bahkan, seorang ibu yang ikut dalam aksi tersebut didapati terbaring lemah di tanah hingga akhirnya dievakuasi ke badan jalan untuk mendapatkan pertolongan.
"Tanah ini, tanah milik Poco Leok," teriak warga yang ikut dalam aksi solidaritas tersebut.
"Lihat, ibu-ibu sampai pingsan. Tidak pernah hargai orang punya tanah," teriak warga lainnya.
Aksi ke-11
Sementara itu, Yudi Onggal yang merupakan seorang tokoh muda yang ikut dalam aksi tersebut saat ditemui wartawan menyebut bahwa warga yang menolak kehadiran geothermal tidak akan berhenti menggelar protes.
“Hari ini aksi protes ke-11. Hari Selasa kemarin juga kita aksi di sini. Sebelumnya kita usir kedatangan Bupati. Dan aksi-aksi penolakan akan selalu ada ke depan sampai Bupati cabut izin yang dia sudah buat diam-diam tanpa sosialisasi pada bulan Desember 2022 lalu,” kata Yudi.
Dia mengkalaim mayoritas kampung adat di lingkaran wilayah Poco Leok tersebut menolak kehadiran geothermal tersebut meskipun tak sedikit juga warga yang menyatakan mendukung.
“Dari 14 kampung di Poco Leok ini yang menyatakan penolakan ada 11 kampung yaitu Lungar, Tere, Jong, Rebak, Mocok, Mucu,Mori, Nderu,bCako, Ncamar, Mano. Sedangkan yang pro itu tinggal sebagian warganya dari 4 kampung,” sebut Yudi.
Yudi menambahhkan, warga lingkar Poco Leok pada intinya mendesak menghentikan seluruh proses perluasan wilayah pengeboran PLTP Ulumbu ke wilayah Poco Leok.
Warga dari awal lantang menolak kehadiran geothermal karena khawatirterjadinya kerusakan alam di Poco Leok seperti yang terjadi di Mataloko Kabupaten Ngada Flores dan Sorik Marapi Mandailing Natal yang menelan korban jiwa akibat terkena racun h2s.
Warga yang menolak, lanjut Yudi juga ingin mempertahankan alam Poco Leok sebagai sebuah entitas adat yang tidak boleh dirusak oleh kegiatan pembangunan yang rawan mendatangkan bencana alam.
“Mengingat warga lingkar geothemal adalah masyarakat adat tentunya kami tidak mau dipisahkan dengan tanah ulayat kami sebagai sebuah entitas. Dalam pemahaman warga yang namanya tanah ulayat meskipun telah dikuasai orang per orang tidak boleh dijual begitu saja ke pihak lain,” tutup Yudi. (Jivansi). ***