'Tarian Ja'i' Warnai Misa Krisma di Paroki Santo Klaus Kuwu, Manggarai

redaksi - Minggu, 21 November 2021 15:02
'Tarian Ja'i' Warnai Misa Krisma di Paroki Santo Klaus Kuwu, ManggaraiPenari 'Jai' mengantarkan Uskup dan para imam konselebran menuju gereja St Klaus Kuwu untuk merayakan Misa Krisma, Minggu, 21 November 2021. (sumber: WA/Jivansi)

KUWU (Floresku.com) - 'Ja'i' sebagai salah satu tarian khas  Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur warnai langkah kaki Uskup Ruteng, Mgr. Siprianus Hormat, Pr bersama Imam konselebran yang bergerak dari rumah pastoran menuju Gereja Paroki St Klaus Kuwu, tempat dilangsungkannya Misa Krisma, pada Minggu 21 November 2021.

Terlihat, beberapa penari yang terdiri dari kaum biarawan yang berasal dari Komunitas biara Novisiat Sang Sabda Kuwu tersebut begitu lihai menggerakan badannya dengan iringan musik Ja'i.

"Sungguh. Begitu antusias. Semangat menari yang tidak bisa dikalahkan oleh keadaan alam yang terlihat mendung," cetus Lian, salah satu umat Paroki St Klaus Kuwu yang tampak berdiri pada pintu masuk utama Gereja Paroki St. Klaus Kuwu.

Bagi dirinya, suasana alam ini bukanlah menjadi halangan untuk ikut merasakan sukacita dan kegembiraan yang luar biasa.

"Suasana alam ini bukanlah menjadi halangan bagi saya untuk ikut bergembira dalam sukacita menyambut kehadiran Uskup Ruteng yang akan mempin perayaan ekaristi di Gereja St. Klaus Kuwu," imbuh Lian.

Pantauan Jurnalis media ini, rombongan Uskup Ruteng tampak sumringah menyaksikan upacara penjemputan yang begitu luar biasa dan penuh riang.

Sementara itu, sejauh mata memandang, para penari yang mengenakan kostum khas budaya Kabupaten Ngada tersebut terlihat begitu antusias.

Seorang informan asal Bajawa, Reinald Meo, yang sempat ditanyai jurnalis media ini via Whatsapp terkait pemahaman dan refleksinya tentang tarian Ja'i dalam hubungannya dengan urusan Gerejawi menjelaskan bahwa Ja'i' itu tarian adat Bajawa, yang dahulunya ditarikan saat acara adat saja. Namun, dalam perjalanan waktu, ditambah acara adat yang tidak rutin dilaksanakan, Ja'i sebagai sebuah tarian syukur tersebut akhirnya ambil peran juga dalam kehidupan sosial-politik dan religius.

"Dan khusus dalam urusan Gerejawi, Ja'i tidak terlepas dari Katolikisasi, yang mana agama (dalam hal ini Katolik) masuk di Ngada dan mulai berbaur dengan budaya setempat, disesuaikan substansinya, dan dirayakan dalam keseharian. Ja'i ditarikan untuk menyambut pejabat pemerintahan, pejabat politik, juga pejabat agama dalam hal ini Gereja," tulis Reinal Meo.

Lebih lanjut, Reinald Meo menjelaskan, Ja'i itu sejatinya salah satu ekspresi syukur dan kegembiraan, sehingga dengan demikian menjadi lentur dan adaptif dalam perkembangan zaman. Dalam ranah pendidikan, Ja'i sebagai bagian dari pelajaran Muatan Lokal di sekolah-sekolah, juga ditarikan sebagai ungkapan syukur dalam sebuah perayaan Ekaristi.

"Jadi, Ja'i yang awalnya hanya berkaitan dengan urusan kultural Orang Bajawa, makin ke sini makin membuka diri atau dibuka dirinya untuk terlibat dalam lebih banyak lini kehidupan", tutup Alumnus Ledalero dalam pesan Whatsappnya.

Ritus ‘Tuak Curuk’

Untuk diketahui, Uskup Ruteng Mgr. Siprianus Hormat dan rombongan imam dari Keuskupan Ruteng tiba di Paroki St. Klaus Kuwu pada pukul 07.45 Wita.  

Rombonga Uskup dan para imam langsung disambut dengan beberapa ritus adat Manggarai, mulai dari acara pengalungan dan 'Tuak Curu' hingga ritus ada 'Manuk Kapu'.

Dari informasi yang ada, Uskup Ruteng, Mgr. Siprianus Hormat dan rombongan imam hadir di Paroki St. Klaus untuk memimpin perayaan ekaristi dan juga untuk memberikan sakramen krisma bagi umat di Paroki St. Klaus Kuwu. ***

Editor: redaksi

RELATED NEWS