Telah 8 Tahun Berlalu, Dua Uskup yang Diculik Tak Tahu Entah Kemana
redaksi - Rabu, 21 April 2021 00:20JAKARTA (Floresku.com) – “Tanggal 22 April, delapan tahun yang lalu, tepatnya pada 22 April 2013, Uskup Yohanna Ibrahim dan Uskup Boulus Yazigi berangkat ke wilayah Aleppo, Suriah, untuk bernegosiasi dengan kelompok bersenjata berbaiat ke ISIS yangg menculik seorangg Pastor. Di tengah jalan mereka dihadang oleh sekelompok orang bersenjata. Sopir mereka ditembak mati, namun ke-2 Uskup ini diculik dan dibawa entah ke mana. Setelah 8 tahun masih, tidak ada kabar sama sekali. Mohon didoakan, semoga mereka bisa kembali. Amin”.
Begitu pesan WhatsApp yang diterima floresku.com, Selasa (20/4) pukul 22.23 WIB. Pesan itu datang dari Padre Marco, Staf Dewan Kepausan Untuk Dialog Antar Umat Beragama Untuk Tahta Suci Vatikan, di Roma, Italia.
Lebih lanjut Padre Marco menulis, tanggal 22 April nanti, lusa, Gereja di Aleppo akan membunyikan lonceng panjang untuk mengenang hilangnya dua Uskup yang diculik tanpa jejak ini.
Tahun 2014, Asosiasi untuk Masyarakat yang Terancam (GfbV) berpusat di Jerman menganugerahkan kedua uskup ini Penghargaan Weimar untuk Hak-hak Asasi. Semua berharap mereka akan segera kembali dalam keadaan selamat. Hingga hari ini tidak ada tanda-tanda. Tak seorang pun tahu tentang nasib keduanya.
Di Suriah pasca perang, situasi kemajemukan turun drastis karena kaum minoritas seperti Kristiani, Yezidis dan Druzzi dikejar-kejar dan mereka kebanyakan sudah meinggalkan Suriah.
Tahun 1990-an, Suriah waktu itu masih punya populasi penduduk beragama Kristen lebih dari 25 persen. Hari ini sisa 3 persen dari 19 juta penduduk Suriah. Statistik menunjukan bahwa sejak 2011, populasi umat Kristen menurun drastis, terutama selama perang saudara dan sesudahnya, dari 1.400.000 umat Kristiani menjadi sekitar 500.000 sampai setinggi-tingginya 700.000.
Hasil sebuah tim investigasi
Sementara itu, media agenzia fides ( http://www.fides.org/en/news/67241 ) edisi Rabu, 15 Januari 2020 menulis, mereka (kedua uskup itu,red) telah meninggal sebagai martir, dibunuh pada Desember 2016 oleh sekelompok milisi yang menyandera mereka selama bertahun-tahun.
Demikianlah rupanya akhir dari riwayat Uskup Yohanna Ibrahim dan Uskup Boulus Yazigi, yang menghilang pada 22 April tanpa meninggalkan jejak, di daerah antara metropolis Suriah dan perbatasan dengan Turki.
Investigasi yang mendukung teori ini dilakukan oleh tim investigasi yang dipimpin oleh Mansur Salib, seorang peneliti Suriah yang tinggal di Amerika Serikat, dan disebarluaskan melalui platform digital medium.com, sebuah media sosial baru yang terhubung dengan Twitter.
Menurut penulis investigasi, militan Nour al-Din al-Zenki, sebuah kelompok independen yang terlibat dalam konflik Suriah, yang dibiayai dan dipersenjatai selama konflik oleh Arab Saudi dan Amerika Serikat, membunuh keduanya.
Investigasi menelusuri cerita, dengan fokus pada detail yang dianggap berguna untuk merekonstruksi dinamikanya.
Menurut penulis, pada 22 April 2013 kedua Uskup Agung telah meninggalkan Aleppo dengan sebuah truk pick-up Toyota, yang dikemudikan oleh Fatha 'Allah Kabboud, dengan maksud untuk menangani pembebasan dua imam, Katolik Armenia Michael Kayyal dan Maher Mahfouz Ortodoks Yunani, sebelumnya diculik oleh kelompok jihadis anti-Assad yang kemudian menguasai wilayah timur metropolis Suriah.
Uskup Yohanna Ibrahim dan Uskup Boulus Yazigi yang mengenakan pakaian sipil, jatuh ke dalam apa yang ditampilkan rekonstruksi sebagai sebuah jebakan. Mobil yang ditumpangi oleh dua Uskup Aleppo itu diblokir oleh sekelompok penculik, dan pengemudi Fatha 'Allah Kabboud, seorang Katolik ritus Latin, ayah dari tiga anak, ditembak mati di kepala. Penculikan itu tidak diklaim oleh kelompok mana pun. (MA)