Tour Rohani di Kota Reinha Larantuka: Ziarah yang Membekas Seumur Hidup

redaksi - Sabtu, 05 Juli 2025 09:27
Tour Rohani di Kota Reinha Larantuka: Ziarah yang Membekas Seumur HidupKapela Tuan Ma di Kota Larantuka (sumber: Istimewa)

LARANTUKA (F;ooresku.com) — Kota kecil di ujung timur Flores ini kembali menjadi saksi bisu betapa kuatnya daya tarik spiritual dan sejarahnya bagi umat Katolik dari berbagai penjuru tanah air. 

Dikenal dengan julukan Kota Reinha, Larantuka bukan sekadar destinasi wisata religi, tetapi tempat yang menyatukan keindahan alam, kekayaan budaya, dan warisan iman Katolik yang telah terpelihara lebih dari 500 tahun.

Kunjungan rohani yang berlangsung pada 3 Juni 2025 ini menjadi momen istimewa bagi para peziarah dari Maumere, termasuk Saver dan Edwaldus, dua sosok spiritualis yang telah lama menantikan kesempatan ini. 

Mereka menempuh perjalanan sejauh 137 km dari Maumere dan bahkan harus menyeberangi laut menuju Adonara demi menginjakkan kaki dan berdoa di tiga kapela suci yang menjadi pusat devosi umat Katolik di wilayah Larantuka.

Ketiga kapela tersebut yakni Kapela Tuan Ma (Bunda Maria), Kapela Tuan Ana (Tuhan Yesus), dan Kapela Tuhan Yesus Berdiri yang terletak di desa Wure, Adonara Barat. 

Ketiganya hanya dibuka setahun sekali dalam rangka pentaktahan (pengangkatan dan perarakan patung kudus), menjelang puncak Pekan Suci Semana Santa.

  • https://floresku.com/read/wisata-religi-di-flores-potensi-kelemahan-prospek-dan-tantangannya

“Sungguh luar biasa, semua beban dan lelah, sakit dan penyakit sepertinya pergi dan menyisakan kegembiraan yang tak bisa dijelaskan,” ujar Saver penuh haru. Sebagai spiritual adat asal Maumere, ia merasa bersyukur karena niat sucinya akhirnya tercapai. Edwaldus menambahkan dengan suara bergetar, “Sekali kami keliling Larantuka, tidak akan pernah kami lupakan seumur hidup.”

Larantuka memang berbeda. Keunikannya terletak pada harmoni antara alam yang memesona dan peninggalan sejarah Katolik yang kental dengan pengaruh Portugis. 

Bangunan-bangunan kapela berdiri megah dengan gaya arsitektur Eropa klasik. Di sepanjang jalan kota, mata dimanjakan oleh panorama laut yang teduh, deretan rumah tua kolonial, dan megahnya Gunung Ile Mandiri yang menjulang sebagai latar sakral.

Setibanya di pusat kota, para peziarah disambut oleh patung Bunda Maria Reinha Rosari, pelindung kota Larantuka yang akrab disapa "Ema Reinha". Patung setinggi lima meter ini berdiri gagah dengan tongkat kerajaan di tangan, tepat di samping Istana Uskup Larantuka di kawasan Sandominggo.

Sebagai kota yang telah menjalankan tradisi Semana Santa selama lebih dari lima abad, Larantuka tetap memelihara keaslian budaya spiritualnya. Prosesi Jumat Agung di kota ini dilakukan dengan menggunakan bahasa Portugis abad ke-14 dan menyatukan umat dalam doa dan refleksi yang mendalam. Tidak mengherankan jika Semana Santa Larantuka dikenal dunia dan menjadi daya tarik wisata rohani internasional.

“Ini bukan sekadar perjalanan, tapi ziarah hidup. Kami merasa disapa dan dikuatkan oleh Tuhan dan Bunda Maria dalam setiap langkah kami di kota ini,” ucap Edwaldus dengan mata berkaca-kaca.

Kisah Saver dan Edwaldus adalah gambaran dari ribuan peziarah lainnya yang menjadikan Larantuka sebagai tempat perjumpaan batin yang dalam. Kota Reinha bukan hanya tentang bangunan tua dan prosesi sakral, tetapi juga tentang kasih, harapan, dan pengalaman spiritual yang tak tergantikan.

“Tuan Ma, Tuan Ana, jaga kami, lindungi kami, kuatkan kami dalam sisa siarah hidup kami,” demikian doa penutup keduanya saat meninggalkan kota Larantuka — kota suci yang akan terus hidup dalam kenangan dan doa mereka. (Laporan: Herry Fernandez) ***

Tags SiarahLnrantukaBagikan

RELATED NEWS