Usai Galang Dana, GMNI Flotim Bantu Korban Lewotobi yang Kehabisan Makanan
redaksi - Selasa, 29 April 2025 21:45
LARANTUKA (Floresku.com) - GMNI Flores Timur (Flotim) membantu penyintas korban erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki yang kehabisan makanan di pos pengungsian Desa Kobasoma, Kecamatan Titehena, Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, Senin, 28 April 2025.
Penyaluran bantuan untuk 65 Kepala Keluarga (KK) itu setelah GMNI menggalang dana sekira tiga hari, memanfaatkan titik-titik keramaian seperti Festival Bale Nagi (FBN) di Larantuka tanggal 24-26 April 2025.
Ketua GMNI Flores Timur, Krisantus Kenato, ikut mengantar paket sembako didampingi Sekretaris GMNI, Sarinah Ecik, Koordinator Lapangan, Germana Ose Warat, Bendahara GMNI, Yohanes Jobastianus Bada Badin, dan anggota.
Kegiatan kemanusiaan kali ini cukup menguras tenaga. Setelah mengumpulkan dana sukarela dari warga sebesar Rp 5.291.000, para aktivis kemudian berbelanja kebutuhan pengungsi dan mengemasnya untuk didistribusikan. Distribusi makanan berlangsung saat malam tadi.
"Bantuan dalam bentuk sembako yaitu beras, telur ayam, sarimi, energen, minyak goreng, dan ikan kering. Kami bawa bantuan untuk 65 KK di camp Desa Kobasoma," ujar Krisantus.
Krisantus menuturkan, GMNI menaruh empati terhadap pengungsi yang kehabisan makanan di tengah peningkatan erupsi Lewotobi Laki-laki yang mengharuskan ribuan warga mengungsi, sambil menunggu lokasi pasti pembangunan hunian tetap (Huntap).
Keprihatinan bagi kondisi korban bencana ini tergerak dari pemberitaan media Tribun Flores dan Pos Kupang terkait nasib penyintas diberi jatah beras 1 mug per satu jiwa untuk bertahan selama satu minggu.
Krisantus menyampaikan terima kasih kepada masyarakat Flores Timur atas dukungan serta motivasi semangat. Ucapan yang sama juga dialamatkan kepada Dinas Pariwisata Flores Timur karena telah memberikan ruang bagi aktivis GMNI di Festival Bale Nagi.
"Terima kasih kepada masyarakat dan unsur kepanitiaan FBN. Kami diberi ruang untuk melakukan aksi kemanusiaan. Dari kegiatan ini, kami mengumpulkan uang Rp.5.291.000," ujar Krisantus.
Mahasiswa pada Sekolah Tinggi Pastoral (STP) Reinha Larantuka ini menambahkan, penyintas umumnya petani tidak bisa bekerja saat peningkatan aktivitas gunung.
Lewotobi Laki-laki kini terus meletus disertai ledakan dan semburan lava pijar. Penyintas hanya bisa bertahan di posko pengungsian.
"Saat keadaan gunung lebih kondusif, mereka pulang untuk panen komoditi lalu jual sehingga bisa beli makan. Tapi sekarang situasinya kan berbeda, gunung terus meletus. Mereka tidak bisa berkebun, mau tidak mau bertahan," kata Krisantus.
Di camp Desa Kobasoma, ungkap Krisantus, banyak tenda tampak koyak. Pengungsi sulit tidur saat turun hujan. Air sering masuk bahkan membuat tempat tidur mereka basah.
"Kalau di dalam gudang logistik, kami melihat kebutuhan sudah menipis. Beras, sabun, pasta gigi, dan kebutuhan lainya. Tak hanya menipis bahkan lauk pauk juga habis," terangnya. (Paul Pemulet). ***