WAWANCARA Wagub NTT Yosef Nae Soi: “Tak Ada Pesta Pora di Semau, Juga Tak Ada Pelanggaran Prokes”

MAR - Selasa, 31 Agustus 2021 12:47
WAWANCARA Wagub NTT Yosef Nae Soi:   “Tak Ada Pesta Pora di Semau, Juga Tak Ada Pelanggaran Prokes”WAWANCARA Wagub NTT: “Tak Ada Pesta Pora di Semau, Juga Tak Ada Pelanggaran Prokes” (sumber: WAWANCARA Wagub NTT: “Tak Ada Pesta Pora di Semau, Juga Tak Ada Pelanggaran Prokes”)

JAKARTA (Floresku,com) – Jumat, akhir pekan lalu (27/8/2021), Pemerintahan NTT mengadakan acara pengukuhan Tim Percepatan Akses Keuangan Daearh (TPAKD). 

Acara tersebut  dihadiri Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat, Wakil Gubernur Yosef Nae Soi serta seluruh kepala daerah bupati dan wali kota se-NTT.

Dari acara tersebut, kemudian menyebar potongan video dan sejumlah foto yang menimbulkan pesan dan komentar bahwa para pemimpin NTT mengadakan pesta, membuat kerumuman dan mengabaikan protokel kesehatan di tengah pelaksanaan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). 

Tadi malam, Senin (30/8/2021), di sela-sela acara tatap muka dengan Yayasan Sehati dan Garda NTT terkait Evaluasi Bantuan Bencana Seroja, media ini mewancarai Wagub NTT, Yosef Nae Soi.

Pak Wagub Apa yang sebenarnya terjadi di Desa Otan, Semau?

Begini ya, saya kaget dengan berita yang beredar Ada yang kasih bumbu macam-macam, Seolah-olah ada pesta pora di sana. Tidak benar itu. Ini acara bagus, lihat susbtansi dan konteks acara secara utuh.

Apa subtansi acara ini?

Ada pengukuhan TPAKD, ada syukuran atas kenerja Bank NTT, dan kehadiran para pelaku ekonomi dan UKM tentang apa yang mereka kerjakan selama ini. Kami senang bahwa di tengah tekanan Covid-19, ya ada dinamika perekonomian dari aktivitas mereka.

Apa misalnya yang mereka buat?

Ada PLN yang bersedia membuat gardu-gardu di pusat pertanian, Hal itu dibuat agar bila tak ada hujan maka masyarakat bisa menggunakan air dari sungai dan membuat irigasi tetes.

Apalagi contohnya?

Ada Yayasan Bambu Lestari yang juga menjelaskan kepada seluruh bupati agar memanfaatkan pihak Yayasan dalam budidaya bambu di setiap kabupaten.

Demikian juga dengan Pelindo III yang mempresentasikan Pelabuhan Tenau yang telah siap menjadi gerbang untuk ekspor. Mereka jelaskan produk-produk apa saja dan dari mana saja komoditas yang disiapkan untuk dikirim keluar sehingga tempat itu tidak hanya menjadi tempat impor dari barang-barang luar.

Lalu, apa yang menonjol dari UKM  sehingga mereka juga diundang acara tersebut?

Ada kegiatan yang mereka lakukan dengan membangun homestay dan pengadaan belasan perahu nelayan untuk menangkap ikan. Intinya pada acara ini, NTT masih tetap menggeliat di tengah Covid-19, kami tidak mati langkah. 

Kembali ke soal dugaan pelanggaran prokes, mengapa ada musik, dan orang menari-nari, dan tampak ada kerumuman pada acara ini? 

Saya jelaskan dulu apa yang terjadi. Yang adakan acara ini adalah Bank NTT. Kami semua diundang. Harus diingat untuk hadir ke sana, kami semua harus ditest PCR antigen, lalu memperlihatkan bukti vaksin dan lain-lain. Acara dimulai sekitar jam 13.00 dan berakhir sampai hingga jam 16.30. Semua peserta mengenakan masker dan tempat duduk pun diatur jarak sesuai protokol kesehatan. Sekitar jam 17.00 saya pamit.

Tapi, ada foto yang memperlihatkan seperti terjadi kerumunan?

Mungkin itu pada saat kami yang hadir semua berdiri dan menikmati sunset, lalu diambil foto dari jauh. Tidak ada kerumuman. Jarak duduk semua diatur, dan semua mengenakan masker.

Bukankah ada foto yang memperlihatkan Bapak tidak mengenakan masker?

Ini yang juga saya bingung. Saya mengenakan masker sepanjang acara. Itu terjadi saat acara selesai dan mau pulang. Saya menikmati pisang goreng bersama Pak Gug dan tamu-tamu semua. Tangan satu saya memenag pisang goreng, lalu tangan kanan saya memegang masker. Saya lagi makan, terus ada yang nanya pak gub apakah pisang gorengnya enak? Saya jawab enak. Itu yang dijepret dan dibuat viral. Ini Namanya tendensius.

Jadi Pak Wagub yakin tak ada pelanggaran prokes di acara ini?

Ya yakinlah. Masa kami ini sangat bodoh. Saya dan Pak Gub sudah sama-sama terpapar covid-19, jadi kami paham betul apa artinya protokol kesehatan. Jadi selain semua test antigen dan bukti vaksin peserta yang akan hadiri acara, yang harus diingat bahwa Desa Otan adalah zona hijau. Lalu ada pengaturan tempat duduk dan pengenaan masker yang  sesuai dengan prokes.

Lalu, bagaimana foto dan video yang memperlihatkan ada acara nyanyi dan menari?

Itu di luar acara resmi. Kalau pun kami dikiritik, iya mungkin di sini ya bahwa kami kurang kontrol terhadap panitia yang membuat acara nyanyi-nyanyi setelah itu. Tapi, saya dengar nyanyi-nyanyi pun tidak seheboh yang seperti kita baca di berbagai media sosial. Habis, acara yang agak panjang, mungkin banyak panitia  yang agak lelah, lalu mereka membuat selingan dengan menyanyi dan menari. Itu pun tetap menjaga jarak. Tapi, untuk jelasnya, silahkan bertanya kepada panitia. Yang pasti tidak ada acara hura-hura dan kerumuman seperti orang dangdutan.

Bagaimana soal teguran dari Satgas Covid-19 Nasional terkait acara di Semau?

Saya belum tahu itu, apakah sudah ada teguran atau belum?

Apa ada respon dari Mendagri?

Pak Menteri Dalam Negeri sudah menelpon Pak Gubernur terkait acara itu. Pak Gubernur sudah menjawabnya. Waktu itu saya ada di samping Pak Gub. Pak Gub juga sudah meminta saya menjelaskan, dan iya saya menjelaskan apa adanya.

Apa benar pihak kepolisian juga memeriksa kasus ini, apakah melanggar atau tidak?

Itu tugas mereka untuk mendalami kasus ini.Kami siap kalau ada pertanyaan-pertanyaan kepada kami.

Pewawancara: Abraham

Editor: MAR

RELATED NEWS