YKPI Gelar Diskusi Bersama Mitra Bicarakan Konsep Perubahan Narasi Bagi Kelompok Rentan di Sikka

redaksi - Sabtu, 21 Januari 2023 21:14
YKPI Gelar Diskusi Bersama Mitra Bicarakan Konsep Perubahan Narasi Bagi Kelompok Rentan di SikkaYayasan Keadilan dan Perdamaian Indonesia (YKPI) bekerja sama dengan Fajar Sikka pada Sabtu (14/1) pagi hingga siang, menggelar diskusi bersama mitra CSO di Kabupaten Sikka dengan tema Konsep Kampanye Perubahan Narasi Terhadap Kelompok Rentan., Sabtu (14/1). (sumber: Mardat)

MAUMERE (Floresku.com) -Yayasan Keadilan dan Perdamaian Indonesia (YKPI) bekerja sama dengan Fajar Sikka pada Sabtu (14/1) pagi hingga siang, menggelar diskusi bersama mitra CSO di Kabupaten Sikka dengan tema Konsep Kampanye Perubahan Narasi Terhadap Kelompok Rentan.

Diskusi yang diikuti oleh 15 orang perwakilan organisasi antara lain, Fajar Sikka, Komunitas Tuli, Humanitas, Forsadika, perwakilan Masayrakat Adat dan perwakilan media di Sikka ini, berlangsung di Eko Homestay, Desa Habi.

Kegiatan ini merupakan bagian dari upaya mendorong perlindungan, pemajuan dan pengakuan hak-hak kelompok rentan di Kabupaten Sikka.

Ketua YKPI, Ruwaida kepada media ini menuturkan, kegiatan ini diselenggarakan dengan tujuan untuk menciptakan ruang-ruang perjumpaan, menghadirkan suara-suara dari kelompok minoritas tentang keberadaan mereka.

Bagaimana pun, kelompok minoritas bagian dari keberagaman terutama di pelosok timur ini.

Dengan mereka hadir di dalam perjumpaan ini, akan memiliki sensitivitas dan keberpihakan kepada mereka.

Tentunya untuk mendukung kebutuhan-kebutuhan mereka, memberikan pengakuan secara aktif, bukan hanya sebatas mengakui mereka ada, tetapi juga mendorong untuk memenuhi kebutuhan mereka sebagai warga negara.

Lanjutnya, pihaknya juga ingin menciptakan ruang-ruang perjumpaan itu sebenarnya untuk lebih mempererat rasa persaudaraan antar manusia tanpa melihat sekat etnis, agama dan lainnya.

Dari diskusi yang berkembang dalam pembicaraan kelompok yang hadir, ia melihat ruang perjumpaan telah terbuka tinggal bagaiamana gerakan masyarakat itu memanfaatkan ruang-ruang yang sudah terbuka, misalnya kebijakan yang sudah ada, bagaimana prakteknya lebih aktual.

Tadi dalam diskusi muncul sensitivitas dari masyarakat karena pada dasarnya disini sangat kuat hubungan darah, kesukuan. Nah, bagaimana modalitas itu dijadikan sebagai ruang atau modalitas kita untuk memperkuat harmonisasi kehidupan.

Ia juga menyampaikan harapan kepada peserta diskusi yang hadir, agar narasi-narasi tentang ketidakadilan, ketidaksetaraan itu perlu dilawan, diwarnai dengan narasi-narasi baru bagaimana orang menerima minoritas, bagaimana orang memberi pengakuan kepada minoritas.

Itu hal yang perlu diciptakan narasi baru sehingga narasi-narasi yang memuat atau mempunya muatan mencerminkan penolakan, mencerminkan diskriminasi dan lainnya, itu kemudian sedikit bisa mempengaruhi.

Jadi, perubahan narasi itu kita berharap tidak sebatas wacana tetapi perubahan narasi itu lebih akan terukur ketika ada tindakan-tindakan nyata yang bisa mencerminkan perubahan tersebut.

Salah seorang peserta diskusi dari kelompok Forsadika Yoseph Loku mengatakan, persepsi publik maupun pemerintah kabupaten terhadap kelompok disabilitas sejauh ini masih memandang disabilitas sebagai kelompok tidak berdaya sehingga dominan pendekatan karitatif dengan memberikan bantuan.

Namun demikian, dengan adanya pendekatan dan dialog yang dilakukan Forsadika bersama Caritas kepada aparat pemerintah, pelan-pelan cara pandang terhadap kelompok disabilitas mulai bergeser.

Sementara itu Hendrika Mayora Victoria dari Fajar Sikka menuturkan, saat ini Fajar Sikka terus mendorong untuk terwujudnya gerakan inklusi dengan membangun jejaring dengan berbagai simpul masyarakat.

Ia mencontohkan saat ini dari kelompok disabilitas mendorong agar ada Perda terkait kelompok disabilitas namun belum terealisasi. 

Usulan ini kemudian didorong dalam bentuk lain dengan melibatkan berbagai simpul kelompok rentan dalam kerangka Rencana Aksi Hak Asasi Manusia.

Harapannya walaupun Perda belum bisa direalisasikan, tetapi Rencana Aksi HAM ini bisa diakomodir untuk menjamin terpenuhnya hak-hak kelompok rentan di Sikka.

Ia juga mengatakan, pihaknya juga mencoba melakukan dokumentasi kekerasan. Dalam dokumentasi yang dilakukan, pihaknya mendapati ada teman disabilitas yang mendapat kekerasan seksual namun tidak diurus secara hukum tetapi diselesaikan secara kekeluargaan.  (Mardat). ***

RELATED NEWS