REMI (Renungan Minggu), 05 September 2021: Mendengar dan Berbicara
redaksi - Minggu, 05 September 2021 08:35REMI (Renungan Minggu)
Minggu Biasa XXIII - Minggu Kitab Suci Nasional
"Mendengar dan Berbicara"
Bacaan: Yesaya 35:4-7a; Yakobus 2:1-5; Markus 7:31-37
BERTEPATAN dengan perayaan hari Minggu biasa yang ke-23, Gereja Katolik Indonesia merayakan hari Minggu Kitab Suci Nasional. Kitab Suci bagi orang-orang beriman Kristiani biasa disebut "Sabda Allah atau Firman Allah". Sabda Allah ini selalu digemakan atau digaungkan oleh Gereja dalam setiap kesempatan Ekaristi atau ibadat, pada saat berdoa dalam keluarga, pada waktu retret atau rekoleksi, pada waktu katekese umat di Gereja Paroki, Stasi, biara dan di komunitas-komunitas basis Gerejani.
Merefleksikan bacaan-bacaan suci pada kesempatan ini, kita menemukan dua kata kunci yang akan menuntun kita untuk bisa meraih hidup yang penuh berkat dan hidup yang kekal, yakni "Mendengar dan Berbicara". Dalam kitab nabi Yesaya dan Injil Markus, kita mendapatkan kesamaan kisah tentang orang tuli yang dibuatNya mendengar dan orang bisu yang dibuatNya berbicara atau bersorak-sorai.
Mendengar dan berbicara adalah dua sikap iman dan sekaligus dipahami sebagai tugas orang beriman. Mendengar Sabda Tuhan berarti menerima, mengakui, yakin dan percaya bahwa sabda Tuhan adalah Sabda Kebenaran dan Sabda Kehidupan kekal. Hal itu sejalan dengan perkataan Yesus sendiri: "Langit dan bumi akan berlalu, tetapi SabdaKu tidak akan pernah berlalu". Berbicara sama artinya dengan mewartakan, menyampaikan Sabda yang telah didengar itu sehingga kemuliaan dan keagungan Allah memahkotai hidup orang-orang sederhana untuk mewarisi Kerajaan yang telah dijanjikan Yesus sendiri. Sebab itu, orang yang mendengar atau percaya firman Allah, dan orang yang berbicara atau melaksanakannya akan digelari sebagai ibu, saudara-saudari dari Yesus sendiri.
Sekian sering kita menampilkan diri seperti orang yang sedang bisu dan tuli, karena sering tidak mau dan tidak mampu mendengar, bahkan tidak bisa berbicara. Demi rasa aman, kita lebih memilih diam dan tidak mau repot. Padahal kita telah diberi mandat oleh Yesus untuk pergi dan mewartakan Injil kepada segala makhluk melalui sakramen permandian yang kita terima.
Oleh karena itu, kita mesti minta kembali bantuan dari Tuhan Yesus supaya disembuhkan dari roh bisu dan tuli itu, sehingga kita kembali mendengar, menerima dan percaya, lalu kemudian berbicara atau mewartakan Sabda Allah dengan penuh sukacita dan dengan hati yang riang gembira.
Mari kita memohon doa dari Rasul Paulus dan menimba semangatnya dengan berani berkata: "Celakalah aku, jika aku tidak mewartakan Injil. Dan wartakanlah Injil baik atau tidak baik waktunya, engkau harus mewartakan Injil". Mari dengarkan dan wartakan. Audiens et Proclamans. Amin
Salam sukacita kasih dan salam bahagia selalu dari RD. Cesar Reda di Habi .
Selamat hari Minggu, 5 September 2021
Amapu Benjer - GBU.