RESING, Senin 13 September 2021: "Bersikap Peduli dan Rendah Hati"
redaksi - Senin, 13 September 2021 11:13Oleh RD Julius Cesar
RESING: Renungan Singkat
Senin Pekan Biasa XXIV
"Bersikap Peduli dan Rendah Hati"
1 Timotius 2:1-8
Lukas 7:1-10
Salah satu bentuk dan corak hidup orang-orang beriman Kristiani adalah solider, peduli dan bela rasa. Corak hidup seperti ini seringkali dimengerti sebagai sikap iman atau buah dari imam, karena iman yang sejati harus nampak dalam perbuatan atau perilaku hidup bersama dalam sebuah komunitas sosial kemasyarakatan.
Seorang perwira di Kapernaum dalam kisah Injil hari ini, termasuk dalam kategori seorang yang bersosok solider, peduli dan beriman. Sikap solider dan pedulinya itu bukan hanya sekadar sebagai sebuah aksi sosial kemanusiaan atau sebuah gerakan spontanitasnya semata. Tetapi sikap semacam ini dimengerti pula sebagai sebuah pengejawantahan sikap iman yang nyata dan sejati. Iman sang Perwira yang solider dan peduli telah dimahkotai dengan sikap kerendahan hati dengan tidak memperhitungkan untung dan rugi, kali dan bagi, tambah dan kurang.
Lukas penginjil melaporkan ada dua bentuk solidaritas dan kepedulian yang ditunjukkannya itu kepada orang banyak, yakni solider menanggung biaya pembangunan rumah ibadat atau pembangunan sinagoga di Kapernaum dan peduli kepada hambanya yang sedang sakit hampir mati dengan cara meminta kesediaan Tuhan Yesus untuk menyembuhkannya. Bahkan dengan segala kerendahan hatinya, ia meminta Yesus untuk bersabda saja, sebab ia yakin melalui sabda yang diucapkan Yesus maka hambanya pasti sembuh. Iman yang penuh kerendahan hati itu terungkap secara kasat mata dalam ucapannya: "Tuan, janganlah bersusah-susah, sebab aku merasa tidak layak menerima Tuan dalam rumahku. Sebab itu aku juga merasa tidak pantas datang sendiri mendapatkan Tuan". Mendengar perkataan itu, Yesus pun memujinya: "Aku berkata kepadamu: Di Israel pun imam sebesar ini belum pernah kujumpai".
Belajar dari sang perwira, kita pun hendaknya selalu punya hati yang solider dan peduli, rendah hati dan peka terhadap kehidupan bersama. Selain itu, kita juga mesti sadar bahwa setiap orang memiliki kesetaraan sebagai manusia di hadapan Tuhan dan sesama, sehingga tidak ada lagi tuan dan hamba, bos dan anak buah, tetapi kita adalah anak-anak Allah. Mari kita bersikap peduli dan rendah hati satu sama lain, agar kita senantiasa hidup dalam sukacita kasih Tuhan. Amin
Salam sukacita kasih dan salam bahagia selalu dari RD. Cesar Reda©️®️
Amapu Benjer - GBU