Sinergi untuk Laut Indonesia, BMKG Pimpin FGD Penguatan Koordinasi Observasi Kelautan Nasional
redaksi - Jumat, 10 Oktober 2025 09:33
SEMARANG (Floresku.com) — Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menegaskan peran sentralnya dalam memperkuat sinergi riset dan observasi kelautan nasional melalui Focus Group Discussion (FGD) “Penguatan Koordinasi Observasi Laut di Indonesia”, yang digelar di Padma Hotel Semarang, Kamis (9/10).
Kegiatan ini merupakan bagian dari Pertemuan Ilmiah Tahunan (PIT) ISOI ke-21, diikuti para akademisi, peneliti, dan perwakilan lembaga kelautan seperti BRIN, BIG, KKP, dan Pushidrosal.
- BMKG Luncurkan Sistem Peringatan Dini Tsunami di Timor Leste
- Kolaborasi untuk Masa Depan NTT: Guru Hebat dan Kakao Mendunia
Deputi Bidang Geofisika BMKG, Nelly Florida Riama, yang juga menjabat sebagai Chair Data Buoy Cooperation Panel (DBCP) WMO–IOC UNESCO, menegaskan bahwa di tengah tantangan global Ocean Decade 2030 dan kebutuhan Multi-Hazard Early Warning System (MHEWS), Indonesia harus memperkuat integrasi sistem observasi laut nasional.
“Kita punya banyak instrumen — dari tide gauge hingga radar HF — tetapi tantangan sesungguhnya ada pada koordinasi dan interoperabilitas data. Sinergi adalah kunci menghadapi ancaman cuaca ekstrem dan perubahan iklim,” tegas Nelly.
Dalam sesi teknis, Direktur Meteorologi Maritim BMKG, Eko Prasetyo, memaparkan bahwa Indonesia telah memiliki infrastruktur observasi yang kuat, termasuk ratusan Marine Automatic Weather Station, Argo float, dan wave glider.
Namun, ia menekankan pentingnya keterpaduan data dan kebijakan berbagi informasi lintas lembaga agar teknologi tersebut benar-benar mendukung keselamatan maritim dan keputusan publik.
FGD menghasilkan tiga rekomendasi strategis nasional: (1) integrasi dan standardisasi data antar lembaga kelautan, (2) sinergi perencanaan observasi lintas sektor, dan (3) pengembangan sistem observasi multi-hazard berbasis inovasi.
BMKG menegaskan, hasil FGD ini akan menjadi roadmap observasi laut Indonesia menuju sistem yang terintegrasi, adaptif, dan tangguh — sebagai fondasi bagi keselamatan, ketahanan maritim, dan pembangunan berkelanjutan bangsa. (*)