Warga Flores ‘Teriak’ Soal Jaringan Buruk, Telkomsel Belum Kasih Solusi Memuaskan

redaksi - Kamis, 04 Juli 2024 11:17
Warga Flores ‘Teriak’ Soal Jaringan Buruk, Telkomsel Belum Kasih Solusi MemuaskanMenara Telkomsel di Rewokoli, Mbay, Nagekeo (sumber: Silvia)

MBAY (Floresku.com) – Warga dari berbagai daerah di Flores kembali ‘berteriak’, mengeluhkan jaringan Telkomsel yang lemot dan terputus-putus, tetapi pihak PT Telkomunikasi Selular (Telkomsel) belum bisa memberikan solusi yang memuaskan.

Theresia Mardo, warga Nagekeo yang bekerja sebagai pedagang sayur di Pasar Danga mengatakan, jaringan  Tekomsel sangat lemot  sehingga menyulitkan dia berkomunikasi dengan  anggota keluarga yang berada di tempat jauh.

“Telkomsel bikin kesal saja, saya mau komunikasi dengan anak yang kuliah di Jakarta susah bukan main. Selain susah terhubung, kalau sudah sempat tersambung, selalu terputus-putus,” ujarnya.

Sisilia Moe, warga Rewokoli yang tinggal tak jauh dari menara Telkomsel juga mengeluhkan hal serupa.

“Bicara jaringan Telkomsel bikin makan hati saja. Timbul tenggelam seperti dobhu (ikan lumba-lumba, red). Yang mengherankan, sudah timbul tenggelam begitu, harga pulsa dan paket datanya mahal,” kata dia dengan kesal.

Jurnalis Floresku.com yang berbasis di Borong, Manggarai Timur melaporkan keluhan warga terkait layanan Telkomsel.

Gita Hayon, warga Kota Maumere (Foto: Dokpri)

Dia melaporkan bahwa warga di Kisol, Kelurahan Tanah  mengeluh bahwa jaringan Telkomsel sangat buruk. 

 “Yang bikin kesal, kita baru telepon beberapa menit, tiba-tiba terputus dan muncul pesan, reconneting,” tulis dia mengutip Lenny dari Kampung Kambe, Kisol.

Paul Yangka dari Maumere mengatakan, jaringan Telkomsel di wilayah Maumere sangat lemot. “Selain lemot, juga selalu terputus-putus,” ujarnya.

Jurnalis Floresku.com di Flotim juga melaporkan bahwa warga yang ditemui di Larantuka, Solor, dan Adonara selalu mengeluh soal jaringan Telkomsel.

Hal ini dibenarkan oleh Gita Hayon, warga Maumere, keturunan Nobo-Solor.

‘Kalau sedang pulang kampung (Nobo, Red) saya sering pusing karena tidak ada jaringan Telkomsel sama sekali,” ungkap Gita Hayon.

Pokoknya, dia menambahkan, dari Nobo hingga Lewotobi tidak ada jaringan samasekali. Kalau mau dapat sinyal, harus ke pesisir pantai atau mendaki ke bukit.

Miko dari Kampung Nangamboa, Desa Ondorea Barat, di perbatasan Kabupaten Ende dan Nagekeo mengungkapkan bahwa  jaringan Telkomsel di wilayah Nangamboa sangat parah.

“Kami di sini ada BTS. Waktu BTS baru beroperasi dua tahun lalu, hanya HP merek Vivo yang ada sinyal. HP yang lain tidak bisa. Belakangan ini semua HP tidak dapat sinyal. Kalau  mau menelepon atau bermedia sosial, kami harus ke Tanjung Ae Awe, satu kilometer arah barat Kampung Nangamboa,” ujar pria muda yang berwirausaha di bidang dekorasi rumah dan panggung pesta itu

“Bagi saya, sinyal atau jaringan sangat penting. Karena saya suka mencari ide untuk dekorasi dari Youtube,” katanya. 

Miko, warga Nangamboa, Desa  Ondorea Barat, Kecamatan Nangapanda, Kabupaten Ende (Foto: Dokpri)

Hal serupa disampaikan oleh Fransiska Nasa di Kampung Malasera, Desa Nata Ute.
“Di kampung kami sudah ada BTS dari Bakti Kominfo. Tapi, sinyal kadang muncul kadang hilang,” ungkap Fransiska.

Petrus Sina yang berdomisili di Kota Ende mengaku kecewa dengan Telkomsel.

“Selain sinyalnya terputus-putus, Telkomsel selalu menawarkan aplikasi baru yang tidak relevan dengan kebutuhan konsumen. Yang bikin kesal, kalau kita salah pencet, aplikasi tersebut secara otomatis terbuka dan menyedot pulsa.,” ujarnya.

“Begitu pula dengan tawaran Paket Darurat. Kelihatan seperti membantu, tapi sebetulnya sebuah bentuk pemerasan karena penagihan langsung dipotong saat pembayaran. Konsumen mana tahu, Paket Daruratnya berapa, yang dipotong berapa. Kanrena sebagai konsumen, kita tak tahu cara mengeceknya,” kata Pertus lagi.

Merespon secara standar

Terkait keluhan warga, Floresku.com meminta tanggapan Ryan N Perdana, Engineer Network Operations & Productivity Telkomsel Flores

“Pada dasarnya kami siap support  jika ada keluhan dari pelanggan. Kalau mungkin ada informasi detail semisal contact yang bisa dihubungi, atau nama desa yang menjadi lokasi komplain,” ungkap Ryan melalui telepon, Senin (1/7).

Ryan mengatakan, “Selain dari saya, fasilitas untuk komplain jaringan juga bisa melalui GraPARI atau call center 188. Secara daily, kami selalu monitor dan  handle setiap gangguan yang terjadi pada perangkat BTS. Gangguannya bisa bermacam-macam, tetapi selalu kami monitor dan improve.”

Kalau secara umum, dia menambahkan, “pasti ada saja lokasi yang butuh di- improve, dan pasti akan kami feedback jika ada detail yang bisa di infokan”.

“Jika ada gangguan, langsung kabari saya saja bisa kak... Supaya bisa terinfo kalau sedang ada gangguan dan saya bisa kirim tim untuk pengecekan,” katanya lagi. 

Menurut Ryan, sekarang ini ada total 600-an BTS Telkomsel di seluruh Flores, belum termasuk yang BTS Bakti 3T. 

“Kalau diceritakan satu-persatu akan sangat banyak kak,” ujar Ryan lagi.

Jadi solusi sementara ini saja, jelas Ryan, ketika ada problem bisa dengan tiga cara. 

“Pertama,  Japri ke saya. Kedua, datang ke GraPARI, dan ketiga, Telp call center 188,” katanya.

Perlu evaluasi menyeluruh

Ketika dimintai tanggapannya, pengamat telekomunikasi, Yustinus Sumarno mengatakan penjelasan pihak Telkomsel tersebut terlalu standar, tidak kongkrit mengatasi keluhan warga masyarakat selaku konsumen.

‘Keluhan 'kan tersebar di seluruh wilayah Flores, kok warga diminta japri. Itu tidak kongkrit. Bagaimana kalau ratusan orang misalnya japri ke petugas Telkomsel dalam waktu yang sama? Apakah petugas bisa mengatasi semua keluhan itu?” tanya Yustinus.

Menurut dia, terhadap keluhan warga seperti itu, Telkomsel seharusnya melakukan evaluasi secara menyeluruh, mencari akar masalahnya dan segera melakukan perbaikan atau peningkatan teknologi.

“Yang terjadi sejauh ini, keluhan warga selaku konsumen dianggap angin lalu. Tapi, pada akhir tahun Telkomsel mengumumkan laba triliunan rupiah,” ujarnya. 

Sekadar informasi, PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel) membukukan pendapatan sebesar Rp102,37 triliun pada 2023 atau naik 15% secara tahunan. (Silvia). *

Editor: redaksi

RELATED NEWS