Homili, Hari Minggu, 16 Juni 2024, Minggu Biasa XIB
redaksi - Sabtu, 15 Juni 2024 10:30Oleh: P. Gregorius Nule, SVD
TEKUN MENUMBUHKAN DAN MEMELIHARA IMAN
(Minggu Biasa XI B, Yeh 17:22 – 24; 2Kor 5: 6 – 10; Mrk 4: 26 – 34)
IMAN pertama-tama merupakan anugerah Allah yang ditanamkan di dalam hati manusia. Tetapi, manusia punya tugas untuk menumbuhkan dan memeliharanya sehingga menghasilkan buah. Tanpa usaha manusia anugerah berharga dari Allah itu tidak mungkin tumbuh, berkembang dan berhasil baik.
Orang-orang Israel dibuang ke Babilonia sebagai akibat ketidaksetiaan mereka pada Tuhan dan perintah-perintah-Nya. Di tanah asing mereka alami banyak penderitaan dan kerja paksa. Mereka juga semakin jauh dari Allah Israel dan melupakan perintah-perintah-Nya.
Mereka berpaling kepada dewa-dewi asing, menyembah berhala dan mengikuti aturan agama asing.Tetapi, Allah tidak pernah melupakan mereka. Allah selalu ingat pada janji-Nya. Dan, Allah tidak pernah ingkar janji. Karena itu, Allah mengutus nabi Yehezkiel untuk mengingatkan Israel agar berbalik kepada Allah, yang setia pada janji-Nya. Allah tetap mengingat dan mencintai umat-Nya.
Maka Allah akan menanam sebatang tunas muda di atas gunung dan memeliharanya sampai menghasilkan buah, (Yeh 17:23). Dan, tunas itulah bangsa Israel yang dibangun kembali oleh Allah di hadapan bangsa-bangsa lain. Israel menjadi besar dan dikagumi berkat kasih setia Allah.
Pengalaman Israel akan kehadiran Allah ini menghibur dan mengokohkan harapan mereka di tengah tekanan dan pendertaan besar. Mereka insyaf dan mulai membangunkan kembali iman dan cinta mereka kepada Tuhan. Identitas mereka sebagai umat pilihan dan milik pusaka Allah dipulihkan kembali. Mereka juga sadar bahwa pembuangan ke Babilonia bukanlah hukuman atau kutukan Allah.
Dalam Injil hari ini Yesus menampilkan misteri Kerajaan Allah melalui dua perumpamaan. Pertama, kerajaan Allah itu bukan tempat, melainkan keadaan di mana Allah hadir dan berkarya. Ketika Allah hadir maka di situ ada cinta kasih, damai sejahtera, keadilan, kebenaran, dan lain-lain. Kedua, Yesus membandingkan keraajan Allah dengan benih yang bertumbuh dan menghasilkan.
Benih pertama menghasilkan bulir yang dipanen, sedangkan benih kedua, meskipun sangat kecil, bertumbuh besar serta memberikan naungan dan perlindungan bagi makhluk lain.
Karena itu, Kerajaan Allah di dunia adalah buah karya Allah, dan bukan hasil usaha manusia. Manusia hanya diminta untuk menyambutnya dan menjadi anak-anak Kerajaan Allah.
Manusia diminta untuk mentaati tuntutan Allah dan melaksanakan-Nya di dalam hidup sehari-hari.
Selain itu, manusia diminta untuk mengimani Allah dan memelihara iman itu agar bertumbuh besar, kokoh, dan subur sehingga menghasilkan buah. Sebab iman yang tidak dijaga atau dipelihara akan merana dan mati.
Ada banyak cara untuk memelihara iman, antara lain, giat berdoa, membaca dan merenungkan Sabda Allah, mentaati perintah-perintah Tuhan, mejauhi kejahatan dan dosa, mencintai sesama dengan tulus, memperhatikan dan melayani mereka yang kecil, miskin dan sederhana, memperjuangkan kebenaran dan keadilan. Hidup baik, benar dan berusaha melakukan perbuatan-perbuatan yang berkenan kepada Allah dan menjauhkan semua sikap, kata dan perbuatan yang menyakiti hati sesama.
Iman akan Allah juga mesti bernilai sosial atau berguna bagi sesama. Yesus menekankan tentang bulir yang dipanen dan pohon yang menjadi naungan dan tempat berlindung.
Dengan kata lain, benih Kerajaan Allah bukan hanya berguna untuk diri sendiri, melainkan mesti bermakna untuk keselamatan manusia dan dunia.
Demikian pun, iman akan Allah mesti mendatangkan buah yang baik dan dampak positif bagi sesama dan dunia. Santo Yakobus menekankan tentang iman yang hidup yakni iman yang mesti ditampilkan lewat perbuatan-perbuatan baik.
Sebab iman tanpa perbuatan adalah mati dan sia-sia, (Yak 2:17). Iman yang sejati mesti disertai dengan perbuatan-perbuatan baik dan benar. Oleh karena itu, kita mesti ingat bahwa iman kepada Allah tidak hanya berguna untuk kebahagiaan dan keselamatan sendiri.
Iman mempunyai nilai guna untuk kepentingan dan keselamatan banyak orang. Itulah sebabnya, orang beriman sejati tidak hanya berdoa dan bekerja untuk diri sendiri, melainkan untuk kepentingan banyak orang, tanpa hubungan keluarga, ras, suku dan bangsa.
Melalui orang beriman Allah menyatakan kehadiran dan karya keselamatan bagi semua manusia dan dunia. Kasih Allah terbuka dan meliputi semua. Maka sebagai orang beriman, kita hendaknya memilki hati dan perhatian yang terbuka untuk semua dan demi kepentingan banyak orang.
Baiklah kita ingat nasehat St. Paulus bahwa semua kita yang lakukan di dunia ini berguna bukan hanya untuk kehidupan sekarang, melainkan menghantar kita kepada hidup yang kekal.
Kata St. Paulus,”sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Kristus, supaya setiap orang memperoleh apa yang patut ia peroleh, sesuai dengan yang ia lakukan dalam hidup ini, baik ataupun jahat”, (2Kor 5:10).
Kewapante, 16 Juni 2024. ***