HOMILI, Hari Raya Natal, Rabu, 25 Desember 2024: Makna Natal untuk Kita

redaksi - Selasa, 24 Desember 2024 22:03
HOMILI, Hari Raya Natal, Rabu, 25 Desember 2024: Makna Natal untuk KitaPater Gregor Nule SVD (sumber: Dokpri)

Oleh: Pater Gregor Nule, SVD

MAKNA NATAL UNTUK KITA

 (Hari Raya Natal: Yes 52: 7-10; Ibr 1:1-6; Yoh 1 : 1 -18)

Yohanes mengartikan Natal sebagai Firman yang datang kepada manusia sebagai Terang dan kehidupan, dan Firman itu  mampu mencipta segala sesuatu secara baru (Yoh 1,3). 

Di dalam Firman ada hidup, dan “hidup itu adalah terang bagi umat manusia” (1,4). Terang itu tidak dapat dikalahkan oleh kegelapan apa pun. 

Penolakan dan kebutaan manusia pun tidak dapat memadamkannya. Terang itu berasal dari Allah yang datang kepada manusia.; Dia menjadi terang bagi bangsa-bangsa dan setiap orang.
 

Di sini, Yohanes tekankan pesan persatuan, kedamaian, dan persaudaraan antara Allah dan manusia, serta di antara manusia dengan sesamanya, yang terjadi di dalam  Yesus untuk selama-lamanya. 

Natal menegaskan bahwa hidup manusia memiliki arti dan kebenaran yang sejati. Jika Putera Allah menjadi manusia untuk mengangkat martabat manusia dari kehinaannya menjadi lebih mulia dan luhur maka ada artinya kita hidup di atas bumi ini. 

Ketika orang alami kesulitan dan situasi batas seperti penderitaan, penolakan, dan kematian maka orang bisa sampai berpikir untuk apa hidup kalau hanya untuk menderita dan cucurkan air mata kepedihan. 

Tetapi perlu kita ingat selalu bahwa setiap manusia, siapa pun dan keadaan apa pun tetap punya makna kekal dan luhur di hadapan Allah.

 Di mata Allah semua manusia, meski kecil dan tak berarti menurut ukuran dan pandangan manusia, ia punya arti besar. 

Hidup manusia dapat mencapai kepenuhannya bila dijiwai oleh cinta yang kita terima dan berikan kepada yang lain. Ketika kita tegaskan bahwa hidup berasal dari Allah maka secara tidak langsung kita katakan bahwa hidup kita adalah pancaran cinta Allah yang agung dan luhur. 

Dan cinta yang agung itu hari ini menyata di dalam diri Kanak-kanak Yesus di Betlehem. “Begitu besar Allah mencintai dunia maka Ia memberikan Anak tunggalNya” (Yoh 3,16). 
Dalam Natal semua manusia dipenuhi dengan cinta dan kesetiaan. Tanpa cinta Allah kepada manusia kita tidak bisa rayakan Natal.

 Dan tanpa cinta manusia untuk menyambut dan merangkul cinta Allah maka sukacita dan damai Natal tidak menjadi kenyataan bagi manusia. Cinta membuka hati kita terhadap Firman, yakni Yesus sendiri (Yoh 1.12).

Apa  sesungguhnya makna Natal untuk kita?

Natal adalah kita masing-masing, saya dan engkau, ketika kita memutuskan untuk lahir kembali secara baru setiap saat menjadi manusia baru dan membiarkan Tuhan masuk ke dalam jiwa kita, untuk mengubah dan membaharui kita. 

Pohon Natal adalah  kita, ketika kita coba untuk bertahan terhadap terpaan angin, badai dan kesulitan-kesulitan hidup yang merongrong kesetiaan dan komitmen kita sebagai imam, suster, dan biarawan/ti, serta kesetiaan untuk melayani Tuhan, Gereja dan sesama. 

Dekorasi atau hiasan Natal adalah kita, ketika hidup kita dihiasi dengan warna-warni sikap dan perbuatan yang indah dan luhur, nama yang harum oleh karena kebajikan dan hidup yang baik di hadapan Allah dan umat manusa lainnya. 

Lonceng Natal adalah kita, ketika kita rela menyapa, memberi salam dan merangkul atau menerima siapa saja untuk hidup dalam persaudaraan, kekerabatan dan kekeluargaan sebagai keluarga, umat paroki dan warga masyarakat. 

Cahaya Natal adalah kita, ketika kita menerangi hidup orang lain dengan kebaikan, kesabaran, sukacita dan kemurahan hati. 

Bintang Natal adalah kita, saat kita bertemu dengan seseorang dan menghantarnya  kepada Tuhan untuk mengalami kebaikan dan kasih Allah sendiri.  

Salam Natal adalah kita, saat kita saling memaafkan dan membangun kembali kedamaian di tengah kerapuhan dan kehancuran hidup oleh karena egoisme dan kesombongan. 

Natal hendaknya membawa Cahaya Kristus ke dalam hati dan hidup kita sehingga kita pun mampu hidup dalam pengampunan, damai dan sukacita.

 Jika ada bagian dalam hatimu yang masih gelap, berdoalah agar Firman Allah yang telah lahir sebagai Bintang Timur yang gemerlapan menyinarinya. Jangan takut! Jauhilah dendam, kebencian, percekcokan dan permusuhan. 

Natal adalah kesempatan untuk membersihkan jiwa dan mohon pengampunan dari Allah. Natal tanpa cahaya bukanlah Natal yang sesungguhnya, apabila kita tetap hidup dalam kegelapan, permusuhan, kebencian dan percekcokan tanpa ada kerelaan untuk saling memaafkan. 

Selamat merayakan Pesta Natal. Semoga Cahaya Kristus bersinar di dalam hatimu, dalam rumahmu, dalam lingkunganmu dan di dalam paroki yang kita cintai ini.

Kewapante, 25 Desember 2024.
P. Gregorius Nule, SVD. ***

 

Editor: redaksi

RELATED NEWS