HOMILI, Minggu, 17 November 2024: Sikap Tepat untuk Menghadapi Akhir Zaman

redaksi - Sabtu, 16 November 2024 14:42
HOMILI, Minggu, 17 November 2024: Sikap Tepat untuk Menghadapi Akhir ZamanPater Gregor Nule SVD (sumber: Dokpri)

Minggu Biasa XXXIIIB: Dan,12:1-3; Ibr 10:11-14.18; Mrk 13:24 – 32

Oleh: Pater Gregor Nule, SVD

Tema tentang akhir zaman atau hari kiamat telah menarik perhatian banyak pihak sepanjang sejarah umat manusia, baik yang beragama maupun yang tidak beragama. Bahkan ada suatu denominasi kristen yang disebut “Gereja Akhir Zaman”. 

Setiap orang atau kelompok punya gambaran tersendiri tentang hari kiamat, tentang kapan dan bagaimana terjadinya. 

Mungkin banyak dari antara kita pernah dengar cerita-cerita dan fantasi tentang hari kiamat. Ada yang katakan bahwa pada hari kiamat dunia akan mengalami perombakan besar-besaran, akan ada angin taufan, badai dan gempa bumi besar, akibatnya bumi akan terbalik dan akan terjadi pertukaran tempat tinggal antara mereka yang telah meninggal dengan kita yang masih hidup. 

Dan, ketika muncul bencana alam, badai bandang, gempa bumi dashyat atau letusan gunung api sebagaimana terjadi di Lewotobi beberapa waktu lalu yang akibatkan korban jiwa, rumah-rumah dan gedung yang rusak, dan pelbagai bencana lainnya, ada orang yang menyangka bahwa rupanya sudah tiba akhir zaman.

Bacaan-bacaan hari ini melukiskan akhir zaman sebagai saat kedatangan Anak Manusia dalam kekuasaan dan kemuliaan-Nya untuk menghakimi dunia. 

Tetapi, bagaimana tanda-tanda akhir zaman dan kapan akhir zaman itu akan tiba?

Yesus dalam Injil Markus melukiskan bahwa sesudah siksaan besar akan muncul tanda-tanda alam seperti matahari dan bulan jadi gelap,  bintang-bintag berjatuhan dari langit, dan kuasa-kuasa langit akan guncang, (bdk Mrk 13, 24-27) . 

Sedangkan, tentang hari dan saat tibanya akhir zaman Yesus tegaskan bahwa tidak seorang pun tahu, malaikat-malaikat di surga tidak. Putera pun tidak. Hanya Bapa yang tahu (Mrk 13:32).

Pada saat munculnya tanda-tanda alam itu, Yesus tampil dalam kemuliaan-Nya, yakni cahaya yang terang-benderang sehingga orang-orang benar tidak tinggal dalam gelap gulita, melainkan cahaya yang terang-benderang. 

Kitab Daniel mewartakan tentang kehendak keselamatan yang ditawarkan kepada semua manusia. Allah menghendaki agar semua manusia selamat, artinya tidak masuk  neraka atau hidup dalam kengerian yang kekal. 

Meski demikian, manusia selalu berada di tengah pertentangan antara kebaikan dan kejahatan. Manusia  inginkan  yang baik, indah dan luhur, namun selalu ada godaan si jahat untuk lakukan hal-hal buruk atau hal-hal yang bertentangan dengan kebaikan dan keindahan.

Maka Tuhan menugaskan malaikat Mikhael untuk melindungi manusia dari godaan si jahat. 
Selain itu, kitab Daniel juga menegaskan bahwa semua hasil perjuangan manusia ditulis dalam Buku Kehidupan. 

Karena itu, kita mesti insyaf dan ingat bahwa semua perbuatan kita ditulis, semua tanpa kecuali, baik yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan atau yang tersembunyi. Semua yang kita lakukan, meskipun tidak dilihat orang, laksana orang yang melemparkan batu lalu segera sembunyikan tangan, tetapi Allah melihat semuanya dan mencatatnya di dalam Buku Kehidupan.

Mengapa semua perbuatan kita mesti ditulis di dalam Buku Kehidupan?

Semua perbuatan manusia ditulis supaya pada waktu mati, manusia memang dikuburkan di dalam tanah atau tinggal dalam debu, tetapi oleh karena kebaikan dan belaskasihan Allah dan karena hidup dan tingkah laku manusia yang baik, Allah akan membangunkannya dan memberinya hidup kekal yang bahagia. 

Di sini jelas bahwa  keselamatan  pertama-tama merupakan anugerah dari Allah, tetapi manusia mesti berusaha untuk memperolehnya. 

Itulah sebabnya Daniel menegaskan bahwa tidak semua orang akan selamat dan memperoleh hidup kekal. Orang-orang tertentu akan binasa.

Syarat supaya selamat dan memperoleh hidup kekal maka semua manusia tanpa kecuali harus terus bekerja keras dan berjuang hidup dalam kebaikan dan kebenaran. Sebab hanya orang baik dan benar berhak mendapatkan keselamatan. 

Karena itu, sikap tepat  untuk menyambut akhir zaman adalah bijaksana dalam menanggapi Firman Allah. Sebab berhadapan dengan tanda-tanda akhir zaman muncul sikap yang berbeda-beda.
Ada yang bersikap positif yakni dengan tenang  menyambut dan menjalani segala peristiwa hidup, termasuk bencana alam, malapetaka, penyakit dan aneka tantangan lainnya. 

Ada juga yang bersikap fatalistik, yakni cemas dan takut berlebihan yang menimbulkan frustrasi dan putus asa, akibatnya anggap dunia, hidup dan usaha sekarang ini sama sekali tidak punya arti.

 Lalu ada yang mulai bermalas-malas saja atau justeru memanfaatkan hidupnya untuk bersenang-senang, berpesta pora dan bisa buat apa saja.

Tetapi, ada juga yang bersikap masa bodoh, apatis, tidak peduli apa-apa, tentang apa yang bakal terjadi dengan dunia dan hidupnya.

Yesus mengingatkan kita agar tetap percaya kepada-Nya dan taati Firman-Nya. Sebab semua yang lain bersifat sementara dan akan berlalu, tetapi  Firman-Nya tidak akan berlalu. 
Yesus berkata, “Langit dan bumi akan berlalu, tetapi perkataan-Ku tidak akan berlalu”, (Mrk 13:31). 

Mari dengan tenang, bijaksana dan penuh iman kita menghadapi dan menjalani segala peristiwa hidup. Kita mesti tetap yakin bahwa Allah senantiasa setia menyertai dan memberkati kita. Semoga!

Kewapante, Minggu, 17 November 2024. ***

 

 

RELATED NEWS