HOMILI Minggu Biasa XVII C: 'Berdoalah Tak Henti-hentinya'

redaksi - Sabtu, 26 Juli 2025 17:59
HOMILI  Minggu Biasa XVII C: 'Berdoalah Tak Henti-hentinya'Pater Gregor Nule, SVD (sumber: WAG Ledalero 1984)

Oleh: Pater Gregor Nule, SVD  

 Bacaan: Kej 18:20-32; Kol 2:12-14; Luk 11:1-13)

Ilustrasi:  

Dalam tradisi Gereja Katolik, kita tahu bahwa di abad ke-4 hiduplah seorang gadis yang amat cantik di kota Tagaste, Afrika Utara. Gadis ini menjadi rebutan banyak pemuda. 

Tetapi ia jatuh cinta kepada seorang pemuda yang menurutnya sangat ideal, namanya Patrissius. Mereka pun menikah. Tetapi, ternyata pemuda itu adalah seorang pemabuk dan mudah naik darah. Hampir setiap saat wanita itu mendapat bentakan dan tamparan dari suaminya. 

Satu-satunya sikap yang diambil adalah diam dan berdoa ketika suaminya sedang mabuk dan marah. Sejak saat itu ia menjadi seorang wanita pendoa. 

Tetapi penderitaannya belum selesai. Ketika ia mendapat anak, salah satu dari anak-anaknya mengikuti sifat dan perilaku ayahnya: tukang mabuk, buat kekacauan di masyarakat, dan suka gonta-ganti perempuan. 

Sudah puluhan tahun wanita itu berdoa dan terus berdoa, namun sepertinya tak punya hasil apa-apa. Tetapi, ia tidak pernah putus asa. Ia tetap dan terus berdoa. Dan sering ia berdoa sambil  mencucurkan air mata. Ketekunan dalam doa menghasilkan buah. 

Ketika wanita itu berusia 56 tahun dan terbaring di ranjang menjelang saat kematiannya, ia didampingi oleh puteranya yang selalu buat onar dan ibunya selalu mendoakannya. 

Hasilnya ia mulai berubah tabiatnya. Ia menjadi seorang yang baik, yang di kemudian hari menjadi imam dan uskup terkenal, dan bahkan akhirnya menjadi orang kudus. Ibu itu adalah Monika atau santa Monika, sedangkan puteranya adalah st. Agustinus. 

Bukan hanya itu. Patrisius juga akhirnya bertobat dan menyerahkan diri dibaptis menjadi Kristen.

Refleksi 

Abraham dalam bacaan pertama terus-menerus minta kepada Allah agar tidak menghancurkan penduduk kota Sodom dan Gomora yang jahat dengan api dari langit. Abraham membuat tawar-menawar atau bernegosiasi dengan Allah supaya menyelamatkan penduduk kota-kota itu jika ada 50 orang baik di dalamnya lalu turun terus sampai 10 orang baik, atau bahkan jika kurang dari 10 orang baik. 

Dan, Allah mendengarkan permintaan Abraham. Allah menyelamatkan Lot dan keluarganya yang taat. Sedangkan, masyarakat lainnya dihancurkan oleh karena  dosanya mereka sendiri. Dosa mereka sendirilah yang menghancurkan mereka.

Abraham tidak hanya berdoa untuk keselamatan diri dan orang-orangnya, melainkan juga untuk keselamatan orang lain, termasuk orang-orang jahat yang tidak mau bertobat. Abraham terus mendoakan mereka.

Dalam Injil, Yesus, Guru doa dan Pendoa ulung, mengajar para murid-Nya dan kita sekalian untuk tekun berdoa dengan berpegang pada hal-hal berikut. 

Pertama, kita mesti yakin bahwa Allah adalah Bapa yang maha baik,maka tidak mungkin Ia tidak mendengarkan doa-doa kita atau mengabaikan doa kita atau memberikan yang buruk kepada kita, apabila kita minta sesuatu untuk kehidupan kita. 

Yesus meyakinkan kita bahwa bapa manakah yang memberikan ular kepada anaknya jika anak itu minta ikan; atau memberikan kalajengking jika anaknya minta telur? Yesus tegaskan bahwa jika kita yang jahat  tahu memberi yang baik kepada anak-anak kita,  maka yakinlah Allah selalu memberi yang terbaik jika kita datang dan minta kepada-Nya. 

Kedua, membangun sikap dan komitmen untuk tekun dalam doa apabila ujud dan permohonan kita sepertinya tidak dikabulkan Tuhan. Kita tidak boleh putus asa, tetapi terus berkanjang dalam doa. Kita minta terus meminta sampai mendapatkannya. Kita mencari dan terus mencari sampai menemukannya. Dan, kita mengetuk dan terus mengetuk pintu sampai pintu dibukakan bagi kita. 

Kita belajar dari Monika dalam ilustrasi di atas.  Monika terus berdoa untuk pertobatan suami dan anaknya  selama bertahun-tahun, bahkan dengan air mata. Dan hasilnya sungguh luar biasa. 

Keduanya bertobat. Dan, Agustinus menjadi tokoh besar dalam hidup Gereja Katolik. Karena itu,“Mintalah maka akan diberikan kepadamu; carilah maka kamu akan mendapat; dan ketoklah maka  pintu akan dibukakan bagimu”, ( Luk 11:9). 

Tetapi, berdoa dan meminta saja belum cukup. Kita mesti perkuat doa kita dengan perbuatan atau tindakan nyata. Kita berkanjang dalam doa dan pada saat yang sama, bekerja dengan tekun dan gigih. Berdoa dan bekerja adalah dua hal yang saling melengkapi satu sama lain. 

Mari kita bertekun dalam doa dan giat dalam melakukan kebaikan karena Allah Bapa yang maha baik pasti mendengarkan permohonan kita, memberkati usaha-usaha kita, serta memenuhi harapan kita dengan rahmat Roh Kudus. 

Karena itu, ketika kita minta rezeki sehari-hari, maka kita juga mesti bekerja tekun dan sungguh-sungguh agar rezeki yang kita  harapkan dapat kita peroleh. 

Ketika kita minta agar Allah mengampuni dosa kita, maka kita pun mesti berusaha sungguh-sungguh agar bisa mengampuni orang lain yang telah menyakiti perasaan dan hati kita.

Tuhan akan melakukan karya kasih-Nya melalui hidup dan karya kita sehari-hari.

Semoga Tuhan Yesus memberkati kita selalu. 

Kewapante, Minggu, 27 Juli 2025 ***

 

 

Editor: redaksi

RELATED NEWS