HOMILI: Pesta Pemuliaan Salib Suci: PANDANGLAH YESUS YANG TERSALIB MAKA ENGKAU AKAN HIDUP

redaksi - Sabtu, 13 September 2025 21:27
HOMILI: Pesta Pemuliaan Salib Suci: PANDANGLAH YESUS YANG TERSALIB MAKA ENGKAU AKAN HIDUPPater Gregor Nule, SVD (sumber: Dokpri)

Bacaan: Bil 21:4-9; Fil 2:6-11; Yoh 3:13-17)

Oleh: Pater Gregor Nule, SVD

PENULIS Kitab Bilangan melukiskan tentang suatu pengalaman menantang dari bangsa Israel di padang gurun. Ketika mereka alami kehabisan makanan dan air, mereka mulai bersungut-sungut dan protes. 

Mereka pertanyakan maksud Allah membawa mereka keluar dari Mesir, apakah untuk menderita lapar, haus dan mati di padang gurun. Musa menjadi sasaran kemarahan mereka.

Menanggapi sungut-sungut dan protes bangsa Israel itu Allah menghadirkan sejumlah besar ular tedung yang berbisa. Pagutan ular tedung mengakibatkan banyak orang mati. 

Menghadapi kenyataan pahit itu bangsa Israel sadari kesalahan mereka lalu berseru kepada Musa, “Kami telah berdosa sebab kami telah berkata-kata melawan Tuhan dan engkau; berdoalah kepada Tuhan supaya dijauhkanNya ular-ular ini dari kami”, (Bil 21:7). 

Musa berdoa bagi mereka. Dan, Allah mendengarkan doa Musa. Allah minta agar Musa membuat ular tedung dari tembaga dan menempatkannya pada sebuah tiang. Maka setiap orang yang dipagut ular dan memandang ular tembaga itu ia tetap hidup. 

Orang-orang Israel yang taat memandang ular tembaga dengan penuh iman dan harapan tetap hidup, meskipun dipagut ular yang mematikan. Mereka selamat.

Injil Yohanes menampilkan dialog antara Yesus dan Nikodemus yang datang kepada-Nya pada malam hari. Nikodemus mempersoalkan pengajaran Yesus tentang syarat supaya seseorang bisa selamat, yakni dilahirkan kembali. 

Nikodemus bertanya, “Bagaimana mungkin seseorang dilahirkan kalau ia sudah tua? Dapatkah ia masuk kembali ke dalam rahim ibunya dan dilahirkan lagi?”, (Yoh 3:4). 

Yesus menjawab, “Jika seseorang tidak dilahirkan dari air dan Roh, ia tidak dapat masuk ke dalam kerajaan Surga”, (Yoh 3:5). 

Selanjutnya Yesus berbicara tentang rencana keselamatan umat manusia melalui Putera Manusia, yakni Yesus sendiri. Dan rencana keselamatan itu dilaksanakan melalui kematian pada salib atau penyaliban atau peninggian Putera Manusia sebagai ketaatan pada kehendak Bapa. 

Dengan demikian, peristiwa peninggian ular tembaga di padang gurun diulangi dan bahkan disempurnakan oleh penyaliban Yesus, “supaya setiap orang yang percaya kepadaNya beroleh hidup yang kekal”, (bdk Yoh 3:15). 

Ular tembaga menyelamatkan orang dari kematian karena pagutan ular, sedangkan Yesus yang tersalib membebaskan manusia dari dosa dan maut serta menjamin hidup yang kekal bagi setiap orang yang memandang-Nya dengan penuh iman dan harapan. 

Hari ini kita merayakan pesta pemuliaan Salib Suci.  Dalam hidup sehari-hari, salib mempunyai banyak arti. Salib bisa  menjadi simbol kegagalan dan kematian. Ada yang hubungkan salib dengan beban hidup sehari-hari, penderitaan-penderitaan, luka-luka batin seperti dibuang, dikucilkan, kesepian. 

Atau, kadang-kadang ada anak yang sulit diatur atau kurang ajar, tapi dia mesti diterima. Hal itu sering disebut juga sebagai salib...ya ini salib saya... salib keluarga, salib orangtua atau salib anak-anak. 

Terkadang suami atau isteri dilihat sebagai salib karena meskipun sulit dan berat, tetapi tidak bisa dibuang. 

Orang Yahudi lihat salib sebagai skandal, orang Yunani suatu kebodohan, dan lain-lain. Tapi bagi kita salib adalah tanda kehidupan dan keselamatan. Yesus berkata, “Apabila Aku ditinggikan dari bumi”, atau dengan kata lain, “apabila Aku sudah berada di atas salib”, “Aku akan menarik semua orang datang kepadaKu” (Yoh 12,34). 

Seorang Bapak Gereja  pernah menulis, “Dari atas salib Yesus membuka tanganNya dan merangkul semua suku dan bangsa di atas bumi ini”. Yesus membuka tangan yang tersalib seolah mengundang siapa saja yang mau datang ke dalam rangkulanNya.

Karena itu, salib yang ditempatkan  di atas bubungan sebuah gedung, di pintu depan rumah, di atas kuburan atau mungkin pada leher atau kalung seorang gadis, pada cincin seorang suster, uskup atau pastor atau orang beriman lainnya mau memberi tahu kepada kita tentang sesuatu yang berarti. 

Lambang salib mau menunjukkan bahwa gedung, kuburan, benda atau seseorang menjadi milik Tuhan Yesus. Ini adalah tanda bahwa orang ini atau tempat dan benda itu punya hubungan dengan  Yesus Kristus yang tersalib. 

Dan  lambang salib ini akan memiliki arti lebih jika kita mendalami dan memaknai pesan Yesus tersalib itu. 

Ketika memandang Yesus tersalib kita berjumpa dengan Yesus yang telah mengosongkan martabat ilahiNya dan menjadi manusia, Ia rela menderita penghinaan sampai wafat di salib untuk keselamatan semua orang. 

Maka Yesus tersalib itu mengajak kita agar tidak ingat diri dan hanya mau berusaha mencari kepentingan diri, kelompok dan keluarga, melainkan rela berkorban demi kebaikan, kebahagiaan dan keselamatan banyak orang. 

Sebab hidup dan panggilan kita akan memiliki nilai lebih apabila kita mau hidup bagi orang lain. 

Yesus tersalib juga mengajak kita untuk berusaha memanggul salib hidup sehari-hari dengan sukarela, tanpa merasa terpaksa, terus mengeluh, bersungut-sunggut serta selalu menuntut pengakuan dan apreasiasi. 

Kita mengikuti Yesus Tersalib yang rela kehilangan segala-galanya untuk mendapatkan semua, yakni keselamatan dunia dan seluruh umat manusia. Dengan demikian Yesus memperpleh kemuliaan yang disediakan Allah bagiNya, yakni “segala lidah mengakui Yesus Kristus adalah Tuhan”, (Fil 2:11).

Kita pun kelak akan mendapatkan kemuliaan bersama Yesus apabila setia mengikuti Jalan Salib Yesus. 

Semoga Tuhan Yesus memberkati kita. Amen.

Kewapante, 14 September 2025. ***

Editor: redaksi

RELATED NEWS