Listrik di Kabupaten Flotim Tak Stabil
redaksi - Senin, 19 Desember 2022 16:06LARANTUKA (Floresku.com) - Pemadaman listrik tidak stabil masih dialami sejumlah wilayah di Kabupaten Flores Timur, Pulau Flores. Dampaknya aktivitas harian terganggu dan dilaporkan beberapa alat ekektronik mengalami kerusakan.
Menurut Fransiskus Dionisius Useng, warga Desa Hokeng Jaya, Kecamatan Wulanggitang, mengatakan gangguan listrik sudah terjadi sejak tiga bulan terakhir.
Dia berharap pihak PLN unit Larantuka memberikan penjelasan terkait persoalan listrik yang menjadi kebutuhan konsumen.
Fransiskus mengaku sudah menyampaikan keluhan ke petugas lapangan. Keterangan yang diperoleh menyebutkan listrik abnormal lantaran penggunaan maksimal ditambah faktor cuaca dan banyaknya pohon-pohon sekitar kabel.
"Sangat memngganggu karena kondisi ini membuat anak sekolah susah belajar. Ada warga yang punya barang elektronik rusak. Sekarang semuanya bergantung dari arus listrik, kalau tidak stabil begini tentu meresahkan," ujarnya saat dihubungi wartawan via sambungan telepon.
Sementara warga lain bernama Vinsensius Beda juga dibuat kesal setelah dua balon lampu meledak akibat pemadaman mendadak. Kekecewaan itu ia luapkan di group facebook Suara Flotim dihuni lebih dari 70 ribu warga net.
"Ada dua balon di rumah meledak gara-gara listrik mati hidup," timpalnya.
Manajer PLN Unit Layanan Pelanggan (PLN) Larantuka, Arif Budiman yang dikonfirmasi melalui Supervisor Teknik, Thomas Tupen, mengatakan kondisi listrik tidak stabil bukan dipengaruhi penggunaan maksimal, tetapi dipicu faktor eksternal.
Menurut dia, kendala serius yang masih dialami sampai saat ini yaitu, sentuhan binatang kelelawar yang hinggap di trafe kabel sehingga mengakibatkan konslet listrik.
Selanjutnya, kata Thomas, banyaknya pohon milik pelanggang yang menghambat aliran listrik. Petugas lapangan selalu memangkas pucuk pohon namun masih banyak warga yang keberatan.
"Ya, memang sering padam akibat kendala sentuhan binatang kelelawar. Bisanya saat musim nimba. Kemudian warga masih keberatan untuk di pangkas pohonnya," jelasnya.
Ia mengambil contoh pohon pisang di sepanjang pertigaan Wairunu, Kecamatan Titehena. Petugas tak bisa berbuat banyak mengingat belum ada regulasi yang mengatur soal ganti rugi bagi tanaman pelanggan.
Pihaknya akan membangun koordinasi bersama pemerintah setempat dan melibatkan para stakeholder agar masalah ini segera teratasi tanpa menimbulkan konflik.
Ia mengakui proses lemulihan listrik oleh petugas lapangan agak lamban karena lokasi gangguan cukup jauh, ditambah jaringan Telkomsel yang langsung hilang akibat listrik padam.
"Peralatan proteksi berlokasi di Konga dan Nobo tidak bisa di remote ketika PLN padam selama 3 menit, karena sinyal Telkomsel langsung hilang. Petugas membutuhkan waktu dari Posko Boru ke lokasi untuk operasikan secara manual," ungkapnya. (Elen K. )