Oleh: Pater Gregor Nule, SVD

Mengampuni itu membebaskan. Orang yang mendapat pengampunan dibebaskan dari beban dan utang, baik yang bersifat material, maupun beban bathin dan psikologis.

Orang yang memberi pengampunan juga merasa lebih bebas. Ia tidak perlu  berpikir tentang orang yang berhutang kepadanya. Apakah ia akan segera melunaskan utangnya atau masih ditunda-tunda.

Perikop Injil Matius 18: 21-19:1 melukiskan tentang kemurahan hati Allah dan kerelaan untuk mengampuni secara tak terbatas. Allah selalu mengampuni orang yang bersalah dan memohonkan pengampunan.

Tetapi, Allah menuntut agar orang yang mendapatkan pengampunan mesti mengampuni orang lain yang minta pengampunannya.  Allah hanya mengampuni orang yang mengampuninya.

Sebaliknya, orang yang tidak rela mengampuni sesamanya tidak mendapatkan pengampunan dari Allah.

Yesus juga melukiskan pengampunan Allah dalam doa Bapa Kami. Pendoa minta kepada Allah agar mengampuni dosanya sebagaimana ia juga telah mengampuni dosa orang lain.

Ketika seseorang rela mengampuni maka ia pun akan mendapatkan pengampunan yang sejati dari Allah.

Hamba yang telah mendapatkan penghapusan seluruh utangnya, mesti mendapatkan hukuman berat dari tuannya karena ia tidak rela mengampuni sesamanya, padahal orang itu memintanya, ( bdk Mat 18:33-34).

Inilah tipe orang tipe orang yang tidak tahu diri dan egois. Tetapi, Allah sungguh adil. Hukuman yang diterimanya menjadi imbalan yang pantas bagi yang tegar hatinya.

Sebagai pengikut Yesus kita mesti belajar untuk mengampuni sesama dengan tulus sebab Allah senantiasa mengampuni kita.

Jika kita mengharapkan pengampunan dari Allah dan orang lain, maka kita pun hendaknya rela mengampuni orang lain yang telah bersalah dan menyakiti hati kita..

Semoga Tuhan Yesus memberkati kita selalu!

Kewapante, 14 Agustus 2025