Oleh: Pater Gregor Nule SVD

Setiap manusia lahir dari sebuah keluarga. Maka seluruh proses pertumbuhan dan perkembangannya membutuhkan kehadiran ibu dan keluarganya.

Maria, ibu Yesus, sadar bahwa anaknya membutuhkan perhatian dan dukungan.  Dan, sebagai Manusia, Yesus pun punya kerinduan untuk bertemu dengan ibu dan saudara-saudari-Nya.

Perikop Injil Mark 3: 31-35 melukiskan tentang kerinduan ibu dan saudara-saudara Yesus untuk menjumpai Yesus. Mereka mencari Yesus.

Tetapi, ketika mendapat berita itu Yesus sepertinya menyangkal ibu dan saudara/i-Nya. Yesus menegaskan bahwa ibu dan saudara-saudari-Nya adalah mereka yang melaksanakan kehendak Allah (bdk Mrk 3:35).

Dengan berkata demikian sebetulnya Yesus tidak menyangkal ibu dan saudara-saudari-Nya. Bagi Yesus hubungan darah dan kekeluargaan tetap penting.

Tetapi, Yesus ingin menawarkan dan sekaligus mengajarkan suatu kebenaran  tentang hubungan persaudaraan dan kekeluargaan baru yang tidak didasarkan pada hubungan darah.

Yesus ingin mengajak para pendengar-Nya agar membangun suatu hubungan persaudaraan dan kekeluargaan  yang didasarkan pada kesetiaan untuk melaksanakan kehe.dak Allah.

Sebagai pengikut Yesus kita pun diminta untuk membangun  persaudaraan di antara kita atas dasar kesediaan untuk melaksanakan kehendak Allah. Hubungan persaudaraan ini terbuka untuk semua orang.

Kita saling menyapa saudara,saudari, ibu, dan bapak. Karena kita berasal dari Allah yang sama. Kita menyapa Allah sebagai Bapak kita bersama. Di atas segalanya kita mengimani Allah yang sama.

Semoga kita saling menghargai sebagai saudara dan saudari. Kita juga mesti merasa bertanggung jawab seorang kepada yang lain. Sebagai kita adalah satu keluarga besar dalam Allah.

Kewapante, 28 Januari 2025. ***