Prudensius Maring Dikukuhkan Jadi Guru Besar Antropologi Lingkungan Universitas Budi Luhur, Jakarta

redaksi - Selasa, 10 Desember 2024 23:33
Prudensius Maring Dikukuhkan Jadi Guru Besar Antropologi Lingkungan Universitas Budi Luhur, JakartaProf. Prudensius Maring Dikukuhkan Jadi Guru Besar (sumber: FD)

JAKARTA (Floresku.com)  – Universitas Budi Luhur (UBL) mengukuhkan Prof. Dr. Prudensius Maring, MA sebagai Guru Besar bidang Antropologi Lingkungan. 

Prosesi pengukuhan Guru Besar Prof. Dr. Prudensius Maring, MA dilaksanakan di hadapan Sidang Senat Terbuka UBL yang dipimpin Ketua Senat UBL Prof. Dr. Selamet Riyadi, MSi di Grha Mahardika Bujana, Universitas Budi Luhur Jakarta pada Senin (9/12).

Prudensius dikukuhkan sebagai Guru Besar bidang Antropologi Lingkungan berdasarkan SK Mendikbudristek tertanggal 4 Juli 2024. 

Hadir pada Sidang Senat Terbuka tersebut, Kepala LLDIKTI wilayah III Prof. Dr. Toni Toharudin, Ketua Yayasan Budi Luhur Cakti Kasih Hanggoro, Rektor Universitas Budi Luhur Prof. Dr. Agus Setyo Budi, M.Sc dan para Deputi Rektor, Dekan Fakultas Komunikasi & Desain Kreatif Dr. Rocky Prasetyo Jati serta sejumlah rektor dari perguruan tinggi lain.

Dalam orasi ilmiahnya berjudul “Tapak Antropologi Merajut Kolaborasi Mengurai Konflik Ekologi”,  Prof Prudensius menyoroti tiga hal penting yakni gambaran peta jalan dalam mempelajari antropologi, gambaran kompleksitas paradigma pengelolaan sumber daya ekologi hingga implikasinya terhadap konflik dan kolaborasi serta gambaran kolaborasi sebagai pilihan jalan untuk penyelamatan sumber daya ekologi demi keutuhan satu bumi kehidupan.

Menurut Prof Prudensius, pengelolaan sumber daya alam tidak hanya sekadar urusan teknis, berbagai masalah sosial justru menentukan keberhasilan atau sebaliknya kegagalan

 Misalnya terkait hak-hak dasar petani/masyarakat yang terlindas, keterbatasan akses lahan, jerat fragmentasi lahan, ketimpangan system penguasaan, kebijakan yang membelenggu, dominasi pendekatan top down dan coersive, revolusi hijau yang mendegradasi benih, tindakan represif, trauma dan resistensi, kolaborasi yang memudar, dan meluasnya eskalasi konflik sumber daya alam.

Guru Besar Prof. Dr. Prudensius Maring, MA bersama Anggota Sidang Senat Rerbuka Universitas Budi Luhur

“Terlihat pula bahwa berbagai masalah lingkungan yang terjadi selalu bersumber dari kontestasi dan pertarungan kepentingan banyak pihak. Pertarungan kepentingan bersifat kompleks antarpihak tidak hanya melahirkan hubungan bernuansa kolaboratif, resistensi, dan konflik, tapi juga menimbulkan bencana alam seperti banjir, longsor, pandemi, dan kerusakan alam akibat perilaku eksploitatif,” terangnya.

Prof Prudensius berpendapat semua sistem penguasaan sumber daya alam serta cara-cara penyelesaian masalah sosial berupa konflik dan perlawanan selalu berhubungan dengan paradigma yang dianut oleh pemerintah/negara dan stakeholders lainnya.

“Saya memahami bagaimana banyak pihak memilih caranya masing-masing untuk menyelamatkan sumber daya alam. Banyak pihak masih menolak pilihan cara persuasif dan memilih berkonflik karena trauma pengalaman sebelumnya atau meyakini cara tersebutlah yang bisa mendorong perubahan,” tegasnya.

Jalan Kolaborasi

Adakah jalan lain yang lebih nyaman dan berkelanjutan selain konflik? 

Menurut Prof Prudensius, kolaborasi adalah jalan yang terbaik untuk menyelamatkan sumber daya alam.

Sayangnya, kekuatan paradigma yang mengagungkan konflik sebagai instrumen perubahan kerap memandang remeh kolaborasi. Bahkan kolaborasi dan konsensus dipandang sebagai bagian subordinat dari konflik.
Menghadapi realitas ekologi yang bergolak akibat perubahan iklim dan kemunduran tatanan sosial menurut Prof Prudensius, maka dibutuhkan strategi penyelamatan yang lebih baik.

“Kita tidak sedang bermain-main dalam urusan penyelamatan ekologi karena kesalahan memilih pendekatan berpotensi merusak tatanan sosial dan sumber daya alam,” tegas Prof Prudensius.

UBL Semakin Berkelas

Kepala LLDikti Wilayah III, Prof. Dr. Toni Toharudin, S.Si., M.Sc dalam sambutannya mengatakan pengukuhan Guru Besar merupakan momen berarti membawa Universitas Budi Luhur semakin berkelas. 

Menurut Prof Toni Guru Besar merupakan puncak pencapaian akademis dan dengan mengutip Prof. Satryo sebagai Mendikti Saintek, Guru Besar bukan hanya karya yang terindekas scopus melainkan juga karya lainnya yang bermanfaat bagi masyarakat.

Bidang kajian Prof Prudensius kata Prof Toni, sangat relevan dengan tantangan yang dihadapi manusia yakni kajian bagaimana manusia beradaptasi dengan lingkungan, antropologi lingkungan dimana kesadaran masyarakat pentingnya lingkungan yang sehat. 

“Penelitian yang sangat bermanfaat. Sebagai akademisi, Prof Prudensius telah memberikan kontribusi yang luar biasa dan berdampak baik nasional maupun internasional. Prof Prudensius juga aktif berkolaborasi dalam penelitian dimana menghubungkan antropologi dengan ilmu-ilmu lain untuk memberi solusi dan mendukung public policy untuk pembangunan berkelanjutan,”ungkap Prof Toni.

Dalam kesempatan tersebut Prof Toni juga menyampaikan bahwa PTS di LLDikti Wilayah III dengan akreditasi unggul baru 24 PTS dari total 261 PTS. Pertambahan PTS Unggul akan semakin berat dalam bersaing.

Sementara Rektor Universitas Budi Luhur Prof. Agus Setyo Budi, M.Sc dalam sambutannya mengatakan semua proses yang dilalui Prof Prudensius tidak mengingkari hasil sehingga perolehan Guru Besar ke depannya, Universitas Budi Luhur makin mempunyai peluru untuk menarik Doktor dan Lektor Kepala untuk menjadi Guru Besar.

“Ke depan, kompetisi di antara PTS terlebih di LLDikti III dengan beralihnya PTN yang berubah status menjadi PTN BHM dan ada 7 PTN. Jika UBL tidak menjaga kualitas maka akan tergelincir. Mudah-mudahan 1-2 tahun ke depan penambahan Guru Besar di UBL semakin banyak,”ungkapnya.

Role Model bagi UBL

Ketua Yayasan Pendidikan Budi Luhur Cakti, Kasih Hanggoro, MBA mengaku bahagia ikut menghadiri pengukuhan Guru Besar ini. “Orang Timur, rasa Jawa. Kita tidak usah jauh-jauh mencari role model. Ada orang dari kampung yang jauh menjadi Guru Besar. Prof Prudensius menjadi role model bagi UBL,”ungkap Kasih Hanggoro.

Lebih lanjut Kasih Hanggoro menandaskan bahwa penelitian, kolaborasi, merupakan salah satu kesuksesan  untuk menempuh jalan tengah. 

“Kolaborasi menjadi bagian penting dalam pembangunan bangsa. Prof Prudens bisa menjadi role model bagi para Doktor UBL yang ada di meja sidang ini menjadi Profesor. Prof Prudens bisa menjadi inspirasi kita untuk menjadi Guru Besar. Saya ajak semuanya, apa yang kita hadiri hari ini, menjadi acara bulanan di UBL. Di usia 45 tahun civitas  akademi UBL mampu memberi perannya di lingkungan sekitar,”tandas Kasih Hanggoro.

Orasi tentang Konflik Ekologis

Dalam acara pengukuhan guru besarnya, Prof Prudensius menyampaikan orasi   berjudul “Tapak Antropologi Merajut Kolaborasi Mengurai Konflik Ekologi”.

Orasi ini menyajikan tiga hal.  Pertama, gambaran peta jalan dalam mempelajari antropologi.

Kedua, gambaran kompleksitas paradigma pengelolaan sumber daya ekologi hingga implikasinya terhadap konflik dan kolaborasi. 

Ketiga, gambaran kolaborasi sebagai pilihan jalan untuk penyelamatan sumber daya ekologi demi keutuhan satu bumi kehidupan kita.

Prof. Prudens memahami bagaimana banyak pihak  memilih caranya masing-masing untuk menyelamatkan sumber daya alam. 

Banyak pihak masih menolak pilihan cara persuasif dan memilih berkonflik karena trauma pengalaman sebelumnya atau meyakini cara tersebutlah yang bisa mendorong perubahan.

Di akhir orasinya Prof Prudensius mengajak,” Mari kita bergandengan tangan mempraktekkan dan perkuat kolaborasi sebagai pendekatan jalan tengah untuk pelestarian lingkungan/ekologi demi keberlanjutan satu bumi kehidupan kita. (SP) ***
 

Editor: redaksi

RELATED NEWS