5 Sifat Malas yang Bisa Kamu Terapkan Agar Hidup Jauh Lebih Tenang

redaksi - Sabtu, 26 April 2025 10:07
5 Sifat Malas yang Bisa Kamu Terapkan Agar Hidup Jauh Lebih TenangLusa Indrawati, seorang penulis yang berdomisili di Lamongan, Jawa Timur. (sumber: Dokpri)

Oleh: Lusa Indrawati*

SERING kita mendengar bahwa sifat malas adalah sifat negatif yang harus diatasi. Anggapan umum ini berakar pada kenyataan bahwa kemalasan sering kali dikaitkan dengan ketidak produktifan dan kurangnya perkembangan diri. 

Sifat malas, dalam pandangan banyak orang bisa menjadi penghambat kemajuan dan pertumbuhan untuk mencapai potensi maksimal. 

Stereotip yang berkembang di masyarakat bahkan menggambarkan individu malas sebagai sosok yang tidak akan menghasilkan apa pun, sering kali diidentikkan dengan gaya hidup "rebahan" yang dianggap pasif dan tidak berdaya.  

Mereka yang malas menurut pandangan umum ini,  akan tertinggal dalam persaingan, kehilangan peluang, dan hidup dalam keterbatasan.  

Ketidakmampuan untuk menyelesaikan tugas, menunda-nunda pekerjaan, dan kurangnya inisiatif menjadi ciri khas seseorang yang dikategorikan sebagai pemalas. 

Namun tahukah kamu, bahwa sifat malas juga bisa mendatangkan keuntungan buat kamu dan hidupmu. Jika sifat malas ini digunakan secara tepat, tidak mengganggu diri sendiri dan orang lain. Berikut adalah 5 sifat malas yang bisa kamu terapkan agar membantu hidupmu jauh lebih tenang. 

1. Malas ikut trend

Perubahan zaman selalu diikuti oleh tren silih berganti. Entah dari bidang Fashion maupun dari teknologi. Tekanan untuk mengikuti tren dan fomo bisa membuat seseorang merasa terbebani. Kamu membeli barang-barang  hanya karena ingin terlihat wah atau takut ketinggalan. 

Perasaan seperti ini bisa membuat kamu perlahan mengikis jati diri. Dari pada selalu ikut trend, mendingan fokus terhadap apa yang kamu sukai sesuai passion dan apa yang lagi dibutuhkan saat ini. 

2. Malas overthinking

Overthinking,  kecenderungan untuk terlalu memikirkan berbagai kemungkinan,  sering kali menjadi sumber stres dan kecemasan. 

Otak kita dibanjiri skenario terburuk,  menciptakan kekhawatiran yang tak perlu dan menguras energi. Kita terjebak dalam pikiran sendiri, mengulang dan menganalisis hal-hal yang belum tentu terjadi. Terlalu overthinking bisa membuat kamu stress. 

Sedangkan malas overthinking bisa memberikan ruang bagi pikiran, untuk tenang dan fokus pada hal-hal yang ada di depan mata. 

Dengan malas overthinking, seseorang bisa mengurangi stres dan menikmati hidup dengan lebih sejahtera. Kehidupan terlalu singkat untuk dihabiskan dengan mengkhawatirkan hal-hal yang belum tentu terjadi.

3. Malas gibah atau ikut campur urusan orang lain

Malas bergosip atau ikut campur urusan orang lain ternyata membawa manfaat.  Menghindari gibah dan drama orang lain menciptakan ruang tenang dalam hidup.  

Energi yang biasanya terbuang untuk menilai, menghakimi,  dan ikut campur,  kini bisa difokuskan pada hal-hal yang lebih positif.  Kehidupan menjadi lebih sejahtera, tidak dibebani oleh urusan orang lain. 

Menjadi pemalas dalam hal ini berarti memilih untuk fokus pada diri sendiri dan urusan pribadi. Kehidupan sosial menjadi lebih sehat dan harmonis,  bebas dari konflik dan perselisihan yang tak perlu.

4. Malas boros

Malas belanja barang-barang yang tidak penting bukanlah tanda pelit,  melainkan bentuk prioritas yang bijak. Alih-alih tergoda oleh iklan dan promosi,  sikap ini mendorong kita untuk lebih selektif dalam membeli kebutuhan yang menjadi prioritas. 

Sebelum membeli, kita akan berpikir dua kali:  apakah barang ini benar-benar dibutuhkan?  Pertanyaan  ini membantu kita menghindari pembelian impulsif yang hanya akan menguras dompet dan menciptakan penumpukan barang tak terpakai.  

Kemalasan untuk berbelanja barang-barang yang tidak penting  memungkinkan kita untuk mengalokasikan dana untuk hal-hal yang lebih prioritas seperti investasi jangka panjang,  pendidikan,  atau pengalaman berharga. 

 Ini bukan tentang membatasi diri,  tetapi tentang mengelola keuangan dengan lebih bijak dan bertanggung jawab.  

5. Malas mencari validasi

Malas mencari validasi dari orang lain adalah kunci menuju penerimaan diri yang utuh.  Menghindari keinginan untuk selalu menjaga image atau mencari pengakuan dari orang lain membebaskan kita dari tekanan sosial yang tak perlu. 

Kita tidak perlu lagi menghabiskan energi untuk  memperlihatkan sisi terbaik di depan orang lain,  atau  melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan jati diri hanya untuk mendapatkan pujian.  

Malas dalam hal ini, memungkinkan kita untuk lebih fokus pada pengembangan diri. Kenyamanan dan penerimaan diri sendiri jauh lebih berharga daripada  persetujuan orang lain.  

Dengan  tidak bergantung pada validasi eksternal,  seseorang bisa lebih kuat dan  percaya diri. Mereka bisa   mengekspresikan diri dengan autentik tanpa rasa takut dihakimi.

So, kalau mau jadi pemalas, jadilah pemalas yang tepat. Malaslah untuk hal-hal yang tidak  penting atau tidak berguna di dalam hidup. Supaya hidup jauh lebih tenang, sederhana dan bahagia. 

*Lusa Indrawati, seorang penulis yang berdomisili di Lamongan, Jawa Timur. Tergabung dalam komunitas Literasi Negeri Kertas, Competer Indonesia, Tirastime dan Kepul. Selain itu, penulis juga tergabung dalam komunitas fotografi PAC ( Photography Art and Community) dan IPF (Indonesia Photography Family) Jatim. Karya-karya nya dimuat di berbagai media dan antologi buku. Penulis bisa didapatkan di ig @indranys345. ***
 

RELATED NEWS