SMKS Stella Maris Labuan Bajo Jajaki Peluang Kirim Siswanya Magang di Jepang dan Jerman

redaksi - Jumat, 25 April 2025 19:10
SMKS Stella Maris Labuan Bajo Jajaki Peluang Kirim Siswanya Magang di Jepang dan JermanSosilisasi Program Magang ke Jepang dan Jerman di SMK Stella Maris, Labuan Bajo (sumber: Vinsen Patno)

LABUAN BAJO (Floresku.com) - Melalui kerja sama kemitraan dengan  SMK Mitra Industri MM2100, Cikarang, Jawa Barat, SMKS Stella Maris Labuan Bajo menjajaki peluang untuk mengirimkan para siswanya menjalani magang di berbagai industri di Jepang atau pun Jerman.

Sosialisasi mengenai peluang magang di dalam dan di luar negeri, Jepang dan Jerman, dilakukan oleh  Wakasek Bidang Hubungan Industri (HUBIN) dan Hubungan Masyarakat (HUMAS) SMK Mitra Industri MM2100, Hidayat Atori.

Program magang tersebut diadakan  agar melahirkan lulusan yang siap bersaing secara global.

Menurut Hidayat, program magang sudah dijalankan melalui kerja sama dengan LPK Horenso Indonesia.

"Program ini dirancang untuk memberikan pengalaman internasional dan membuka peluang karir yang lebih luas bagi lulusan," ujar Hidayat

Hidayat menjelaskan bahwa program magang Jepang ini memberi kesempatan kepada alumni untuk bekerja di berbagai sektor industri, seperti manufaktur, perhotelan, pertanian, dan kesehatan.

"Melalui program ini, peserta tidak hanya memperoleh pengalaman kerja, tetapi juga mendapatkan penghasilan yang kompetitif dan sertifikasi keahlian yang diakui secara internasional," katanya pula.

Menurut Hidayat, keunggulan Program Magang ini adalah para siswa mendapat pengalaman kerja internasional di negara dengan teknologi maju, pendapatan kompetitif selama masa magang, pengembangan kemampuan bahasa dan budaya Jepang, dan peluang kerja jangka panjang di Jepang bagi peserta yang memenuhi kualifikasi.

Kemitraan dengan LPK Horenso Indonesia, dia menambahkan, untuk memastikan para peserta mendapatkan pelatihan bahasa, budaya, dan keterampilan kerja yang dibutuhkan sebelum berangkat ke Jepang.

Horenso juga mendampingi peserta dalam proses administrasi hingga keberangkatan, sehingga program ini berjalan lancar.

 Uskup Labuan Bajo, Kemitraan Diharapkan Berimbas 

Mengingat SMKS Stella Maris di bawah naungan Yayasan Sukma Manggarai Barat milik keuskupan Labuan Bajo maka ketua Yayasan Sukma Manggarai Barat meminta tim dari SMK Mitra Industri MM2100 untuk menjelaskan kerjasama kedua Lembaga ini di hadapan uskup Labuan Bajo Mgr. Maksimus Regus (Mgr Maksi).

Tim SMK Mitra Industri MM2100 berdoalog dengan Mgr Maksi, Uskup Labuan Bajo (Foto: Vinsen Patno)


Uskup Labuan Bajo Maksimus Regus saat berdialog dengan tim SMK Mitra Industri MM2100 menyampaikan terima kasih atas kunjungannya ke Keuskupan Labuan Bajo.

“Saya ingin mengucapkan terima kasih untuk kunjungan, untuk kehadiran, dan juga untuk presentasi progres report dari kerjasama antara dua lembaga yang baru ditandatangani ini kurang lebih satu tahun. Tapi sudah ada banyak kegiatan-kegiatan signifikan yang sudah bisa dilakukan dalam kurang lebih beberapa bulan atau hampir setahun ini," ujar Mgr Maksi.

"Tentu ini menandai sebuah kerjasama yang punya prospek dan mudah-mudahan akan membantu perkembangan dan kemajuan SMKS Stella Maris Labuan Bajo di bawah naungan Yayasan Sukma Manggarai Barat Keuskupan Labuan Bajo," kata Mgr Maksi.

Mgr Maksi juga menjelaskan bahwa kemajuan-kemajuan yang sudah bisa dilihat sampai sejauh ini sebagai output dari kerjasama kedua lembaga ini.

Banyak hal positif yang sudah dilakukan dan hal itu tentu memberi dampak yang besar dan mudah-mudahan tidak hanya dampak jangka pendek tapi juga jangka menengah, jangka panjang dan teristimewa tentu berorientasi kepada peserta didik dan tentu kepada para guru itu sendiri.
 

Foto bersama Mgr Maksi bersama tim dari SMK Mitra industri MM210 (Foto: Vinsen Patno)

"Tapi fokus utama kita tentu mempersiapkan peserta didik kita agar apa yang dicita-citakan itu benar-benar tercapai," tandas Mgr Maksi.

Dalam pandangan Mgr Maksi, hal ini merupakan bagian dari mimpi besar kita.

"Kami berterima kasih karena SMK Mitra Industri MM2100 yang sudah berbagi pengalaman, berbagi pengetahuan dan juga teknologi kepada SMKS Stella Maris Labuan Bajo, sehingga SMK ini bisa bertumbuh dan berkembang dengan baik," kata Mgr Maksi.

Mgr Maksi mengingatkan supaya dokumen kerja sama diperbaiki kembali karena subyek hukumnya sudah berubah.

"Karena bukan Sukma Keuskupan Ruteng lagi tapi Yasukmabar keuskupan Labuan Bajo maka perlu ada perbaikan. Selain itu, perlu ditambahkan ke dokumen kerja sama itu beberapa hal berdasarkan apa yang terjadi selama kurang lebih satu tahun terakhir, termasuk proyeksi-proyeksi ke depan. Kemudian nama guru atau pendidik itu yang terlibat dalam kerja sama itu memang menjadi hal yang penting untuk diperhatikan," tegas Mgr. Maksi

Uskup Maksi juga mengatakan supaya kerja sama kemitraan bisa berjalan baik dan sukses, kita perlu meningkatkan kedisiplinan, baik di kalangan para siswa, terutama di kalangan para guru.

"Kedisiplinan meliputi banyak aspek, disiplin ini bisa dalam soal waktu, bisa dalam soal tingkah laku(attitude), dan hal-hal yang lain. Karena itu para guru di SMKS Stella Maris harus memiliki kontrak mengajar, bukan kontrak sebagai guru atau pegawai yayasan tapi kontrak mengajar yang harus ditandatangani oleh kepala sekolah."

"Misalnya dia harus lakukan ini selama satu semester, kalau dia tidak melakukannya maka apa sanksinya. Kalau hanya himbauan saja seperti jangan merokok, saya kira itu bisa, tapi mungkin tidak begitu kuat. Tapi kalau ada di dalam sebuah kontrak dan dia harus menandatangani, saya kira itu punya efek yang mungkin lebih mengikat."

Uskup Maksi mengatakan  para guru perlu terus meningkatkan performa dan  kapasitasnya.

“Saya tahu beberapa waktu lalu, beberapa teman guru dari SMKS Stella Maris ini, sudah pergi magangnya seperti itu, Beruntung mereka yang pergi, kalau yang tidak pergi bagaimana?," ata Mgr. Maksi

"Kalau ada banyak siswa yang orientasinya bekerja di Jepang dan Jerman, maka kita perlu pikirkan bagaimana persiapannya? Targetnya apa yang harus dilakukan? Apa yang harus dipersiapkan? Kapan siswa-siswi itu bisa dikirim ke Jepang dan Jerman?"

Apabila kerjasama hanya lima tahun barangkali bisa dipetakan kegiatannya apa saja yang dilakukan dalm jangka pendeknya, jangka menengah dan jangka panjangnya.

Setelah lima tahun dievaluasi sehingga ada standar-standarnya bukan sesuatu yang kita lakukan secara sporadis saja, sehingga kita bisa mengukur tingkat pencapaian dari implementasi kerjasama ini.

"Yang jelas, melalui kerjasama kita berhadap ada imbasnya ke SMA dan SMK lain di Kabupaten Manggarai Barat," pungkas Mgr. Maksi. (Vinsen Patno).

Editor: redaksi

RELATED NEWS