Ajak Guru Miliki Pemahaman Lintas Generasi, KGSB Gelar Webinar Generation Gap

redaksi - Sabtu, 18 November 2023 18:42
Ajak Guru Miliki Pemahaman Lintas Generasi, KGSB Gelar Webinar Generation GapPara peserta Webinar KGSB: Menjembatani Generation Gap Antara Guru dan Siswa Melalui Keterampilan Sosial yang Baik pada Sabtu, 18 November 2023. Webinar ini merupakan hasil kerja sama Komunitas Guru Satkaara Berbagi (KGSB) dan Rumah Guru BK (RGBK). (sumber: Riki - KGSB)

JAKARTA (Floresku.com) - Komunitas Guru Satkaara Berbagi (KGSB) menyelenggarakan webinar dengan tema “Menjembatani Generation Gap Antara Guru dan Siswa Melalui Keterampilan Sosial yang baik” pada Sabtu,18 November 2023. 

Menghadirkan dua narasumber yaitu, Founder Rumah Guru BK dan Widyaiswara Kemendikbud Ristek RI, Ana Susanti, M.Pd. CEP, CHt., serta Dosen dan Psikolog Klinis Fakultas Psikologi Unika Atma Jaya, Nanda Rosalia, M.Psi.

Webinar KGSB dihadiri oleh 200 guru dari berbagai jenjang pendidikan yang berasal dari seluruh Indonesia dan Timor Leste.

Dosen dan Psikolog Klinis Fakultas Psikologi Unika Atma Jaya, Nanda Rosalia, M.Psi., Psikolog (kiri-atas), bersama Founder RGBK dan Widyaiswara Kemendikbud Ristek RI, Ana Susanti, M.Pd, CEP, CHt (tengah-atas) dan Ketua Komunitas Guru Satkaara Berbagi (KGSB), Ardyles Faesilio (kiri-bawah) di Webinar KGSB: Menjembatani Generation Gap Antara Guru dan Siswa Melalui Keterampilan Sosial yang Baik pada Sabtu, 18 November 2023.

Dalam sambutannya, Ketua KGSB, Ardyles Faesilio yang akrab disapa Lio mengatakan bahwa kesenjangan generasi berpotensi memicu konflik antara guru dan murid.

 “Generation gap ini rawan akan konflik bila ditangani dengan kurang baik, termasuk perbedaan pemahaman antara guru dan murid. Kesenjangan generasi antara guru dan murid sering kali menjadi pembatas atau hambatan dalam pembelajaran.” ujarnya.

Kesenjangan pembelajaran sering terjadi di kelas antara guru dan murid. Umumnya, murid yang memiliki karakter menerima informasi dengan cepat, mereka juga sangat menyukai sesi paralel dan multi-tasking. 

Murid memiliki ekspektasi yang tinggi terhadap proses belajar, pasalnya mereka memiliki akses informasi yang luas melalui berbagai platform dan cara.

Sedangkan di sisi lain, pada umumnya guru memiliki karakteristik proses belajar yang lebih lambat, step by step, satu pelajaran sekali waktu, belajar secara individu, serta kurang yakin bahwa murid-muridnya dapat belajar dengan maksimal saat mereka melakukan banyak hal dalam satu waktu. 

Dosen dan Psikolog Klinis Fakultas Psikologi Unika Atma Jaya, Nanda Rosalia, menyampaikan bahwa guru harus memberi waktu dan usaha lebih banyak untuk mengamati bagaimana Gen Z memadukan diri dan kecakapan digital dalam kegiatan sehari-hari seperti berinteraksi, belajar, dan menjalankan aktivitas.

"Gen Z memiliki rasa ingin tahu yang tinggi tentang berbagai hal, khususnya hal-hal baru. Hal ini membuat mereka terpacu untuk mengetahui berbagai hal dari sumber-sumber informasi yang tersebar dan mudah diakses. Sebagai pendidik, kita harus bisa mengimbangi dan mengarahkan pada hal-hal yang positif,” jelas Nanda.

Selain kesenjangan generasi, Gen Z juga mengalami ancaman terkait kesehatan mental. Mereka sangat takut akan kegagalan, Gen Z juga sangat menuntut diri sendiri untuk dapat berhasil dan tidak mengecewakan orang lain, akibatnya mereka takut untuk membuat suatu keputusan karena takut gagal. 

Puncaknya jika hal ini tidak ditangani dengan benar, akan menimbulkan depresi, kecemasan, dan gangguan perilaku yang merupakan salah satu penyebab utama penyakit dan kecacatan di kalangan remaja. 

Founder Rumah Guru BK dan Widyaiswara Kemendikbud Ristek RI, Ana Susanti, memaparkan bahwa komunikasi menjadi kunci utama dalam mengatasi kesenjangan generasi.

"Saling memahami lebih indah dari pada menghakimi antar generasi hanya karena berbeda. Jalin kolaborasi antar generasi, buka ruang, kesempatan saling berbagi, dan bekerja sama. Sebagai guru, lakukan analisis karakteristik lintas generasi serta dalam penyampaiannya gunakan metode komunikasi yang beragam sesuai generasi yang dituju,” ujar Ana.

Kerja sama untuk memangkas kesenjangan antara guru dan murid ini harus dilakukan secara konsisten untuk hasil yang maksimal. 

Guru harus bisa lebih memahami anak didiknya dengan berbagai penyesuaian terhadap teknologi, perspektif dan perilaku. 

“Harapan kami webinar ini dapat membuka perspektif baru bagaimana cara menumbuhkan pemahaman lintas generasi dan meminimalisir konflik antara guru dan murid yang timbul karena adanya kesenjangan generasi”, tutup Lio. (SP). ***

Editor: redaksi

RELATED NEWS