Bank NTT Masuk Era Baru di Kondisi Ekonomi yang Semakin Dinamis dan Disrupsi Mata Uang Kripto
redaksi - Minggu, 11 Mei 2025 17:04
Oleh : Julio Leba, SH, MH *
BEBERAPA bulan sejak dilantik Gubernur Melki Lakalena bergerak cepat dengan segera melakukan beberapa perbaikan pada semua sektor, terutama sektor ekonomi yang menjadi salah satu fondasi menuju Provinsi NTT yang lebih maju dan bertumbuh.
Perbaikan pada sektor ekonomi ini didukung penuh oleh seluruh lapisan masyarakat dan juga unsur pemerintahan, ditandai dengan spirit frasa “Ayo bangun NTT”.
Untuk mendukung hal tersebut poin mendasar menuju perbaikan ekonomi adalah segera melakukan pembenahan di sektor bisnis perbankan, yaitu yaitu Bank NTT.
Jajaran direksi dan komisaris BUMD terbesar di NTTharus diisi oleh orang yang punya kompetensi diatas rata-rata, pengalaman juga sudah teruji dan tentunya memiliki integritas untuk membangun NTT melalui sektor perbankan.
Sebuah komentar menarik Gubernur Melki adalah “Lebih baik kita berikan kepada orang perbankan dan ekonom saja yang urus Bank NTT, nanti kita ambil di deviden”.
Komentar ini didasari pertimbangan yang kuat bahwa semua pihak harus belajar dari masa lalu untuk tidak asal menempatkan orang terutama pada sector penting seperti bank NTT.
Hal utama yang disoroti Gubernur dan para Bupati Walikota adalah jumlah Deviden yang sangat kecil, hal ini terjadi karena sebelumnya posisi-posisi stategis selalu diisi oleh pihak yang bukan ahlinya, khususnya adalah karena selalu mengakomodasi kepentingan tim sukses untuk mengisi jabatan di bank NTT.
RUPS akan dilakukan pada tanggal 14 Mei 2025, Gubernur berharap banyak agar bank NTT akan diisi oleh professional perbankan yang bisa membawa Bank NTT bertumbuh dan berdaya saing.
Selain itu bank NTT harus menjadi perbankan yang menyumbang deviden serta menghasilkan nett profit lebih tinggi dari tahun sebelumnya. Berdasarkan data Infobank per Desember 2024.
Posisi bank NTT ada di urutan no 23 secara nasional dalam hal menghasilkan laba bersih, yaitu sebesar Rp 188 Miliar, jumlah ini sangat kecil jika dibandingkan jumlah asset yang dimiliki yaitu Sebesar Rp 17,4 triliun.
Kita bisa coba bandingkan dengan bank daerah lainnya yang jumlah asset dibawah Rp 20 triliun, semisal :
1. Bank Sultra dengan aset Rp 12,6 triliun mampu memberikan nett profit sebesar Rp 418 miliar.
2. Atau juga ada bank Jambi yang asset Rp 12,5 triliun menghasilkan laba bersih Rp 315 miliar.
3. Juga ada bank Kalteng asetnya Rp 18,5 triliun dan memberikan laba bersih bagi daerah sebesar Rp 321 miliar.
Dengan melihat gambaran dari info bank ini kita semua tentu berharap Bank NTT akan bertumbuh menuju perbankan yang berdaya saing dan suatu saat idealnya bisa menjadi perbankan seperti bank daerah Bank BJB.
Pada industri perbankan khususnya bank daerah, Bank BJB menjadi benchmark bagi semua pelaku industri perbankan, hal ini karena satu-satunya perbankan daerah yang beraset Rp di atas 200 triliun (Aset bank BJB Rp 219 triliun), dan menghasilkan nett profit Rp 1,36 triliun sepanjang tahun 2024.
Sedangkan jumlah deviden yang dibagikan oleh bank BJB mencapai Rp 897 miliar, jumlah ini tentu menjadi angka yang sangat fantastis untuk perbankan daerah (Laporan Keuangan Bank BJB tahun 2024).
Lalu pertanyaannya apakah hal menarik yang harus dilakukan sehingga Bank NTT bisa mencapai pertumbuhan bisnis di tahun 2025 dan ke depannya?
Kemudian tanggung jawab apa saja yang dilakukan oleh pemerintah daerah dan juga semua pihak terkait untuk membuat bank NTT semakin bertumbuh ke depannya?
Bisnis perbankan modal utamanya adalah kepercayaan yang terbangun selama bertahun-tahun, inilah fondasi kuat yang tentunya akan semakin baik jika dirawat oelh semua pihak.
Namun dalam beberapa waktu belakangan ini sejumlah kasus mega korupsi di Bank NTT semakin memperburuk citra bank daerah di mata masyarakat.
Dampak langsung yang terjadi apabila kepercayaan menurun maka nasabah akan langsung menarik dana yang disimpan selama ini, investor pun akan menjauh.
Hal tersebut yang juga paling sering terjadi sehingga sangat urgent bagi industry perbankan agar menjaga trust dari para nasabah. Berikut ini ada beberapa fakta masalah dugaan korupsi di tubuh Bank NTT yang sampai saat ini masih mangkrak dan belum selesai proses hukumnya.
Pemerintah daerah melalui bank NTT mengalami kerugian mencapai ratusan miliiar dalam beberapa kasus dugaan korupsi seperti:
1. Kasus dugaan korupsi kredit fiktif PT Budimas Pundinusa Sebesar Rp 100 miliar. Status sejumlah pejabat yang terkait dengan kasus ini telah menang praperadilan berdasarkan putusan pengadilan Jakarta Pusat no 7/Pid.pra/2024/PN.Jkt.pst sehingga kelanjutan proses hukum dugaan kasus korupsi ini berhenti. (Berdasarkan pemberitaan media koran timor.com)
2. Kasus dugaan korupsi pembelian MTN (Medium Term Noted) senilai Rp 50 miliar oleh Bank NTT dari PT Sunprima Nusantara Pembiayaan (SNP Finance) pada tahun 2018.
Saat ini proses penyidikan masih terus bergulir, sejumlah saksi diperiksa di Jakarta dan tim penyidik dari Kejaksaan NTT sementara berupaya agar kasus ini bisa cepat selesai. (Berdasarkan pemberitaan penatimor.com)
3. Kasus dugaan korupsi kredit macet Bank NTT cabang Surabaya sebesar Rp 126 miliar. Dalam kasus ini sudah ditetapkan beberapa pihak internal Bank NTT sebagai terdakwa berdasarkan putusan Mahkamah Agung.
4. Kasus dugaan korupsi dana panjar yang dilakuakn oleh direksi bank NTT kepada pemerintah Provinsi NTT sebesar Rp 1,5 miliar untuk pembiayaan perayaan hari ulang tahun kelahiran Pancasila di kota Ende pada tahun 2022.
5. Dan masih banyak lagi sejumlah kasus hukum yang mencedarai kepercayaan masyarakat terhadap bank plat merah daerah ini.
Sejumlah kasus korupsi dan dugaan penyalagunaan kewenangan yang terjadi di internal Bank NTT sangat berpengaruh pada image perusahaan di mata nasabah.
Hal inilah yang kemudian akan berdampak pada kinerja perusahaan daerah.
Beberapa contoh kasus hukum yang disampaikan diatas turut menjadikan bank daerah kehilangan kepercayaan dari masyarakat.
Oleh karena itu perlu Tindakan nyata dari pemerintah daerah yang baru untuk bisa secepatnya memulihkan kepercayaan public terutama terhadap kinerja Bank NTT.
Kasus-kasus hukum yang terjadi ini harus cepat diselesaikan sehingga akhirnya akan meningkatkan komitmen perusahaan terhadap nasabah yang sudah mempercayakan dana mereka ke Bank NTT.
Berikut ini tiga poin penting yang harus dilakukan oleh semua pihak terhait untuk bisa memulihkan kepercayaan public terhadap bank NTT, sehingga ke depannya akan memberi dampak maksimal bagi ekonomi provinsi NTT.
1. Perbaikan Internak Bank NTT.
Secara internal pemerintah melalui Gubernur dan bupati serta walikota perlu turut aktif menjaga sejumlah proses seleksi dewan direksi dan komisaris dari awal sampai dengan terpilih nanti.
Hal ini sangat perlu dilakukan agar nantinya posisi strategis di Bank NTT benar-benar diisi oleh orang yang berkompetensi, memiliki integritas dan komitmen kuat untuk menyelenggarakan bisnis dengan sehat.
Perbaikan ini harus dilakukan secara transparan baik dari proses rekrutmen, seleksi, mutasi hingga promosi. Belajar dari sejumlah kasus diatas pemerintah harus berkomitmen kuat dengan mengajak semua pihak untuk aktif mengawasi bank NTT.
Perbaikan harus dimuali dari dalam, dari semua pihak di internal Bank NTT, lalu ke pemerintah dan semua Lembaga terkait untuk sama-sama memperbaiki kesalahan masa lalu.
2. Memperkuat pengawasan perbankan.
Dalam hal ini pihak Otoritas Jasa Keuangan atau OJK memiliki kewenangan yang dituangkan dalam UU no 21 tahun 2011 mengatur kewenangan OJK untuk melakukan pengawasan dan pengaturan terhadap kegiatan jasa keuangan, di dalamnya ada Lembaga perbankan.
Selain itu di UU no no 10 tahun 1998 tentang perbankan menugaskan bahwa Bank Indonesia bertanggungjawab untuk pengawasan dan membina Lembaga perbankan dalam menjalankan bisnis.
Dengan sejumlah payung hukum yang ada tentunya ini akan memberikan dampak kepercayaan public ke depannya bahwa Bank NTT memiliki komitmen yang kuat untuk menyelenggarakan pelayanan keuangan secara jujur terbuka dan transparan kepada para nasabah. Ini merupakan modal yang sangat kuat untuk mendukung pertumbuhan bisnis Bank NTT ke depannya.
3. Bank NTT dab disruptif keuangan di dunia kripto.
Mungkin poin masih terasa jauh sekali bagi masyarakat, namum perlu disadari bahwa dunia semakin digital, dan industri mulai berubah.
Pemerintah perlu segera memikirkan dampak munculnya mata uang kripto yang akan berefek pada sector keuangan local dalam beberapa waktu ke depan, khusus pada Bank NTT.
Hal ini lebih ditekankan pada masa depan, bisa jadi tidak terlalu lama hal ini akan dialami oleh industri perbankan di indonesia tak terkecuali Bank NTT juga.
Hal ini bisa kita lihat dari sector perbankan global yang secara berkala mulai melihat industry kripto bukan lagi sebagai ancaman, namun justru sebaliknya harus berkolaborasi dengan dunia keuangan digital ini.
Hubungan antara industri perbankan dan dunia kripto sedang dalam proses evolusi, di tengah kebutuhan market keuangan digital yang semakin kuat, perlu diperhatikan agar kita tidak tertinggal dalam perubahan secara bisnis keuangan.
Beberapa nama besar di dunia perbankan cenderung lebih lunak dalam menyikapi pertumbuhan kripto, seperti JP Morgan Chase salah satu bank terbesar di dunia telah meluncurkan devisi khusus yang focus pada bagian blockchain dan inovasi digital.
Kemudian Deutche Bank dan Standard Charthered mulai menjajaki kemungkinan menyediakan layanan pembayaran dan transaksi keuangan di dunia kripto.
Poin ini tentu menjadi satu hal yang sangat anomaly di Indonesia, namun tidak menutup kemungkinan penjajakan oleh internal bank NTT agar menyiapkan masa depan industri keuangan di tengah distruptif oleh dunia kripto.
Hasil riset terbaru oleh Coingecko menunjukkan bahwa DBS Bank yang berbasis di Singapore sudah mulai menawarkan layanan ramah kripto.
Bank ini menawarkan platform yang lengkap bagi investor yang ingin menjelajahi dunia kripto. Bahkan bank ini menyediakan program edukasi yang memungkinkan pengguna akan lebih memahami seluk beluk dunia kripto.
Mata uang kripto dapat menjadi sumber pendapatan baru bagi industri perbankan.
Bank dapat meningkatkan pendapatan mereka dengan menawarkan berbagai layanan kripto, seperti:
a. Perdagangan: Bank dapat mengizinkan nasabahnya untuk membeli, menjual, dan memperdagangkan mata uang kripto di platform mereka, dan memperoleh keuntungan dari biaya perdagangan dan transaksi.
Goldman Sachs baru-baru ini menjadi bank besar pertama yang mengoperasikan meja perdagangan kripto untuk memanfaatkan popularitas pasar kripto.
b. Penitipan: Bank juga dapat mengizinkan nasabah menyimpan mata uang kripto yang dibeli menggunakan dompet internal , yang juga memungkinkan pendapatan dari biaya transaksi. Inilah yang dilakukan Deutsche Bank dalam mengizinkan klien institusional untuk menyimpan aset kripto mereka .
c. Tokenisasi: Bank dapat membuat platform tokenisasi bagi investor berpengalaman maupun baru untuk mendigitalkan aset dunia nyata (RWA). Misalnya, Goldman Sachs telah meluncurkan GS DAP , platform tokenisasi berbasis blockchain asli mereka .
(Secara lebih detail penulis akan uraiakn dalam pembahasan khusus terkait disrupsi mata uang kripto terhadap industry keuangan perbankan).
Proses seleksi dan sampai pada pemilihan dewan direksi yang baru sedang berjalan, sejumlah nama masuk dalam bursa pencalonan.
Semua pihak di daerah NTT tentu berharap mendapatkan direksi dan komisaris yang memiliki pemikiran terbuka akan inovasi dan perubahan kearah yang lebih baik bagi Bank NTT.
Sebagai masyarakat NTT kita semua berharap agar perbaikan di bank kebanggaan masyarakat NTT ini bisa dimulai dari tahapan awal ini, yang kemudian akan melahirkan pemimpin yang membawa perubahan kearah pertumbuhan bisnis dan ujungnya adalah ikut berkontribusi bagi kesejahteraan semua warga masyarakat NTT.
“Masa depan itu tidak jauh lagi, kita hidup di dunia yang semakin dekat. Belanja, investasi, pembayaran, dan semua transaksi keuangan sudah berubah dalam digital. Regulasi juga berubah, bisnis berubah dan apakah kita mampu beradaptasi?”
* Penulis adalah Lawyer & Legal Consultant, Specialist Investment, Banking and Insurance Bussines. ***