CERPEN Sr Matilde DCPB: 'Aku adalah Titipan Tuhan'

redaksi - Sabtu, 20 Agustus 2022 10:16
CERPEN Sr Matilde DCPB:  'Aku adalah Titipan Tuhan'Suster Matilde DCPB (sumber: Dokpri)

Aku.. 

Terlahir dari keluarga sederhana. Namun, ayah, ibu, dan kakak perempuanku  begitu sayang padaku. 

Jarak umur antara aku dan kakakku duabelas tahun. 

Boleh jadi, oleh karena jarak usia yang cukup jauh itulah,  sikap kami pun tampak cukup berbeda. Kakakku penyayang dan penyabar, tapi aku keras kepala. 

Ayah dan ibu memahami itu dan perlahan penuh kepastian mendidik aku untuk mengubah watak dan kepribadianku. 

Karena sayang padaku,  mereka tidak sedikitpun membiarkanku jauh dari mereka. Bahkan, aku pun disekolahkan di sekolah  yang dekat rumahku. 

Seperti anak-anak lain, aku juga ingin bebas memilih sekolah favoritku. Namun ayah dan ibu tetap pada pendirian mereka ‘MENGAWASI’ku… Iya kukatakan ‘mengawasi’ karena aku tak pernah merasa bebas.

Ilustrasi: Ayah, ibu dan dua anak perempuan (Sumber: Istimewa).

Aku harus turuti segala keinginan mereka; kebaikan yang mereka  katakan.. Kebaikan seperti apalagi itu yang aku pikirkan. 

Kakakku sudah mantap ingin hidup berumah tangga dan meniggalkan aku bersama ayah dan ibu. Ia pergi dan tinggal bersama suaminya.  Saat itu aku mulai merasa sulit melepaskan kakakku.

Aku tak mau kehilangan dia.  Ayah dan ibu mencoba memberiku pegertian bahwa hidup ini selalu berjalan antara dua kesempatan, ada kesempatan untuk berjumpa dan ada kesempatan untuk berpisah. 

Salah satu orang yang aku sayangi telah saya coba untuk iklaskan berpisah dari hidupku. Dia bukan milikku lagi. Dia menjadi milik orang lain. 

Aku menamatkan sekolahku dengan hasil yang baik. 

Muncul berbagai pertanyaan dalam benaku,”apa tujuan (hidup)ku? Apa tujuan hidup orangtuaku? 

Hidup yang punya tujuan, semua ada di tangan masing masing. Tujuan itu pasti tercapai karena dukungan orang kita sayangi. 

Orang tua, iya, mereka tidak menamatkan sekolah tinggi,  tetapi mereka ingin agar aku lebih unggul dari mereka.  Aku jalani  saja ziarah ini,  seturut harapan orang tuaku, dan tentu saja seturut kehendak Tuhan sendiri.

Aku mempersembahkan hidupku pada-Nya dengan memilih jalan ini - jalan hidup membiara. Ya, Aku ingin menjadi Suster. Tuhan mendengarkanku. 

Namun, muncul  pertanyaan di benakku? Apakah mereka (ayah, ibu dan kakakku) bahagia dengan pilihan yang kuambil? Apakah  ini impian mereka juga? 

Perlahan aku mendekati merekka lalu berbisik:  “ayah, ibu, apakah kalian setuju dan bahagia dengan pilihanku?”

Mereka menjawab: "SEMUANYA INDAH PADA WAKTUNYA”!

Terimakasih Tuhan..itu yang dapat aku dengar dari mulut mereka.

Kalian pasti punya pengalaman berbeda bersama orangtua.

Ini cerita cintaku bersama orangtuaku. Cerita cinta penuh suka dan  duka.

Aku tak tahu bagaimana ujung dari cerita ini. Apakah akan rampung menjadi sebuah kisah yang indah? Ataukah sebaliknya  berakhir menjadi sebuah kisah yang memilukan? Entahlah! Hanya Tuhan yang mengetahuinya. 

Setelah lima tahun berada dalam ‘penjara sakral’ aku pun mendapat kabar.

”Suster, mereka telah kembali.” 

Siapa? Ayah? Ibu?  Tidak! Mereka ke mana?

Hanya sepucuk surat ini titipan mereka. 

TERUNTUK PUTRI TERSAYANG 

Terimakasih 'nak telah menjadi bagian indah dalam hidup ini. Menjadi hadiah istimewa dalam keluarga ini. Maafkan kami yang belum utuh mencintaimu dan menjagamu, anak kami tersayang. 

Bahagianya kami karena engkau bahagia. Kami bangga telah memenangkan perjuangan ini, menjalani tugas kami sampai di sini. 

Engkau titipan yang mulia yang telah Dia berikan untuk kami jaga dan kami bahagiakan. 

Engkau  berasal dari Dia dan kembali untuk Dia. Kami pun milik-Nya dan kembali kepada-Nya.

Sampai jumpa di tempat kita k'an berkanjang bersama Sang Asal.. 

Aku tak mampu menahan mereka untuk selamanya bersamaku di bumi ini. Sebab aku sadar aku pun tak selamanya berziarah di bumi ini.

Ya Allahku, terimakasih untuk segalanya yang telah Engkau titipkan untukku melalui mereka yang sangat bertanggummg jawab menjagaku sebagai  titipan-Mu yang berharga ini. 

Memang, sangat sulit aku melepaskan mereka yang sangat ku cintai. Namun aku sadar bahwa semua yang aku cintai tak selamanya kumiliki, tetapi hanya dapat aku kenang.  ***

*Suster Matilde DCPB (Kongregasi Putri-Putri Cinta Kasih dari Darah yang Mahamulia (Daughters of Charity of the Most Precious Blood)), sekarang berkarya di Paroki Sta Maria Bunda Karmel, Rajawawo, Nangapanda, Keuskupan Agung Ende. ***

 

 

Editor: redaksi

RELATED NEWS