Dua Petugas Fidusia Asal NTT Gugur dalam Tragedi Kalibata, Publik Sampaikan Duka Mendalam

redaksi - Sabtu, 13 Desember 2025 11:16
Dua Petugas Fidusia Asal NTT Gugur dalam Tragedi Kalibata, Publik Sampaikan Duka MendalamDua 'petugas fidusia', korban tragedi Kalibata, Rabu (10/12). (sumber: Facebook.com)

JAKARTA (Floresku.com) -  Tragedi memilukan terjadi di kawasan Kalibata, Jakarta, pada Rabu (10/12), yang merenggut nyawa dua pejuang fidusia.

Sekadar informasi, pejuang fidusia adalah petugas/kuasa yang menjalankan penagihan berdasarkan jaminan fidusia yang sah secara hukum (akta fidusia terdaftar). Profesi ini sering disalahpahami dengan ‘debt collector’. 

Padahal, ‘debt collector’ adalah penagih utang secara umum, sering tanpa kewenangan fidusia, dan tidak selalu berbasis putusan atau akta hukum. Sementara itu, petugas fidusia harus taat hukum, debt collector bisa legal atau ilegal, tergantung prosedur.

Peristiwa tersebut menyisakan duka mendalam, tidak hanya bagi keluarga yang ditinggalkan, tetapi juga bagi rekan seperjuangan dan masyarakat luas yang mengikuti kiprah dan dedikasi keduanya.

Dua orang muda yang berpulang itu asal NTT

Dua sosok yang kini berpulang itu adalah Noverge Aryanto Tanu dan Miklon Edisafat Tanone.

Almarhum Noverge Aryanto Tanu dilahirkan di Oemofa pada 1 November 1993 dan menghembuskan napas terakhir di Jakarta, 11 Desember 2025. Ia dikenang sebagai pribadi yang teguh, setia pada tanggung jawab, dan menapaki hidup dengan keyakinan hingga garis akhir.

Sementara itu, almarhum Miklon Edisafat Tanone lahir di Oelbeba pada 18 Mei 1984, dan juga berpulang di Jakarta, 11 Desember 2025. Kepergiannya meninggalkan duka mendalam bagi keluarga, sahabat, dan rekan-rekan yang mengenalnya sebagai sosok sederhana, pekerja keras, dan penuh dedikasi.

Pribadi yang tekun

Berdasarkan informasi yang beredar, kedua korban dikenal sebagai pribadi yang tekun, bertanggung jawab, dan konsisten memperjuangkan amanah profesi yang mereka emban. Dalam keseharian, mereka dikenal bekerja dengan penuh komitmen, menghadapi berbagai tekanan lapangan, dan tetap menjunjung nilai kejujuran serta integritas.

Baca juga:

Kabar duka ini dengan cepat menyebar dan memicu gelombang empati dari berbagai kalangan. Ungkapan belasungkawa membanjiri media sosial, disertai doa dan pesan penguatan bagi keluarga korban. Tagar #kejadiankalibata dan #selamatjalanpejuangfidusia menjadi ruang bersama bagi publik untuk menyampaikan solidaritas dan rasa kehilangan.

“Ini bukan sekadar kehilangan dua individu, tetapi kehilangan dua pejuang yang selama ini setia menjalankan tugasnya,” tulis salah satu rekan korban dalam unggahan duka. Ungkapan “satu sakit, semua sakit” pun menjadi simbol solidaritas komunitas fidusia atas peristiwa ini.

Keluarga korban kini tengah berduka dan memohon doa agar diberikan kekuatan dalam menghadapi masa sulit ini. Sejumlah pihak juga berharap agar peristiwa tragis tersebut dapat diusut secara jelas dan transparan, demi keadilan serta pembelajaran ke depan.

Kepergian dua pejuang fidusia ini menjadi pengingat bahwa di balik profesi dan tanggung jawab yang dijalankan, terdapat risiko, pengorbanan, dan keberanian yang kerap luput dari perhatian publik. Masyarakat pun diajak untuk tidak hanya berduka, tetapi juga menjaga empati dan memperjuangkan nilai kemanusiaan. (Sandra). ***

Editor: redaksi

RELATED NEWS