Gubernur Viktor: Penanganan Bencana untuk Tidak Terjebak dalam Kolaborasi Semu

redaksi - Sabtu, 19 Februari 2022 11:52
Gubernur Viktor: Penanganan Bencana untuk Tidak Terjebak dalam Kolaborasi SemuSekda Manggarai Timur Boni Hasudungan, sedang membacakan Kata Sambutan Gubernur NTT. (sumber: www.infopublik.com)

BORONG (Floresku.com) - Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat mengingatkan semua pihak yang terlibat dalam penanganan bencana untuk tidak terjebak dalam kolaborasi cangkang.

Hal ini disampaikan dalam sambutan tertulisnya dalam Apel Siaga Cuaca Ekstrim tingkat Kabupaten Manggarai Timur (KMT) yang dibacakan Sekda Manggarai Timur Boni Hasudungan, Jumat (18/2).

Selain  di Kabupaten Manggarai,  Apel Siaga Bencana juga digelar di  Kabupaten Kupang,  Kota Kupang, Kabupaten TTU, Kabupaten TTS, dan Kabupaten Flores Timur.

Menurut Gubernur NTT,  kolaborasi cangkang adalah kolaborasi semu. Pihak-pihak yang terlibat dibatasi oleh ego sektor yang menjadi cangkang pembatas.

"Nampak sama-sama bekerja tapi tidak bekerja sama, pihak-pihak yang berkolaborasi tidak saling mengetahui apa yang diketahui dan dikerjakan oleh pihak lain," sambungnya.

Hal ini menyebabkan tidak adanya sinergi yang memicu out put dan out come yang signifikan di dalam penanggulangan bencana baik pada fase pra bencana, tanggap darurat dan fase pasca bencana.

Ditambahkannya, Bencana Seroja telah memberikan banyak pelajaran berharga.

Bencana Siklon Tropis Seroja yang menyebabkan 182 jiwa meninggal, 47 jiwa hilang, 53.745 mengungsi dan 115 jiwa luka-luka.

Sedangkan untuk fasilitas umum yang rusak sebanyak 3.518 unit dan rumah rusak sebanyak 53.432 unit yang penangananya masih terus berlanjut hingga kini.

"Kita mesti berbenah dan menguatkan koordinasi dan kolaborasi dalam upaya penanggulangan bencana di NTT," ujarnya.

Gubernur Laiskodat juga menyampaikan bahwa Provinsi NTT termasuk wilayah yang rawan bencana. Hampir semua bencana yang terjadi di Indonesia juga terjadi di NTT.

Data menunjukan bahwa sejak tahun 1982 ampai dengan 2021 telah terjadi 811 kejadian bencana di NTT. Jika dipilah berdasarkan faktor penyebab maka 16 persen atau 131 kejadian bencana non alam, dan 84 persen atau 680 kejadian bencana alam.

"Sementara itu jika dilihat lebih jauh, terdapat 95 persen atau 643 bencana hidrometeorologis seperti banjir, banjir bandang, longsor, angin kencang, kekeringan dan kebakaran," sambungnya.

Sisanya sebanyak 37 kejadian non bencana hidrometeorologis seperti gempa bumi, erupsi gunung api dan tsunami.

Data ini menggambarkan bahwa Provinsi NTT sangat rawan terhada bencana hidrometeorologis basah maupun kering.

Sementara itu tahun 2022 ini terdapat 34 kejadian bencana yang terdiri dari angin kencang 4 kejadian, angin puting beliung 1 kejadian, banjir 7 kejadian, banjir bandang 2 kejadian, banjir dan longsor 5 kejadian, kebakaran rumah 2 kejadian, dan tanah longsor 13 kejadian.

Sejumlah kejadian bencana tersebut telah mengakibatkan 2 korban jiwa meninggal, 65 rumah dan 2 fasilitas umum mengalami kerusakan serta mengalami kerugian material lainnya.

Dalam rangka mengantisipasi kemungkinan buruk pemerintah kabupaten/kota dan seluruh masyarakat diimbau untuk meningkatkan kewaspadaan.

Selanjutnya terus memonitor informasi cuaca yang bersumber dari BMKG dan memastikan peringatan dini tersampaikan kepada masyarakat

Masyarakat juga diimbau mengaktifkan Posko Siaga Cuaca Ekstrim dan melaporkan setiap perkembangan situasi di lapangan.

Perlu menetapkan titik evakuasi dan memastikan jalur evakuasi aman dan diketahui oleh warga masyarakat, memastikan ketersediaan dukungan logistik berupa beras dan lainnya untuk kondisi darurat.

Warga juga diimbau membersihkan pohon dan ranting yang rapuh dan mudah patah di sekitar rumah, jalan dan fasilitas umum lainnya serta memperbaiki dan memperkuat atap rumah dan membersihkan sampah di selokan. (SA/Info Publik). ***

Editor: redaksi

RELATED NEWS