Guru SD di Dusun Terpencil Pulau Adonara 21 Tahun Jalan Kaki Susuri Hutan ke Sekolah

redaksi - Rabu, 03 Mei 2023 11:17
Guru SD di Dusun Terpencil Pulau Adonara 21 Tahun Jalan Kaki Susuri Hutan ke SekolahUsman Ahmad Wato Wutun, guru di SDN Arang sedang berjalan kaki menuju sekolah, tempat dia mengabdi. Hal ini telah telah dijalan selama 21 tahun. (sumber: Chen Epivania)

LARANTUKA (Floresku.com)-Usman Ahmad Wato Wutun, guru di SDN Arang, Desa Sagu, Kecamatan Adonara, Pulau Adonara, Kabupaten Flores Timur, sudah 21 tahun berjalan kaki menyusuri sunyinya hutan menuju sekolah.

Dusun Arang merupakan sebuah dusun terpencil yang masih jauh dari perhatian pemerintah. Jaraknya kurang lebih lima kilo meter dari desa induk. Akses jalan pun rusak parah ditambah lagi belum ada jaringan listrik.

Awalnya, tak ada sekolah di dusun ini. Anak-anak pun terpaksa berjalan kaki jauh menuju sekolah di Desa Sagu

Pada tahun 2002 silam, dibangunlah sebuah sekolah dasar di dusun ini. Saat itu, Usman menjadi salah satu guru perintis pembangunan sekolah darurat dari bahan seadanya.

Sejak sekolah itu dibangun, Usman menyusuri hutan menaiki bukit dan menuruni lembah untuk berangkat ke sekolah yang berjarak 5 kilometer dari rumahnya di Desa Sagu.

21 tahun sudah ia menjalani profesinya sebagai guru demi mencerdaskan generasi bangsa, meskipun hanya berjalan kaki.

Usman meninggalkan rumah sekitar pukul 05.30 Wita. 
Biasanya, ia mengenakan pakaian biasa untuk menghindari air dan lumpur sepanjang jalan.

Sambil menenteng tasnya dan sebilah parang, guru empat anak ini berjalan kaki membelah kesunyian.

Untuk sampai ke sekolah, Usman melewati kebun dan kawasan hutan. Kiri kanan jalan hanya terlihat rerumputan dan pepohonan.

Suasana sepi, hanya terdengar suara burung dan nyanyian hutan. Sesekali ia melewati jalur menanjak, menuruni bukit, dan melintasi bebatuan.

“Kalau tidak hati-hati, bisa jatuh," Usman mengingatkan saat kami menanjaki jalan berbukit, Selasa 2 Mei 2023.

"Saya harus bawa parang untuk potong makanan kambing saat pulang sekolah," sambungnya.

Biasanya, ia menggunakan payung ke sekolah ketika hujan.

"Lebih sengsara kalau musim hujan, jalanan dipenuhi lumpur dan banjir," katanya.

Usman awalnya merupakan guru honorer yang menjadi salah satu perintis SDN Arang pada tahun 2002. Ia kemudian mengikuti tes guru kontrak pusat pada tahun 2003. Hasilnya, ia dinyatakan lulus.

Pada tahun 2006, pemerintah membuka lowongan CPNS. Usman pun terdorong mengikuti seleksi dan ia pun lulus dengan status PNS.

"Sejak tahun 2002 sampai sekarang belum pernah pindah. Saya mau tetap mengabdi di sekolah yang kami rintis bersama ini, sampai pensiun," ungkap Usman.

Ia berpesan untuk seluruh guru di Indonesia, meski ditempatkan di tempat terpencil, namun harus tetap semangat dan setia pada profesi demi mencerdaskan generasi bangsa. (Chan Epivania). ***

RELATED NEWS