HOMILI, Hari Minggu, 18 Agustus 2024, Hari Raya SP Maria Diangkat ke Surga

redaksi - Sabtu, 17 Agustus 2024 20:05
HOMILI,  Hari Minggu, 18 Agustus 2024, Hari Raya SP Maria Diangkat ke SurgaPater Gregor Nule SVD (sumber: Dokpri)

BERSAMA MARIA KITA BELAJAR UNTUK SELALU BERBAGI DENGAN SESAMA

(HR. SP Maria Diangkat ke Surga: Why 11:19a;12:1-6a.10a;1 Kor 15:20-26; Lk 1:39-56) 

HARI  raya Maria Diangkat ke surga biasanya kita rayakan pada tanggal 15 Agustus setiap tahun sebagai satu ajaran iman yang benar, yang ditetapkan oleh Paus Pius XII pada tahun 1950. Karena alasan pastoral maka Hari Raya ini kita rayakan tahun ini pada hari minggu, 18 Agustus 2024.

Bagi kita Hari Raya Santa Perawan Maria diangkat ke surga merupakan kesempatan istimewa untuk belajar dari Maria tentang bagaimana menghayati hidup dan panggilan sebagai orang beriman kristen.

Ada beberapa point penting yang perlu kita renungkan hari ini.

Pertama, Maria adalah ibu Tuhan. Kendatipun Maria tidak memahami misi yang dipercayakan Tuhan kepadanya melalui mulut Malaekat Gabriel, ia tetap percaya dan berserah. Katanya, “Sesungguhnya aku adalah hamba Tuhan, terjadilah padaku menurut perkataanmu itu” (Luk1,38). 

Dengan kata-kata ini, Maria menyatakan kesediaan untuk menjadi ibu Tuhan. Tetapi seruan dan pengumuman tentang Maria sebagai ibu Tuhan justeru dilakukan pertama kali oleh Elizabet yang penuh Rohkudus berkata, “Berbahagialah ia yang telah percaya bahwa apa yang dikatakan Tuhan akan terlaksana” (Luk 1,45). 

Maria menjadi ibu Tuhan karena imannya. Ia mengandung Yesus Kristus pertama-tama dalam hatinya, kemudian dalam rahimnya  dan selanjutnya melahirkan dan menghadirkan-Nya di atas bumi.

Bagi para pengikut Kristus, Maria pertama-tama merupakan ibu Tuhan kita. Hal ini menjadi dasar dan alasan kebesaran Maria. Gereja tidak pernah memisahkan Maria dari Yesus. keduanya merupakan satu kesatuan yang utuh. Maria adalah “dia yang terberkati di antara semua wanita”, dan Maria sendiri menyerahkan kita kepada Yesus, anaknya, yang adalah “Buah Terberkati dari kandungannya”. 

Kedua, Maria, seorang wanita yang beriman teguh. Orang pertama yang mengakui dan mengagumi iman Maria adalah Elizabet. Buktinya adalah ketika salam Maria sampai di telinga Elizabet anak dalam kandungannya menari-nari atau melonjak kegirangan. 

Itulah sebabnya Elizabet berseru, “Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu”, (Luk, 1,42). Maria disebut yang berbahagia “karena telah percaya”. 

Maka Kebesaran Maria tidak hanya didasarkan pada keibuan biologisnya, melahirkan Yesus, melainkan juga karena oleh imannya yang utuh ia telah menerima panggilan Allah untuk berpartisipasi dalam karya keselamatan umat manusia. 

Maria tahu mendengarkan Allah, menyimpan sabda itu dalam hatinya, merenungkannya,  serta setia menghayati dan mewujudkan panggilannya. 

Ketiga, Maria, pewarta sejati dari Injil. Terdorong oleh kegembiraan yang membara dalam hatinya Maria berniat menemui Elizabet untuk membagikan sukacita imannya atau kebahagiaan hidup dalam Allah. Ia mulai berjalan. Inilah awal suatu perjalanan misioner. 

Berjalan mengandaikan suatu gerakan ke luar, berpindah tempat. Maria mesti keluar dari dusunnya, Nazaret, dan mulai berjalan ke pegunungan menuju sebuah kota di wilayah Yehuda, tempat Elizabet. Memang tidaklah gampang. tentu diperlukan keberanian, kekuatan dan  usaha keras. 

Tetapi kalau ada cinta dan cinta menjadi alasan segalanya maka semuanya akan menjadi enteng, gampang. Tak ada sesuatu pun yang dapat menghalangi terwujudnya cita-cita misioner, pergi dan berbagi pengalaman iman kepada orang lain, jika ada cinta. 

Sebaliknya, seseorang yang tidak rela melepaskan keamanan dan kenyamanan diri, bebas dari keterikatan-keterikatan, rela alami panas dan dingin, rela lapar dan haus, akan mengalami kesulitan untuk membuka diri dan bersedia berjalan menuju yang lain. Mereka juga akan sulit melihat tanda-tanda kehadiran Allah, merangkul firman Allah dan misi-Nya.

Maria adalah model misionaris sejati yang membiarkan diri dipenuhi oleh Roh Allah dan siap menjadi utusan Allah. Maria menawarkan kepada siapa saja keselamatan dari Allah yang ia terima melalui Yesus. 

Maria tidak hanya mewartakan Injil dengan kata-kata dan perbuatannya, melainkan juga ia menghadirkan Yesus di mana saja. Maria memperkenalkan dan menghantar Yesus kepada semua orang, Elizabeth dan siapa yang datang dan percaya kepada Allah.

Keempat, Maria membawa kegembiraan atau sukacita. Kehadiran Yesus dalam diri Maria merupakan sumber kegembiraan yang tak terbatas kepada Elizabet dan buah kandungannya sehingga melonjak kegirangan. Salam dari Maria menularkan dan menyebarluaskan sukacita besar yang berasal dari Yesus. Maria adalah orang pertama yang mendengarkan ucapan shallom, damai sejahtera Allah, melalui malaekat Gabriel, “Salam hai engkau yang penuh rahmat, Tuhan sertamu”. (Luk 1,28). 

Tetapi, Maria tidak pernah ingat diri. Ia selalu terbuka untuk membagikan rahmat dan kegembiraan yang terpancar dalam hatinya  kepada orang lain. Maria segera berangkat ke pegunungan Yudea untuk menolong sepupunya yang sedang hamil pada bulan keenam. Kegembiraan Maria disyeringkan kepada Elizabet pada perjalanan misinya yang pertama. Cinta menjadikan Maria terbuka dan tidak mau tunda-tunda. Ia segera memberikan perhatian dan bantuan.

Kita belajar dari Bunda Maria agar tetap teguh beriman dalam situasi apa pun. Kita juga siap sedia untuk mewartakan dan membagikan iman kita kepada orang lain. Kita pun hendaknya belajar untuk segera menolong sesama yang membutuhkan uluran tangan kita. Tidak cari alasan untuk tunda-tunda.

Semoga Bunda Maria mendoakan kita selalu!

Kewapante, Minggu, 18 Agustus 2024. ***

 

 

RELATED NEWS